يَا رَبَّنَا بِجَاهِ تَاجِ الْعَارِفِيْنَ ï وَجَاهِ حَامِلِ لِوَاءِ الْوَاصِلِيْنَ

Ya Allah, Ya Tuhan kami dengan pangkat kebesaran pemilik mahkota ahli ma'rifah dan pangkat pemegang bendera kelompok manusia yang telah wushul (sampai ke puncak keyakinan)


قُدْوَتِنَا وَشَيْخِنَا التِّجَانِي ï قَائِدِنَا لِمَنْهَجِ الْعَدْنَانِي

Panutan dan guru kami yakni Syekh Ahmad Tijani, seorang pemandu yang menyampaikan kami kepada tuntunan Nabi Muhammad

يَا رَبِّ ثَبِّتْنَا عَلَى اْلإِيْمَانِ ï وَاحْفَظْ قُلُوْبَنَا مِنَ الْكُفْرَانِ

Ya Tuhanku tetapkan kami atas iman dan jaga hati kami dari segala bentuk kekufuran

وَاحْمِ جَمِيْعَنَا مِنَ الشَّيْطَانِ ï وَحِزْبِهِ مِنْ إِنْسٍ أَوْ مِنْ جَانِّ

Lindungi kami dari kejahatan syetan dan kelompoknya dari bangsa manusia dan jin


نَسْأَلُكَ التَّوْبَةَ وَالتَّوْفِيْقَ ï وَالْعِلْمَ وَالْعَمَلَ وَالتَّحْقِيْقَ

Kami mohon kepada-Mu taubat dan mendapat kekuatan untuk melakukan kebaikan, ilmu dan pengamalan serta ketepatan dalam segala hal


وَالصَّبْرَ وَالنَّصْرَ عَلَى اْلأَعْدَاءِ ï وَالْجَمْعَ فِي الذِّكْرِ عَلَى الْوِلاَءِ

Berikan kami kesabaran dan kemenangan atas musuh-musuh. Dan jadikan kami selalu berkumpul bersama dalam melakukan dzikir


وَالْفَوْزَ بِالنَّعِيْمِ فِي الْجِنَانِ ï مَعَ النَّبِيّ وَشَيْخِنَا التِّجَانِي

Mendapat kesuksesan dengan mendapat ni'mat di surga bersama Nabi Muhammad dan guru kami Syekh Ahmad Tijani


مَا لَنَا فِي الْكَوْنِ سِوَى الرَّحْمَانِ ï وَالْمُصْطَفَى وَشَيْخِنَا التِّجَانِي

Kami tidak memiliki harapan apa-apa di alam ini melainkan kepada-Mu Ya Allah (Yang Maha Pengasih), manusia terpilih Nabi Muhammad dan guru kami Syekh Ahmad Tijani

هَذِي هَدِيَّةٌ بِفَضْلِ اللهِ ï مِنَّا إِلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ

Dzikir ini merupakan hadiah untukmu Ya Rasulullah dari kami yang semata-mata merupakan pemberian Allah


هَدِيَّةً لِلْمُصْطَفَى الْعَدْنَانِي ï نِيَابَةً عَنْ شَيْخِنَا التِّجَانِي

Hadiah penghormatan buat manusia terpilih Nabi Muhammad keturunan Adnan juga sebagai mandate dari guru kami syekh Ahmad Tijani

آميْنَ آميْنَ اسْتَجِبْ دُعَانَا ï وَلاَ تُخَيِّبْ سَيِّدِي رَجَانَا

Terimalah, terimalah dan kabulkan Ya Allah, doa-doa kami. Jangan Kau kecewakan segala harapan kami

Doa ini merupakan Qashidah tawassul kepada Syekh Ahmad Tijani Radhiyallahu Anhu. qashidah ini biasanya dibaca setelah selesai membaca wirid lazimah dan wazhifah.

Dikutip dari kitab Ghayatul Muna Wal Murad Fima Littijaniy Minal Aurad halaman 27.

Senin, 16 September 2013

14 KEMULIAAN WANITA ‘‘ISLAM’’ YANG SEDANG HAMIL’’



Bismillaahir Rahmaanir Rahiim...
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

1. Apabila seseorang perempuan mengandung dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.

2. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang berjihad di jalan Allah SWT.

3. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, hilanglah dosa²nya seperti keadaan ia baru dilahirkan.

4. Apabila telah lahir anaknya lalu disusuinya, maka bagi ibu itu setiap setegukan dari pada susunya diberi 1 kebaikan.

Aqidah Ahlussunnah Waljama'ah, Aqoid yang 50



بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Aqoid yang 50 اهل السنة والجماعة .
Sifat Allah yg 20, yg mustahil 20 yg kuasa 1.
Sifat Rosul 4, yg mustahil 4, yg kuasa 1.
Silahkan simak dan pelajari karna wajib Aswaja.

Semua fuji milik Allah, Rohmat-salam tetep ke Nabi Muhammad Saw.

Seperti fuji dan membaca salam dari sifatAllah yg 20 dari nadlom, cara intan biduri di kelung rante emas cahaya gilang gumilang.

Yg wajib dan yg mustahil, dan yg hak bagi Allah dan para Rosul itu wajib tau.
klo tdk tahu, pasti disiksa ku Gusti Allah yg Murbawisesa Maha segalanya.
kalau sifat Gusti Allahyg wajib kita ketahui, 20 mustahil 20.

PENTINGNYA KITA BERMAHZAB UNTUK MENJAGA SANAD KEGURUAN YANG BERSAMBUNG HINGGA BAGINDA RASULULLAH SHALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM



BerMahzab itu adalah untuk menjaga sanad keguruan kita agar tidak terputus dari Baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam ,..Imam 4 Mahzab adalah salafussoleh .. Salafussoleh adlh 3 generasi terbaik yg dibangga-banggakan Baginda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam sebagaimana dijelaskan dlm sebuah Hadist luhur Beliau Baginda Rasulullah shalallahu Alaihi Wasallam bersabda :

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku ( para sahabat ) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari & Muslim)

A. GENERASI SALAFUSSOLEH

1. Sahabat Yang Mulia Khalifah ar-Rasyidin :
• Abu Bakr Ash-Shiddiq
• Umar bin Al-Khaththab
• Utsman bin Affan
• Ali bin Abi Thalib

Mengamalkan Ajaran Thariqah*



THORIQOH atau tarekat berarti “jalan”. Sahabat Ali bin Abi Thalibkarramallahu wajhah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku jalan (thariqoh) terdekat kepada Allah yang paling mudah bagi hamba-hambanya dan yang paling utama bagi Allah!” Rasulullah SAW bersabda: “Kiamat tidak akan terjadi ketika di muka bumi masih terdapat orang yang mengucapkan lafadz “Allah”.” (dalam kitab Al-Ma’arif Al-Muhammadiyah).

Para ulama menjelaskan arti kata thariqah dalam kalimat aktif, yakni melaksanakan kewajiban dan kesunatan atau keutamaan, meninggalkan larangan, menghindari perbuatan mubah (yang diperbolehkan) namun tidak bermanfaat, sangat berhati-hati dalam menjaga diri dari hal-hal yang tidak disenangi Allah dan yang meragukan (syubhat), sebagaimana orang-orang yang mengasingkan diri dari persoalan dunia dengan memperbanyak ibadah sunat pada malam hari, berpuasa sunat, dan tidak mengucapkan kata-kata yang tidak beguna. [dalam kitab Muroqil Ubudiyah fi Syarhi Bidayatil Hidayah Imam Ghazali]

::DOSA YANG LEBIH BESAR DARI ZINA::



Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Suatu senja, seorang wanita melangkahkan kaki mendekati kediaman Nabi Musa.

Setelah mengucapkan salam, dia masuk sambil terus menunduk.
Air matanya berderai tatkala berkata, “Wahai Nabi ALLAH, tolonglah saya.

Doakan agar ALLAH mengampuni dosa keji saya”.
“Apakah dosamu wahai wanita...?” Tanya Nabi Musa.
“Saya takut mengatakannya,” jawab wanita itu.
“Katakanlah, jangan ragu-ragu...!”desak Nabi Musa.

Maka perempuan itu pun dengan takut bercerita, “Saya telah berzina.”

USIA & MAKAM PARA RASUL



1. Nabi Adam (as)
Umur : 1000 tahun
Makam : India, menurut satu pendapat ada di Makkah, dan menurut pendapat lain ada di Baitul Maqdis

2. Nabi Idris (as)
Umur : 865 tahun
Makam : (tidak ada informasi)

3. Nabi Nuh (as)
Umur : 950 tahun
Makam : Masjid Kufah, , menurut satu pendapat ada di al-Jabal al-Ahmar (Gunung Merah), dan menurut pendapat lain ada di dalam al-Masjid al-Haram Makkah.

MENGENAL SIFAT-SIFAT ALLAH



Wajib kepada setiap mukallaf/muslim yang baligh lagi berakal untuk mengetahui perkara yang wajib dalam haq Allah Ta’ala dan perkara yang mustahil, serta perkara yang boleh ada

Maka wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat Al-Wujud/ada (الوجود). Lawannya yaitu sifat Al-‘Adam/tiada (العدم). Dan dalil atas Allah Ta’ala itu ada yaitu adanya semua ciptaan (alam semesta beserta isinya baik yang nyata maupun yang ghaib dsb)

Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat Al-Qidam/terdahulu (القدم). Artinya yaitu tiada permulaan bagi Allah Ta’ala. Lawannya yaitu sifat Al-Hudust/baru (الحدوث). Dan dalil atas Allah Ta’ala terdahulu yaitu: jikalau adanya Allah merupakan sesuatu yang baru, maka tentu Allah membutuhkan terhadap pembaharu. Dan itu mustahil.

HIKMAH JADI ORANG MISKIN


Ibnu Athaillah mengatakan, "Wahai yang menghancurkan ketaatan, tidaklah Allah memberimu kefakiran kecuali untuk mengangkat kondisimu kepada-Nya dan memperlihatkan dampak positifnya. Kadang-kadang kekayaan menjauhkan, sementara kefakiran mendekatkan. Sebab, kefakiran membuatmu merasa butuh sehingga kau meminta kepada-Nya. Kefakiran yang membuatmu dekat kepada-Nya lebih baik daripada kekayaan yang memutuskanmu dari-Nya. Kadang-kadang Dia menetapkanmu melakukan dosa guna mengeluarkan rasa ujub dan sombong."
--Ibnu Atha'illah dalam Taj Al-'Arus

-----------

SETIAP RUAS ANGGOTA TUBUH HARUS DIKELURKAN SEDEKAH


"Setiap pagi setiap ruas anggota tubuh salah seorang di antara kalian harus dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih (ucapan subhanallah adalah sedekah. Setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah. Setiap tahlil (ucapan lailaha illa Allah) adalah sedekah. Setiap takbir (ucapan Allahu akbar) adalah sedekah. Menyuruh berbuat baik adalah sedekah. Mencegah perbuatan mungkar adalah sedekah. Dan semua itu bisa diganti dengan dua rakaat dhuha." (H.R. Muslim)

CAHAYA DAN KEGELAPAN MENURUT SYEKH ABDUL QADIL JAILANI


Allah SWT berfirman, “Dan siapa yang buta (kalbunya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta pula dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS. Al-Isrâ’ [17]: 72)
Yang dimaksudkan dengan buta di dunia adalah buta kalbu,sebagaimana firman Allah SWT, “Maka sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj [22]: 46)
Penyebab kebutaan kalbu adalah karena adanya hijab-hijab yang gelap, lalai dan lupa karena jauhnya diri dari menepati janji pada Allah saat di Alam Arwah. Sedangkan sebabnya lalai adalah kebodohan seseorang terhadap masalah hakikat Ilahiah. Kebodohan ini timbul karena kalbu dikuasai oleh sifat-sifat tercela, seperti sombong, dendam, dengki, kikir, ‘ujub, ghibah (mengumpat), namimah (mengadu domba), bohong dan sifat-sifat tercela lainnya. Sifat-sifat inilah yang mengakibatkan manusia jatuh ke derajat yang paling rendah.

SHALAT SYARIAT DAN SHALAT TAREKAT MENURUT SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI


Shalat syariat, sebagaimana telah diketahui dalam Al-Quran disebutkan: “Hendaklah kamu menjaga shalat-shalatmu dan shalat wustha (yang di tengah).” (QS. Al-Baqarah [2]: 238)
Maksud dari shalat syariat ialah shalat yang rukun-rukunnya berkaitan dengan gerakan anggota badan yang lahir, seperti berdiri, lidah membaca ayat atau surah, rukuk, sujud, duduk, mengeluarkan suara dan bacaan-bacaan. Oleh karena itu, pada ayat di atas disebutkan dengan kata berbentuk jamak “shalawât” (beberapa shalat). Allah SWT berfirman, “Hendaklah kamu menjaga shalat-shalatmu.”
Adapun shalat tarekat adalah shalatnya kalbu dan itu dilakukan tanpa batas waktu atau selama-lamanya. Sebagaimana disebut dalam Al-Quran, “Shalat Wustha.” Maksud dari shalat al-wusthâ yaitu shalat hati karena kalbu berada di tengah (al-wasth) badan; antara kanan dan kiri; antara atas dan bawah; yang menjelaskan rasa antara bahagia dan menderita.
Sebagaimana ditegaskan dalam sabda Rasulullah SAW,

KERENDAHAN HATI DAN KETINGGIAN ILMU


Abu Hazim menuturkan: Aku pernah masuk (bersilaturahim pada) Umar Ibn Abdul Aziz r.a., namun tiba-tiba lampu padam. Aku bertanya, "Apa anakmu akan menyalakannya?" Dia menjawab, "Tidak!" "Bolehkah aku menyalakannya?" kataku menawarkan diri.
"Jangan!" cegahnya. Umar bergegas bangkit dan memperbaikinya sendiri, untuk kemudian duduk kembali sembari berkata,"Aku bangkit sebagai Umar dan duduk sebagai Umar. Celakalah orang-orang yang sombong!" kemudia dia bersenandung:
Jika meninggi derajat manusia
Ia harus bertambah merendah
Sebab sesungguhnya celaan manusia semakin meninggi.
Begitu juga dahan.
Jika ia menguatkan buah, kamu tidak akan perolehnya.
Dan, jika lemah menampung buah, maka tak kau peroleh apa-apa.

___Imam Al-Ghazali dalam Sirr Al-Alamin wa Kasf Maa fii ad-Daarain

AMALAN HATI MENURUT SYEKH ABDUL QADIR JAILANI


"Pandai berkata-kata tanpa disertai amalan hati tak akan berarti apa-apa. Perjalanan sejati adalah perjalanan hati dan perbuatan hakiki adalah perbuatan yang punya arti. Hal ini harus dilakukan dengan jiwa raga tetap memerhatikan batas-batas hukum Allah seraya hati tetap merendah di hadapan-Nya.
Barangsiapa membuat timbangan bagi dirinya sendiri, ia tidaklah memiliki timbangan. Memperlihatkan amal di hadapan orang lain sama saja dengan tidak beramal apa-apa. Sebaiknya, kebaikan disembunyikan. Jangan perlihatkan kecuali amal wajib yang harus terlihat orang banyak."
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Fath Ar-Rabbani

HAKIKAT MUSIBAH DAN JENISNYA


Syekh Abdul Qadir Jailani mengatakan, "Musibah dari Allah adakalanya merupakan hukuman dan siksaan atas dosa dan maksiat. Bisa juga musibah merupakan penghapus dosa dan pengampunan. Adakalanya musibah musibah pengangkatan derajat dan kedudukan, seperti dialami orang-orang yang telah mendapat pertolongan Allah.
Musibah yang mereka terima bukanlah untuk menghancurkan dan menghinakan mereka, melainkan untuk menguji dan memilih mereka.
Musibah membersihkan hati mereka dari syirik serta kebergantungan pada makhluk dan sebab-akibat.
Setiap jenis musibah memiliki ciri masing-masing. Musibah yang merupakan siksaan ditandai dengan ketidaksabaran dan keluhan kepada Allah saat musibah itu datang. Musibah yang merupakan pengampunan dosa dan kesalahan ditandai dengan kesabaran penuh.
Terakhir, musibah yang merupakan pengangkatan derajat ditandai dengan keridaan, ketenangan dan ketentraman terhadap perbuatan Tuhan di bumi dan langit."
--Syekh Abdul Qadir Jailani dalam Fathu al-Ghaib

MARI BERISTIGHFAR UNTUK MENYELESAIKAN URUSAN


"Siapa memperbanyak istighfar, Allah akan menjadikan tiap kesedihannya jalan keluar, & tiap kesempitannya kelapangan, dan Allah mengaruniakan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.”
--H.R. Ahmad, Abu Dawud,Ibnu Majah dan Hakim

TERAPI JIWA RAJA’ IMAM AL-GHAZALI


Untuk membangkitkan motivasi agar diri kita selalu beristikamah dalam menjalani ibadah, tindakan raja' bisa dibuka dengan empat tindakan penting berikut ini:
1. Selalu mengingat karunia Allah yang telah diberikan, terutama karunia yang tidak ada campur tangan dan bantuan dirinya.
2. Selalu mengingat janji Allah akan pahala yang banyak dan kasih-Nya yang besar atas amal saleh yang telah dikerjakan.
3. Terus-menerus mengingat pemberian Allah yang besar dalam urusan agama dan dunia. Semua yang sudah diperoleh adalah berkat karunia-Nya dan bukan karena dirinya merasa berhak akan hal yang demikian tersebut.
4. Selalu mengingat luasnya rahmat Allah, mendahulukan rahmat dari murka-Nya dengan terus-menerus mengingat bahwa Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang, Mahakaya, Maha Pemurah, Pengasih kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin.

MELIHAT RAHMAT DALAM SENANG DAN SUSAH


“Ketika Allah memberimu, sebenarnya Dia memperlihatkan kepadamu belas kasih-Nya. Ketika Dia menolak memberimu, maka Dia memperlihatkan kepadamu kekuasaan-Nya. Jadi pada hal-hal tersebut, Dia memperkenalkan kepadamu dan menghadapmu dengan kelembutan-Nya.”
---Ibnu Atha’illah dalam Al-Hikam
Sahabatku, rahmat Allah begitu besar berlimpah bagi seluruh makhluk-Nya. Tanpa terkecuali. Cahaya-Nya menembus seluruh isi jagat raya. Namun sayangnya, manusia sering kali salah tanggap, hal ini disebabkan karena keinginan-keinginan dan penilai-penilaian yang mencegah dan menghindarkan kita untuk melihat kehadiran-Nya.
Kadang-kadang, Allah menyingkap kedekatan-Nya melalui nikmat, kesenangan dan karunia. Kadang juga melalui kesempitan, kesengsaraan dan derita. Keadaan-keadaan seperti ini adalah ciptaan dan utusan-Nya, ia merupakan sarana untuk merenungkan sifat, kekuatan, dan kedekatan-Nya. Dan, mereka yang mendapat nur (cahaya) Ilahi melihat rahmat, kemurahan, dan karunia-Nya baik dalam keadaan senang atau susah, dengan begitu jelas. Demikian sebagaimana dijelaskan oleh Syeikh Fadhlalla Haeri.
Renung-renungkanlah! Pikir-pikirkanlah!

Sabtu, 03 Agustus 2013

BEBERAPA PERMASALAH SEPUTAR PUASA RAMADHAN



a. Dalil Shalat Cepat
b. Ketentuan Fidyah Bagi Orang Sakit
c. Maksud Setan Dibelenggu di Bulan Ramadhan
d. Menggabungkan Niat Puasa
e. Membatalkan Puasa saat Ramadhan, Kemudian Berjima’
f. Ketentuan Kafarat Bagi yang Jima’ di Bulan Ramadhan
g. Mencicipi Makanan Saat Berpuasa

a. Dalil Shalat Cepat

Telah menjadi hal yang umum manakala bulan Ramadhan tiba, di setiap masjid atau musholla diadakan sholat sunnah Tarawih secara berjamaah, baik yang berjumlah 8 maupun 20 rakaat. Namun biasanya yang 20 rakaat dilakukan secara cepat atau lebih cepat daripada yang hanya 8 rakaat. Adakah dasarnya melakukan shalat secara cepat?

"Keutamaan Shalat Tarawih di bulan Ramadhan"



Berikut fadhilah – fadhilah (keutamaan) Shalat Tarawih yang disabdakan Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Tholib RA yang dikutip dari Kitab : Durrotun Nashihin Hal : 18 -19.

malam ke – 1 :
Siapa yang shalat tarawih pada malam pertama dihapus dosa seorang mu’min seperti ketika ia dilahirkan.

Malam ke – 2 :
Shalat tarawih pada malam kedua diampuni dosa dirinya dan kedua orang tuanya, jika keduanya mu’min.

HIKMAH SHALAT TARAWIH 20 RAKA’AT




وصلاة التراويح وهي عشرون ركعة بعشر تسليمات في كل ليلة من رمضان لخبر من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه ويجب التسليم من كل ركعتين فلو صلى أربعا منها بتسليمة لم تصح بخلاف سنة الظهر والعصر والضحى والوتر
===========
Shalat tarawih itu 20 raka'at dengan 10 kali salam di setiap malam di bulan Ramadhan, karena berdasarkan hadits "Barangsiapa berdiri malam di ramadhan dengan dasar iman karena Allah maka ia diampunkan dosanya yang lalu". Shalat tarawih ialah wajib salam di setiap 2 raka'at. Maka apabila shalat tarawih 4 raka'at dengan satu salam maka ia tidak sah, lain halnya dengan shalat sunnah qobilah/ba'diyah dzuhur, asar, dluha dan witir.

TENTANG SEPULUH HARI TERAKHIR BULAN RAMADHAN



Dalam shahihain disebutkan, dari Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata:
(( كَانَ رَسُوْلُ الله إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ)) هذا لفظ البخاري.
“Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli isterinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” Demikian menurut lafadz Al-Bukhari.
Adapun lafadz Muslim berbunyi:
ولفظ مسلم (( أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وَشَدَّ المِئْزَرَ ))
“Menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, dan bersungguh-sungguh serta mengencangkan kainnya.”


PREDIKSI LAILATUL QADAR


Pertama:
Dalam kitab I’anatuththaalibiin juz II halaman 257, cetakan al ‘Alawiyyah Semarang:
قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر،
فإن كان أوله يوم الأحد أو يوم الأربعاء: فهي ليلة تسع وعشرين.
أو يوم الاثنين: فهي ليلة إحدى وعشرين.
أو يوم الثلاثاء أو الجمعة: فهي ليلة سبع وعشرين.
أو الخميس: فهي ليلة خمس وعشرين.
أو يوم السبت: فهي ليلة ثلاث وعشرين.

Jika awal Ramadhan hari Ahad atau Rabu maka lailatul qodar malam 29
Jika awal Ramadhan hari Senin maka lailatul qodar malam 21
Jika awal Ramadhan hari Selasa atau Jumat maka lailatul qodar malam 27
Jika awal Ramadhan hari Kamis maka lailatul qodar malam 25
Jika awal Ramadhan hari Sabtu maka lailatul qodar malam 23

KENAPA ADA QUNUT SETELAH 15 RAMADHAN ? BUKAN SEBELUMNYA ?



Assalamualaikum Semuanya. Saya mau bertanya tentang Qunut di bulan Ramadlan... Kenapa yang disunnahkan membca Qunut pada tgl 15 akhir bulan Ramadlan dalam shalat sunnah Witir...? Kenapa dari tgl 1 s/d 14 tidak di anjurkan... Monggo saudara-saudaraku berbgi ilmunya...Trmksh..

JAWABAN :

Fathulwahab bab salat sunnah :

.وان الجماعة تنذب فى الوترتقب التراويح جماعة وتقدم فى صفةالصلاةانه يسن فيه القنوت في النصف الثاني من رمضان

Di sunnah kan berjema'ah dalam salat witir bulan ramadan dan juga di sunnah kan berqunut pada separo kedua bulan ramadan dalam salat witir.

JASAD PROF. DR. AS-SAYYID MUHAMMAD AL-MALiki



~Setahun selepas wafatnya Habib Muhammad bin 'Alwi Al-Maliki Al-Hasani Mekkah, kebiasaan di Mekkah,

jika jenazah sudah hancur maka akan dipindah ke tempat lain agar area lama dimasukkan jenazah yang baru,

kemudian dilakukan penggalian makam beliau,
Ternyata JENAZAH Habib Muhammad masihUTUH Tidak hancur.

~2 tahun kemudian, mereka(pihak berkuasa) menggali kembali makam Habib Muhammad, jenazah masih utuh, Tidak hancur, bahkan RAMBUT dan KUKU beliau terlihat tumbuh panjang.

~5 tahun kemudian, dilakukan hal yang sama, dan ternyata JENAZAH Tidak hancur MASIH UTUH, bahkan TERCIUM AROMA WANGI YANG WANGINYA MELEBIHI WANGINYA KAYU GAHRU

Subhanallah…
Sumber: Al-Habib Segaf bin Hasan Baharun (Bangil)

foto Habib Ali al- Jufri dan Sayyid Muhammad Al Maliki

::- Keutamaan Lailatul Qadar -::

::- Keutamaan Lailatul Qadar -::
Lailatul qadar adalah malam yang penuh keberkahan.
Lailatul qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Beribadah di malam itu dengan ketaatan, shalat, tilawah, dzikir, do’a dsb sama dengan beribadah selama seribu bulan di waktu-waktu lain. Seribu bulan sama dengan 83 tahun 4 bulan.

Allah Ta ‘ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) saat Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. “ (Al-Qadr: 1-5)

Manaqib Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani Ra

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih
Lagi Maha Penyayang

          Ya Allah limpahkan rahmat atas junjunganku Muhammad pembuka yang terkunci, penutup yang terdahulu, penolong kebenaran dengan membawa kebenaran dan penunjuk jalanMu yang lurus juga atas keluarganya dengan haq pangkat dan kedudukannya yang agung Dengan permohonan ini, engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang diterima serta menjaga kami dari golongan orang-orang yang dihinakan, dan engkau limpahkan keridhoanMu Ya Allah, bagi junjungan dan sandaran kami Abil ‘Abbas Ahmad Bin Muhammad Al-Tijany RA, juga engkau limpahkan bagi pengikutnya, pemilik kedekatan denganMu dan juga bagi kami dengan sebab mereka, serta berilah kami minuman dari limpahan berkah mereka dengan sepenuh cawan-cawan kami

Hakikat teman sejati

بسم الله الرحمن الرحيم

"Tidak ada sahabat sejati yang ikhlas dalam persahabatan kecuali sahabat yang mahu menemani kamu walaupun ia tahu akan aib/kecacatanmu dan mengampuni kamu atas dasar persahabatan yang mana ia tiada lain adalah Allah Subhanahu wa ta'ala. Sebaik-baiknya orang yang kamu temani adalah orang yang meminta bersahabat denganmu bukan kerana sesuatu darimu yang bermanfaat kepadanya".

Al-Iman Ibnu 'Athaillah Rahimahullah berkata : Sebaik-baiknya sahabat yang kamu gauli adalah orang yang meminta kamu untuk bersahabat denganmu untuk kemanfaatan dirimu sendiri bukan kerana kemanfaatan baginya. Dan semua manusia tidak ada yang mahu bersahabat denganmu dengan tanpa ingin mendapatkan kemanfaatan darimu. Hanya Allah~lah yang meminta kamu dan melindungimu supaya kamu bahagia kerana dekat kepada~Nya dan bisa kembali dengan agungnya nikmat serta kebaikan yang diberikan kepada kamu.

ADAB. SEORANG MURID BERSAMA/TERHADA GURU


رؤي الإمام الشافعي رحمه الله يصف حاله مع شيخه الإمام مالك كان يقول كنت أصفح الورق بين يدي مالك برفق لئلا يسمع وقعه!
ADAB. SEORANG MURID BERSAMA/TERHADA GURU (NYA) :
"Diriwayatkan bahwa Imam Syafi'I mensifati keadaannya ketika bersama gurunya (yg bernama) Imam Malik, beliau. Pernah berkata ;(ketika) saya membuka lembaran kitabku d hadapan. Imam Malik (aku melakukannya) dg lembut, agar guruku Malik tdk mendengar. Suara kertasnya
و تلميذ الشافعي الربيع قال كنت أستحي أن أشرب الماء والشافعي ينظر إلي أدباً مع الشافعي .
"Murid Imam Syafi'I yg. bernama ArRobii' berkata ;"Sungguh aku malu unt minum air jika Imam Syafi'I sedang melihatku.Tentunya unt menjaga adab bersama Imam Syafi'i

THORIQOT, SEBAGAI TEHNIK DZIKIR YANG EFEKTIF

Istilah thariqah dalam al-Quran dan al-Hadis digunakan dalam konteks dzikrullah dalam kerangka tauhid. Dalam hadis al-Bukhari berikut kata thuruq (bentuk jamak dari thariq dan thariqah) juga digunakan dalam konteks ini:
"Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat-malaikat yang bertugas berkeliling di tarekat-tarekat mencari ahli dzikir. Jika mereka menemukan suatu kaum yang sedang berdzikir kepada Allah, mereka berseru, 'Sebutkan kebutuhan kalian'."

Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya, "Malaikat-malaikat itu kemudian mengelilingi mereka dengan sayap-sayap mereka hingga ke langit dunia" [shahih al-Bukhari, juz V: 2353, Shahih Ibn Hibban, juz III: 139, Musnad Ahmad, juz II:251].

SOLAT SUNNAT QODHO FAWAIT



بسم الله الرحمن الرحيم 
صلاة قضاء الفوائت
الحمد لله فائدة ومن الجامع لابن مشري عن مناقب القطب الرباني والغوث الصمداني مولانا أبى العباس أحمد بن محمدالتجاني رضي الله عنه وعنا به آمينوأسكننا معه دار التهاني
ما نصه :
من صلى بين الظهريين يوم الجمعة أربع ركعات كل ركعة منها بفاتحة الكتاب و آية  الكرسي 1× + سورة الكوثر  15× مرة 
 فإذا سلم أستغفر عشر مرات وصلى على النبي صلى الله عليه وسلم عشر مرات فإنه يقضي فرائض مائة سنة وقيل خمسمائة عام ومن صلاها الفوائت ولم تكن عليه فوائت كفرت عن والديه ما كان عليهما من الفوائت 
 
Telah Bersabda Rasulullah SAW , Barang siapa yang selama hidupnya pernah meninggalkan sholat fardu namun tidak dapat menghitung jumlahnya , maka sholatlah qobliyah Ashar di hari Jum’at terakhir di Bulan Rhomadon sebanyak 4 rakaat dengan satu kali Tasyahud akhir lalu Salam, tiap- tiap rakaat membaca surah Al-fatihah1 x, kemudian surah Al-Qodar ( boleh juga ayat Kursi ) 1 x dan surah Al – kautsar 15 x .


Kamis, 01 Agustus 2013

Imam Syafi’i Setiap Hari Ziarah Ke Makam Imam Abu Hanifah utk mencari berkah.

Ziarah Kubur Sunnah !!!! Imam Syafi’i Setiap Hari Ziarah Ke Makam Imam Abu Hanifah ==================================================================

Tarikh Baghdad : Karya al Imam al Hafizh Abu Bakr Ahmad bin Ali; yang lebih dikenal dengan al Khathib al Baghdadi (w 463 H)

Berikut ini adalah terjemahan yang di tandai:

— dengan sanadnya —- berkata: Aku mendengar Imam asy Syafi’i berkata: Sesungguhnya saya benar-benar melakukan tabarruk (mencari berkah) kepada Imam Abu Hanifah, aku mendatangi makamnya setiap hari untuk ziarah, jika ada suatu masalah yang menimpaku maka aku shalat dua raka’at dan aku mendatangi makam Imam Abu Hanifah, aku meminta kepada Allah agar terselesaikan urusanku di samping makam beliau, hingga tidak jauh setelah itu maka keinginanku telah dikabulkan”.

DIDIKAN GURU TERHADAP MURIDNYA

            Pada suatu zaman ada seorang murid yang ta’at kepada gurunya, setelah ia belajar lama ia pun kembali ke kampung asalnya, tahun demi tahun ia lalui yang akhirnya beliau menjadi seorang yang  alim yang terkenal di kampung itu dan di juluki “Syekh Maulana Kendi”. Kenapa beliau di juluki Maulana Kendi?, karena beliau tidak lepas dengan kendi tersebut untuk mengambil air wudhu dan untuk beliau minum airnya, keta’atan ibadahnya sehingga beliau tidak memiliki harta apapaun, kecuali gubuk kecil yang beliau tempati bersama seorang muridnya yang beliau sayangi. Keta’atan dan ketaqwaannya menjadikan contoh untuk muridnya yang selalu mendampinginya sehingga muridnya pun menjunjung tinggi ahlak dan kebesaran ilmunya.

Para Ulama Bermadzhab Syafi’iyah, Sejak Masa Imam Syafi’i Hingga Abad Ini

Para ulama’ yang bermazhab Syafi’i, mulai dari pengasasnya yaitu al-Imam al-Muhaddits al-Mujtahid Muhammad bin Idris asy-Syafi’i rahimahullah hingga para ulama’ Syafi’i abad ini, supaya kita dapat mengenali para ulama’ yang bermazhab Syafi’i dan jangan lagi ada orang memandang remeh dan rendah terhadap Mazhab Syafi’i.


KURUN KE-TIGA HIJRIYAH
Al-Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i (w. 204 H)
Nama asli dari al-Imam Syafi’I adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdi Manaf. Gelar beliau adalah Abu Abdillah.


14 KEMULIAAN WANITA ‘‘ISLAM’’ YANG SEDANG HAMIL’’

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim...
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

1. Apabila seseorang perempuan mengandung dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.

2. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang berjihad di jalan Allah SWT.

3. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, hilanglah dosa²nya seperti keadaan ia baru dilahirkan.

4. Apabila telah lahir anaknya lalu disusuinya, maka bagi ibu itu setiap setegukan dari pada susunya diberi 1 kebaikan.

5. Apabila semalaman si ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah SWT.

Selasa, 30 Juli 2013

Ghirah(Cemburu) Menyaring Kejelekan


Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah t berkata bara dan panas ghirah ini akan menyaring kejelekan dan sifat tercela sebagaimana emas dan perak dibersihkan dari kotoran yg mencampurinya. orang2 mulia dan tinggi harga diri pasti memiliki ghirah yg besar terhadap diri dan orang2 yg dekat dengan juga terhadap orang lain secara umum. Karena itulah Nabi Saw. adl orang yg paling memiliki ghirah terhadap umatnya. Dan ghirah Allah SWT lbh dibanding beliau .
Rasulullah Saw. bersabda:
“Tidak ada satupun yg lbh ghirah daripada Allah. Karena ghirah-Nya inilah Dia mengharamkan perbuatan keji baik yg tampak maupun yg tersembunyi.”
Ibnul Qayyim juga mengatakan: “Pokok dari agama ini adl ghirah mk siapa yg tdk memiliki ghirah berarti ia tdk memiliki agama. Ghirah ini akan melindungi hati sehingga terlindung pula anggota badan lain tertolaklah dengan segala perbuatan jelek dan keji. Sementara tdk ada ghirah menyebabkan mati hati hingga anggota badan lain pun ikut mati akibat tdk ada penolakan terhadap perbuatan jelek dan keji.

Seoarang ulama sufi berkata "Kami wasiatkan kepada kamu 7 perkara,

Orang yang banyak bicaranya janganlah kamu harapkan kesadaran hatinya.· Orang yang banyak makan janganlah kamu harapkan kata-kata hikmah darinya.· Orang yang banyak bergaul dengan manusia janganlah kamu harapkan kemanisan ibadahnya.· Orang yang cinta kepada dunia janganlah kamu harapkan khusnul khatimahnya.· Orang yang bodoh janganlah kamu harapkan akan hidup hatinya.· Orang yang memilih berkawan dengan orang yang zalim janganlah kamu harapkan kelurusan agamanya.· Orang yang mencari keredhaan manusia janganlah harapkan akan keredhaan Allah padanya."

Penyakit Ghurur

Ghurur adalah penyakit hati yang menimpa banyak orang di dunia ini, ghurur dalam bahasa kitanya adalah tertipu daya, penyakit ghurur ini telah di jelaskan oleh Imam Ghazali dengan panjang luas sekali di dalam kitabnya “Ihya` Ulumuddin “, penyakit ghuru ini sangat membahayakan sekali sebab kebanyakkan orang yang menderitanya tidak merasakan bahwa mereka terserang penyakit ghurur, kita tidak memebicarakan ghururnya orang-orang kafir terhadap diri mereka atau kehidupan dunia ini, tetapi kita membicarakan penyakit ghurur yang diderita oleh umat islam selama ini.

Hukum selametan


Hukum selamatan hari ke-3, 7, 40, 100, setahun, dan 1000 hari diperbolehkan dalam syari’at Islam. Keterangan diambil dari kitab “Al-Hawi lil Fatawi” karya Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi jilid 2 halaman 178 sebagai berikut:


قال الامام أحمد بن حنبل رضي الله عنه فى كتاب الزهد له : حدثنا هاشم بن القاسم قال: حدثنا الأشجعى عن سفيان قال
قال طاوس: ان الموتى يفتنون فى قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك الأيام , قال الحافظ أبو نعيم فى الجنة: حدثنا أبو بكر بن مالك حدثنا عبد الله بن أحمد بن حنبل حدثنا أبى حدثنا هاشم بن القاسم حدثنا الأشجعى عن سفيان قال: قال طاوس: ان الموتى يفتنون فى قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك الأيام

Kisah Perjalanan Imam Junaid AL Bagdadi

Makalah ini akan berisi cerita-cerita dari perjalanan hidup dan spiritual seorang imam Junaid, penulis menyertakannya agar dapat dijadikan sebagai ‘itibar dalam mengarungi dunia yang pana ini, dengan cerita ini mutiara hikamah dapat dipetik dari sebuah pola hidup orang besar. Adapun cerita-cerita itu sebagai berikut:


1. Junad dengan Seorang Wanita Cantik
Setiap insan yang ingin mencapai keridhaan Allah pastinya akan menerima ujian dan cobaan. Imam Junaid menerima ujian dari beberapa orang musuhnya setelah pengaruhnya meluas. Mereka telah membuat fitnah untuk menjatuhkan citra Imam Junaid.

AL-MUSABBA’AT AL-ASHYAR..

Almusabba’at Al-Asyar adalah 10 macam wirid yang diambil dari surat dan ayat Al-Quran dan dzikir khusus dan masing-masing dibaca sebanyak 7 kali. Sebagaimana keterangan yang diperoleh didalam Kitab Ihya Ulumuddin karangan Syekh Hujjatul Islam Imam Ghazali RA. Yaitu bahwa Nabi Khidir AS telah menghadiahkan Al-Musabba’at Al-Asyar kepada Syekh Ibrahim At-Taimi RA dan menasihatinya agar membaca Al-Musabba’at Al-Asyar setiap hari (pagi dan sore). Nabi Khidir AS bersabda kepada Syekh Ibrahim :”Wahai Ibrahim, Nabi Muhammad SAW sendiri yang akan memberitahumu dengan pahala membaca Al-Musabba’at Al-Asyar!”. Hingga pada suatu hari Syekh Ibrahim At-Taimi RA tertidur dan mimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW lalu Syekh Ibrahimpun menanyakan pahala Al-MUSABBA’AT AL-ASYAR itu kepada beliau (Nabi Muhammad SAW).

Aqidah Ahlussunnah Waljama'ah, Aqoid yang 50




بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Aqoid yang 50 اهل السنة والجماعة .
Sifat Allah yg 20, yg mustahil 20 yg kuasa 1.
Sifat Rosul 4, yg mustahil 4, yg kuasa 1.
Silahkan simak dan pelajari karna wajib Aswaja.

Semua fuji milik Allah, Rohmat-salam tetep ke Nabi Muhammad Saw.

Seperti fuji dan membaca salam dari sifatAllah yg 20 dari nadlom, cara intan biduri di kelung rante emas cahaya gilang gumilang.

Yg wajib dan yg mustahil, dan yg hak bagi Allah dan para Rosul itu wajib tau.
klo tdk tahu, pasti disiksa ku Gusti Allah yg Murbawisesa Maha segalanya.
kalau sifat Gusti Allahyg wajib kita ketahui, 20 mustahil 20.

Dalil-dalil Tawwasul-Ziaroh kubur

Dalil-dalil Tawwasul-Ziaroh kubur


Dalil-dalil Tawwasul-Ziaroh kubur....

وروى القشيري عن معروف الكرخي أنه قال لتلاميذه : إذا كانت لكم إلى الله حاجة فاقسموا عليه بي فإني الواسطة بينكم وبينه وذلك بحكم الوراثة عن المصطفى صلى الله عليه وسلم

Imam Qusyairi meriwayatkan dari Ma'ruf Al-karkhi , bahwsanya beliau berkata kpd murid2 beliau:
jika kalian ada hajat kepada Allah, maka tawassullah kpd ku, sesungguhnya Aku akan memperantarai antara kalian dgn Allah dan cara itu lah yg telah di wariskan Nabi kita Al-mushhofa.

قال القضاعي : إن الاستغاثة بالنبي صلى الله عليه وسلم من موجبات تنزل الرحمات وسرعة قضاء الحوائج

Imam Qodha'i mengatakan . Sesungguhnya bertawassul dgn Nabi muhammad dari penyebab pastinya turun Rohmat dan mencepatkan dlm mendapatkan hajat.

وقال السيد محمد بن علوي المالكي : إن الاستغاثة بأكابر المقربين من أعظم مفاتيح الفرج ومن موجبات رضي رب العالمين

Sayyid Muhammad bin Alwy Al-maliki berkata. bahwsanya tawassul dgn para npNabi, Syuhada , wali2 yg dekat dgn Allah, dari sebagian besar pembuka kesusahan dan penyebab pasti datangnya ridlo Allah.

PENTINGNYA KITA BERMAHZAB UNTUK MENJAGA SANAD KEGURUAN YANG BERSAMBUNG HINGGA BAGINDA RASULULLAH SHALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM

PENTINGNYA KITA BERMAHZAB UNTUK MENJAGA SANAD KEGURUAN YANG BERSAMBUNG HINGGA BAGINDA RASULULLAH SHALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM

BerMahzab itu adalah untuk menjaga sanad keguruan kita agar tidak terputus dari Baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam ,..Imam 4 Mahzab adalah salafussoleh .. Salafussoleh adlh 3 generasi terbaik yg dibangga-banggakan Baginda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam sebagaimana dijelaskan dlm sebuah Hadist luhur Beliau Baginda Rasulullah shalallahu Alaihi Wasallam bersabda :

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku ( para sahabat ) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari & Muslim)

A. GENERASI SALAFUSSOLEH

1. Sahabat Yang Mulia Khalifah ar-Rasyidin :
• Abu Bakr Ash-Shiddiq
• Umar bin Al-Khaththab
• Utsman bin Affan
• Ali bin Abi Thalib

2. Sahabat yang mulia Al-Abadillah :
• Ibnu Umar
• Ibnu Abbas
• Ibnu Az-Zubair
• Ibnu Amr
• Ibnu Mas’ud
• Aisyah binti Abubakar
• Ummu Salamah
• Zainab bint Jahsy
• Anas bin Malik
• Zaid bin Tsabit
• Abu Hurairah
• Jabir bin Abdillah
• Abu Sa’id Al-Khudri
• Mu’adz bin Jabal
• Abu Dzarr al-Ghifari
• Sa’ad bin Abi Waqqash
• Abu Darda’

Al-Mawa’idz fil Ahadis al-Qudsiyyah HADIS 1-4



HADIS PERTAMA

Allah berfirman:

“Wahai manusia! Aku heran pada orang yang yakin akan kematian, tapi ia hidup bersuka-ria. Aku heran pada orang yang yakin akan pertanggung jawaban segala amal perbuatan di akhirat, tapi ia asyik mengumpulkan harta benda. Aku heran pada orang yang yakin akan kubur, tapi ia tertawa terbahak-bahak. Aku heran pada orang yang yakin akan adanya alam akhirat, tapi ia menjalani kehidupan dengan bersantai-santai. Aku heran pada orang yang yakin akan kehancuran dunia, tapi ia menggandrunginya.

Aku heran pada intelektual, yang bodoh dalam soal moral. Aku heran pada orang yang bersuci dengan air, sementara hatinya masih tetap kotor. Aku heran pada orang yang sibuk mencari cacat dan aib orang lain, sementara ia tak sadar sama sekali terhadap cacat yang ada pada dirinya sendiri.

Aku heran pada orang yang yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi segala perilakunya, tapi ia berbuat durjana. Aku heran pada orang yang sadar akan kematiannya, kemudian akan tinggal dalam kubur seorang diri, lalu dimintai pertanggungjawaban seluruh amal perbuatannya, tapi berharap belas kasih dari orang lain.

Kamis, 06 Juni 2013

KHAZANAH TIJANIYAH


Berziarah ke Fez, Kota Spiritual

KOMPAS/MUSTHAFA ABD RAHMAN
Salah satu sudut kota Fez menjadi tempat penjualan suvenir hingga pakaian ala Maroko maupun busana modern.
Sabtu, 14 Juni 2008 | 03:00 WIB

Musthafa Abd Rahman

Senin pagi, 17 Maret 2008 di Maroko. Pagi itu tepat pukul 08.15, kereta api dari Casablanca mulai bergerak ke arah utara menuju kota Fez. Saat itu pula, terasa impian telah tercapai untuk dapat berziarah ke kota Fez, salah satu kota tertua di dunia Islam yang sudah berusia 12 abad.

Kota Fez lebih dikenal sebagai kota spiritual dan budaya di Maroko. Kota Fez dibangun oleh Raja Idris I pada tahun 789 Masehi. Kemudian putranya, Idris II, melanjutkan pembangunan kota hingga tahun 810 Masehi.

Menyebut kota Fez tentu ingatan langsung mengarah kepada Masjid dan Universitas Kairouyine yang berada di tengah kota tersebut. Yahya ibn Muhammad membangun Masjid Kairouyine dan kemudian Universitas Kairouyine pada tahun 859.

Masjid dan Universitas Kairouyine itulah yang membuat kota Fez populer sebagai kota spiritual. Masjid dan Universitas Kairouyine menjadi tujuan menuntut ilmu mereka dari mancanegara, baik dari dunia Islam maupun Eropa (pada masa kejayaan Islam).

Kapasitas kota Fez pun setara dengan kota Cairo-Mesir dan Tunis-Tunisia. Cairo memiliki Masjid dan Universitas Al Azhar dan Tunis memiliki Masjid dan Universitas Zaitunah yang menjadi tujuan menuntut ilmu agama, termasuk para mahasiswa dan pelajar dari Indonesia.

Kota Fez semakin kuat warna spiritualnya karena juga terdapat Mausoleum pendiri Tarekat Tijaniyah, yakni Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin al Mukhtar at Tijani (1737-1815).

Tarekat Tijaniyah mempunyai jutaan pengikut di seantero dunia Islam, termasuk banyak juga pengikutnya di Indonesia. Ribuan penziarah mengunjungi kota Fez untuk mencari berkah di Mausoleum pendiri Tarekat Tijaniyah itu.

Perjalanan

Perjalanan dengan kereta api dari Casablanca menuju Fez ditempuh sekitar 4 jam dengan jarak sekitar 450 kilometer. Karcis kereta api sekali jalan dari Casa ke Fez 22 dollar AS atau sekitar Rp 200.000.

Rasa penasaran untuk segera melihat kota Fez lumayan terobati oleh panorama indah di kiri-kanan sepanjang perjalanan Casablanca-Fez. Pemandangan perbukitan rumput hijau di kiri-kanan sungguh menakjubkan. Ternyata banyak wilayah di Maroko yang tidak berupa gurun pasir, tapi kehijauan bak di negara tropis seperti di Indonesia.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada seorang Arab Maroko menyapa. Anda mau ke mana? ”Saya mau ke Fez,” jawab Kompas. Ia langsung melanjutkan, ”Saya menduga demikian. Orang asing yang ke sini pasti ke kota Fez. Saya punya teman sopir taksi di Fez dan saya bisa kontak dia agar bisa menemani Anda keliling kota Fez,” katanya.

Stasiun

Tepat pukul 12.15, kereta api berhenti di stasiun kota Fez. Di luar stasiun, rekan orang Arab Maroko itu telah menunggu dengan membawa kertas bertuliskan nama saya. Kami langsung bersalaman dan lalu dibawa dengan taksinya keliling kota Fez. Ia langsung menceritakan bahwa kota Fez terdiri dari dua bagian, yaitu kota baru dan kota lama.

”Kita sekarang sedang menuju ke kota baru. Lihat saja dulu kota baru ini karena di kota baru ini kita bisa cukup lewat saja. Tapi di kota lama, butuh waktu lebih lama karena harus mengunjungi banyak tempat bersejarah,” jelas dia.

Hanya beberapa saat saja, kota baru Fez sudah dikelilingi. Taksi pun segera meluncur ke arah kota lama Fez. Di tengah antara kota Fez baru dan Fez lama, sang sopir taksi tak lupa menjelaskan. ”Di sini ada permukiman Yahudi yang dikenal dengan nama distrik Mellah, tetapi sekarang mereka sudah banyak pindah ke Casablanca.” Distrik Mellah terletak persis di samping istana raja Maroko di kota Fez. ”Saya akan bawa Anda ke sebuah bukit agar bisa melihat kota Fez lama dari atas,” kata sang sopir taksi itu lagi.

Dari atas bukit, kota Fez lama tampak bak hamparan kawasan eksklusif dengan rumah-rumah atau bangunan yang berimpit-impitan. Seperti halnya kota-kota Arab lama, kota Fez lama juga dikelilingi tembok tinggi (tingginya sekitar 5 meter) dengan memiliki beberapa pintu masuk. Kota Fez lama yang juga dikenal dengan nama Fez Al Bali hanya bisa dimasuki dengan jalan kaki atau naik sepeda. Kendaraan beroda empat tidak bisa masuk kota Fez lama. Di depan pintu masuk kota Fez lama, sudah menunggu seorang guide yang mengaku bernama Abdel Hamid.

Abdel Hamid lalu membawa Kompas masuk ke dalam kota Fez lama dengan menyelusuri jalan-jalan sempit yang berliku-liku dengan lebar hanya 1-2 meter. ”Di dalam kota Fez lama ini, ada 9.000 jalan sempit berliku-liku yang menghubungkan satu tempat ke tempat lain di dalam kota. Kota Fez lama ini dihuni sekitar 700.000 jiwa. Jadi, kota ini sangat padat,” ungkap Abdel Hamid.

Ia menjelaskan pula, sejak 1.000 tahun lalu, wujud kota Fez seperti ini, tidak berubah sama sekali. Sungguh menakjubkan melihat di dalam kota Fez lama itu. Sebuah sistem kehidupan mandiri dan eksklusif dengan infrastruktur kota yang lengkap, masih terjaga rapi selama 12 abad. Di dalam kota Fez lama, terdapat toko-toko, sekolah-sekolah agama, rumah-rumah penduduk, restoran-restoran yang berhadap-hadapan dengan hanya dipisah jalan sempit selebar sekitar 2 meter saja.

Keluar kota

Penduduk kota Fez lama tidak perlu lagi keluar kota karena semua kebutuhan hidup dasar telah terpenuhi di dalam kota lama, semisal kebutuhan pangan, pendidikan, klinik kesehatan, serta masjid-masjid yang bertebaran di dalam kota lama.

Berada di dalam kota Fez lama tidak berlebihan jika seakan merasakan hidup seperti suasana 12 abad lampau. Sering kali jalan-jalan sempit yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain di dalam kota Fez lama remang-remang agak gelap.

Tentu tak melupakan ziarah ke Masjid dan Universitas Kairouyine yang legendaris dan terletak di tengah kota lama. Saat ini, Universitas Kairouyine tetap menjadi pusat menuntut ilmu agama para pelajar dari dunia Islam, termasuk Indonesia. Menurut data KBRI Rabat, mahasiswa Indonesia yang belajar di Maroko sebanyak 40 mahasiswa, termasuk di antaranya yang belajar di Universitas Kairouyine.

Setelah mengunjungi Masjid dan Universitas Kairouyine, lalu melanjutkan ziarah ke Mausoleum pendiri Tarekat Tijaniyah, yakni Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin al Mukhtar at Tijani. ”Anda dari Indonesia, ya? Banyak orang Indonesia datang ke sini,” kata salah seorang penjaga Mausoleum pendiri Tarekat Tijaniyah itu. Ia lalu menemani Kompas masuk ke dalam Mausoleum sambil menjelaskan tempat-tempat yang ada di dalamnya. Hanya beberapa langkah kaki masuk ke dalam Mausoleum, sudah terdengar suara alunan ayat-ayat suci Al Quran yang dibaca oleh para peziarah.

”Di sini pasti ada orang dari mancanegara, dari Afrika, Asia, atau negara Arab lain yang tinggal berhari-hari, bahkan berminggu-minggu di dalam Mausoleum untuk mencari barakah,” katanya.

Terbesar

Fez kini merupakan kota ketiga terbesar di Maroko, setelah Casablanca dan Rabat, dengan penduduk 946.815 jiwa (dalam sensus tahun 2004). Fez juga disebut satu dari empat ibu kota monarki di Maroko, selain Marrakesh, Meknes, dan Rabat. Pasalnya, hampir semua monarki yang berkuasa di Maroko selalu menjadikan kota Fez sebagai ibu kotanya. Pada masa dinasti Almohad (1130-1269), kota Fez merupakan kota terbesar di dunia, yakni persisnya dari tahun 1170 hingga 1180. Fez juga saat itu dikenal sebagai pusat kota ilmu pengetahuan dan keagamaan, di mana kaum Muslim dan Kristen dari Eropa datang ke Fez untuk menimba ilmu. Pada masa dinasti Marinid (1269-1420) dan masa kerajaan Fez (1420-1554) dikenal masa tumpleknya imigran Muslim dari Spanyol ke kota Fez, menyusul jatuhnya kejatuhan Spanyol pada tahun 1492.

Warga Arab dari Tunisia juga pernah berduyun-duyun datang dan menetap di kota Fez, yang membuat kota tersebut semakin berkarakteristik Arab dan muncul distrik Adwat Al Andalus dan Adwat al-Qarawiyyin. Fez lalu di bawah Dinasti Saadi sejak 1554 hingga 1649. Sejak tahun 1649, Fez menjadi pusat negeri Maroko dan sebagai pusat perdagangan kaum Berber di Afrika Utara. Hingga abad ke-19 Masehi, hanya kota Fez yang dikenal sebagai pusat produksi tarboosh (topi khas Arab), sebelum kemudian juga dibuat di Perancis dan Turki.

Kota Fez menjadi wilayah independen yang dipimpin oleh Raja Yazid (1790-1792) dan Abu’r Rabi Sulayman (1792-1795). Raja tersebut kemudian ditaklukkan oleh Maroko. Pada tahun 1819-1821, kota Fez menjadi bagian dari wilayah kaum pemberontak yang dipimpin oleh Ibrahim ibn Yazid. Pada tahun 1830, kota Fez kembali jatuh ke tangan kaum pemberontak yang dipimpin Muhammad ibn Tayyib. Pada tahun 1912-1956, kota Fez bagian dari wilayah Maroko Spanyol.

Fez dikenal sebagai ibu kota Maroko dalam sepanjang masanya hingga tahun 1912. Pada tahun 1912, ketika Maroko di bawah pendudukan Perancis, maka dipilih Rabat sebagai ibu kota baru Maroko hingga saat ini. Namun, Fez tetap bertahan sebagai kota spiritual dan budaya di Maroko hingga hari ini.

PENGADUAN CACING, SEMUT DAN NYAMUKNyamuk:


“Pokoknya, saya tak terima. Seluruh anak cucu saya, sejak zaman Adam sudah dibunuh manusia dengan segala cara.
”Semut: “Hah! Aku dan semua saudaraku pun sama. Manusia selalu membunuh dan merusak. Ini tak bisa dibiarkan. Keluargaku pernah disiram minyak dan dibakat hidup-hidup.
”Cacing: “Aku sering diinjak-injak, disiram minyak dan sabun.”Nyamuk: “Kita harus ajukan tuntan hukum melalui Malaikat Jibril. We have to take legal action!
”Malaikat mendengarkan pengaduan mereka satu per satu. Jauh sebelum mereka datang, para Malaikat yang lain pun sudah mencatat secara detail.
Nyamuk: “Tak mungkin Tuhan menciptakan kita hanya untuk dibunuh!
”Semut: “Iya benar!
”Cacing: “Pokoknya, kita menuntut keadilan. Kita juga punya makhluk Tuhan bernyawa.
”Malaikat Jibril: “Baiklah semua akan saya sampaikan pengaduan kalian semua kepada Tuhan. Kalian tunggu jawabannya, sekejap saja.
”Nyamuk: “Ok.”
Semut: “Kita tunggu!
”Cacing: “Jangan pakai lama.

”Singkat cerita, Malaikat Jibril pun datang kepada utusan keluarga nyamuk, semut dan cacing dengan membawa kabar.
Malaikat Jibril: “Tuhan menitipkan pesan untuk kalian. ‘Kalian harus tetap ikhlas, tetap bertasbih dan beribadah kepada-Ku seperti biasa. Urusan dengan manusia serahkan kepada-Ku. Kalian tidak boleh dendam atau melakukan perlawanan tanpa izin dari-Ku.’
Begitu kata-Nya.
”Nyamuk: “Oooh. Jadi urusannya sama Tuhan?Jibril: “Ya. Adukan semua pada Tuhan.
”Cacing: “Manusia yang mengerjakan, kenapa Tuhan yang bertanggung jawab?
”Semut: “Saya masih bingung.
”Malaikat Jibril: “Kalian diciptakan dengan peran masing-masing sebagai makhluk Tuhan. Segala sesuatu harus diserahkan kepada pencipta-Nya.
”Nyamuk: “Tapi, ini kan urusan kami dengan manusia, sesama makhluk-Nya.
”Malaikat Jibril: “Pokoknya begini, bila ada pelanggaran manusia atas kalian, semua akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Hingga sekecil-kecilnya. Kalian akan mendapatkan keadilan Tuhan, seadil-adilnya.
”Nyamuk: “Oh begitu. Jadi, kita masih bisa menuntut.
”Semut: “Kalau begitu tetap diperhitungkan.­”Cacing: “Ok kita setuju. Pokoknya, bila Tuhan meridhai kami pasti tunduk dan patuh.
”Malaikat Jibril: “Nah, itu baru hamba Allah.
”Nyamuk: “Sebentar...sebentar!
”Malaikat Jibril: “Ada apa lagi?
”Nyamuk: “Bukan karena saya makhluk yang paling iseng dan paling ganggu manusia. Bukan karena saya makhluk yang doyan dengan darah manusia. Saya pun menjalankan peran saya sebagai nyamuk. Tapi, tunjukkan kepada saya, kapan manusia dihalalkan dan diridhai membunuh kami?”Malaikat Jibril: “Begini, mungkin kalian pernah mendengar kata “bismillahirahm­anirrahim” yang diucapkan manusia untuk mengawali niat semua perkataan, perbuatan dan keputusan mereka. Kata “basmalah” tak ubahnya seperti “mandatori” dari Tuhan. Itu adalah izin yang diajukan manusia kepada Tuhan. Bila Tuhan melihat ketulusan niat, maka bismillah-nya diterima. Ingat ya, niat yang tulus dan izin dari Tuhannya, ini kuncinya. Lalu, jika Tuhan telah memberi mandatori ini, maka segala sesuatu menjadi urusan Tuhan.

Dialah yang bertanggungjawab. Dialah yang menanggung. Kemudian, manusia juga dicontohkan oleh Rasulullah untuk mengucap istighfar setiap hari, karena pasti, terlalu banyak hal dan kesalahan yang bisa dilakukan manusia, secara sadar atau tak sadar.”Nyamuk: “Astagfirullah...Saya juga makhluk. Saya juga minta ampun.”Semut: “Astaghfirullah. Saya juga sama.”Cacing: “Astagfirullah...”

... ALIM TAPI MATI SU'UL KHATIMAH ...

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Sungguh di luar dugaan, seorang murid paling alim ini ternyata ahli maksiat. Dalam kondisi sakaratul maut, dirinya pun menolak dibacakan Yasin bahkan syahadat, sehingga membuatnya meninggal dalam keadaan Su'ul Khatimah. Inilah Kisahnya ... Fadhil bin 'Iyadh adalah salah seorang tokoh syeikh tarekat, ia mempunyai seorang murid kesayangan. Muridnya tersebut tergolong salah satu murid yang paling alim di antara murid-murid lainnya. Dalam kesahariannya, murid Fadhil tersebut sangat santun dalam bertutur kata dan sopan dalam menjaga sikapnya. Oleh karena itu, dirinya pun mengajarkan semua yang diketahui olehnya kepada sang murid dengan harapan muridnya kelak mampu menurunkan ilmu yang dimilikinya. Sakit Keras ... Namun semua itu tak disangka oleh sang guru ketika dalam usia yang masih cukup muda muridnya terserang suatu penyakit yang cukup ganas. Bahkan oleh dokter yang memeriksa kala itu, si murid divonis tak akan bisa sembuh dari penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Dalam kondisi yang serba kebingungan tersebut, si murid lantas diberi saran oleh sang dokter. Bahwa jika dirinya ingin sembuh dari penyakit ganas tersebut, maka hendaklah minum khamr."Berarti saya harus meminum minuman yang memabukkan itu?" tanya si murid. "Hanya itu yang bisa menyembuhkan penyakitmu," jawab sang dokter. Tanpa diketahui oleh sang guru, si murid pun mulai meminum khamr demi kesembuhan penyakit yang dideritanya. Akibat perbuatannya tersebut, dirinya lantas ketagihan dan mulai mabuk-mabukan setiap harinya. Kini, si murid pun juga mulai berani menghasut teman-temannya. Bahkan dirinya juga sampai berani mengadu domba hingga menyebabkan permusuhan diantara para teman-temannya. Hanya saja dirinya mampu menutupi semua perbuatannya itu di depan gurunya sehingga dirinya masih mendapatkan citra yang positif di mata gurunya. Tahun berganti tahun, penyakit yang diderita oleh si murid pun semakin parah sehingga dirinya mengalami sakaratul maut. Menjelang kematiannya, sang guru pun datang kepadanya dan duduk di dekat kepalanya. Ketika sang guru hendak membacakan surat Yasin, tiba-tiba si murid berkata, "Wahai guruku, jangan bacakan surat ini." Sang guru terdiam, lalu dirinya membimbing murid yang dicintainya itu agar membaca syahadat. Sekali lagi sang murid juga menolak dan berkata, "Aku tidak mau membacanya, karena aku tidak menyukainya." Akhirnya sang murid menghembuskan nafasnya yang terakhir. Sang guru merasa heran menyaksikan keadaan murid kesayangannya. Kemudian sang guru pulang dan masuk ke kamarnya, ia berdiam diri di kamarnya, lalu ia bermimpi bahwa muridnya dicampakkan ke neraka Jahannam. Dalam mimpinya ia bertanya kepada muridnya, "Mengapa Allah mencabut makrifat darimu, padahal kamu termasuk muridku yang paling alim?" "Allah mencabut makrifatku karena 3 hal: .. Pertama, karena namimah (mengadu domba). Kedua karena hasut, aku dengki kepada sahabat-sahabatku, dan yang ketiga, demi kesembuhan penyakitku, aku ikuti nasehat dokter dengan meminum khamr. Itulah tiga hal yang menyebabkan aku Su'ul Khatimah, mengakhiri hidup dengan keburukan," jawab sang murid dalam mimpi gurunya. Wallahu’alam bishshawab, ..

PENGERTIAN TASAWWUF DAN ILMU HIKMAH

. 1. PENGERTIAN ILMU HIKMAH Ilmu hikmah adalah sebuah ilmu kebatinan dengan metode zikir dan doa, adakalanya juga dengan mantra berbahasa Arab atau campuran tetapi tidak bertentangan dengan akidah dan syari'at Islam, ditujukan untuk urusan duniawi seperti kekebalan, pangkat, karir, perjodohan, pengasihan dan lain-lain 2. PENGERTIAN TASAWUF Yaitu bersungguh-sungguh (dalam berbuat baik) dan meninggalkan sifat-sifat tercela.(Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 7). Aslinya Tasawuf (yiatu jalan tasawuf) adalah tekun beribadah, berhubungan langsung kepada ALLAH, menjauhi diri dari kemewahan dan hiasan duniawi, Zuhud (tidak suka) pada kelezatan, harta dan pangkat yang diburu banyak orang, dan menyendiri dari makhluk di dalam kholwat untuk beribadah.(Lihat kitab Zhuhrul Islam IV-Halaman 151) Adapun batasan tasawuf adalah : Maka berkata Junaed : yaitu bahwa kebenaran mematikanu dari dirimu dan kebenaran tersebut menghidupkanmu dengan kebenaran tersebut. Dan ia berkata juga : Adalah kamu bersama ALLAH tanpa ketergantungan. Dan dikatakan : Masuk pada segala ciptaan yang mulya dan keluar dari segala ciptaan yang hina. Dan dikatakan : Yaitu akhlak mulia yang tampak pada zaman yang mulia beserta kaum yang mulia. Dan dikatakan : Bahwa kamu tidak memiliki sesuatu dan sesuatu itu tidak memiliki kamu. Dan dikatakan : Tasawuf itu dibangun atas 3 macam : (1) Berpegang dengan kefakiran dan menjadi fakir (2) kenyataan berkorban dan mementingkan orang lain (3) Meninggalkan mengatur dan memilih.(Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 4). 3. TATA CARA MENGUASAI ILMU HIKMAH Dengan puasa, zikir/wirid, amalan, doa, membaca ayat-ayat Qur'an, dengan mantra, sya'ir-syair yang dibuat para Ulama Hikmah atau yang didapat dari ilham para Ulama Hikmah atau dari ilham Ahli Tasawuf dan lain-lain 4. TATA CARA MENGUASAI TASAWUF Maka wajiblah beramal dengan Islam, Maka tidak ada tasawuf kecuali dengan fiqih, karena kau tidak mengetahui hukum-hukum ALLAH Ta'ala yang lahir kecuali dengan fiqih. Dan tidak ada fiqih kecuali dengan tasawuf, karena tidak ada amal dengan kebenaran pengarahan (kecuali dengan tasawuf). Dan juga tidak ada tasawuf dan fiqih kecuali dengan Iman, karena tidaklah sah salah satu dari keduanya (fiqih dan tasawuf) tanpa iman. Maka wajiblah mengumpulkan ketiganya (iman, fiqih, tasawuf) .(Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 5). Imam Malik berkata : Barangsiapa bertasawwuf tapi tidak berfiqih maka dia telah kafir zindiq (pura-pura beriman), dan barangsiapa yang berfiqih tapi tidak bertasawuf maka dia telah fasik (berdosa) dan barangsiapa yang mengumpulkan keduanya (fiqh dan tasawwuf) maka dia telah benar.(Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 6). Jadi Tasawwuf itu harus melalui Iman (akidah), Islam (syari'ah) dan Ihsan (Hakikat). Atau amal Syari'ah, Thoriqoh dan Hakikah. Maka Syari'ah adalah menyembah ALLAH, Thoriqoh adalah menuju ALLAH, dan Hakikah adalah menyaksikan ALLAH. Atau Syari'ah itu untuk memperbaiki lahiriah, Thoriqoh untuk memperbaiki bathiniah (hati), dan Hakikah untuk memperbaiki Sir (Rahasia diri).Memperbaki anggota tubuh dengan 3 perkata : Taubat, Taqwa dan Istiqomah. Dan memperbaiki hati dengan 3 perkara : Ikhlas, jujur dan tenang. Dan memperbaiki Sir (Rahasia Diri) dengan 3 perkara : Muroqobah (saling mengawasi antara diri dan ALLAH), Musyahadah (saling menyaksikan antara diri dan ALLAH), dan Ma'rifah (Mengenal ALLAH secara mutlak dan jelas).(Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 11). Harus melalui Ikhlas tingkat tertinggi (Khowwasul Khowwash). Dan ikhlas itu ada 3 derajat : (1) Derajat Awam (umumnya manusia) (2) Khowwash (3) Khowwasul Khowwash. Maka (1) ikhlasnya orang awam yaitu mengeluarkan makhluk dari beribadah kepada ALLAH beserta mencari bagian-bagian dunia dan akhirat. seperti menjaga badan, harta, keluasan rizki, perdagangan dan yang indah dipandang (2) Ikhlasnya Khowwash adalah mencari bagian akhirat tanpa mencari bagian dunia. (3) Dan ikhlasnya Khowwashul Khowwash adalah mengeluarkan bagian-bagian semuanya (dunia dan akhirat). Maka ibadah mereka adalah sebenar-benar penyembahan, dan melaksanakan tugas-tugas dari ALLAH, atau cinta dan rindu melihat-Nya. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Faridh: "Bukanlah permintaanku berupa surga jannatun na'im, hanya saja aku mencintai surga untuk melihat-Mu.(Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 31-32). 5 TUJUAN HIKMAHTujuannya masalah duniawi seperti kekebalan, kesaktian, pengasihan, jodoh, ramalan, pengobatan, kerejekian dan lain-lain 6 TUJUAN TASAWWUFTujuannya adalah Ma'rifatullah (mengenal ALLAH secara mutlak dan lebih jelas) 7 KEKUATAN LUAR BIASA Kekuatan luar biasa ilmu hikmah termasuk kekuatan luar biasa Hissiah (panca idnera/­­lahiriah) seperti berjalan di atas air, terbang di udara, melipat bumi, menimbulkan air, menarik makanan, tampaknya kegaiban dan lain-lain. Dan kekuatan luar biasa ahli tasawwuf adalah Hakikah / Ma'nawiyyah (sebenar-benarnya­­ karomah) yaitu istiqomahnya (kontinyu) seorang hamba kepada Tuhannya dalam lahir dan bathin. Terbukanya hijab dari hatinya sehingga mengenal jelas Tuhannya. menguasai dirinya dan berbeda dengan hawa nafsunya, kuat yakinnya dan diamnya, tenang dengan ALLAH.(Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 317). Imam Ibnu 'A-tho-illah berkata : Seringkali ALLAH memberi rizki karomah (kekeramatan) pada orang yang tidak sempurna isqomahnya.(Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 317). Yang diambil pelajaran oleh Ahli Tahqiq (Ahli Tasawwuf sejati) adalah jangan mencari karomah Hissiah ini dan jangan berpaling kepadanya. Karena kadang tampak karomah Hissiah ini pada tangan orang yang tidak sempurna istiqomahnya. Bahkan kadang tampak pada tangan orang yang tidak ada istiqomah sama sekali, seperti para tukang sihir dan dukun. Dan kadang tampak pada tangan-tangan Rahib (pendeta).Dan ini bukanlah karomah tapi Istidroj.(Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 317). Imam Abu Yazid Al Bustomi berkata : "Jika kamu melihat seseorang yang diberikan karomah (kekeramatan) sehingga dia dapat terbang di udara maka janganlah kamu tertipu dengannya sehingga kamu melihat bagaimana kamu mendapatkan dia melaksanakan perintah dan menjuahi larangan, menjaga batasan-batasan, dan melaksanakan syari'at.(Lihat kitab Risalah Qusyayriyyah halaman 14 atau buku 40 Masalah Agama III halaman 38) Sumber : Kitab Iyqo-zhul Himam fii Syarhil Hikam cetakan dan terrbitan Al Haromain, Jeddah karangan Al 'Arif Billah Ahmad bin Muhammad bin 'Ajibah Al Husni.40 Masalah Agama III, penerbit Pustaka Tarbiyah, karangan KH.Siradjuddin Abbas

Ilustrasi Lukisan dan Foto Sayidina Abbil Abbas Ahmad At Tijani Ra .

Ilustrasi lukisan As Syekh Ahmad At Tijani. Diantar bentuk mahabbah dalam diri seseorang dia akan senatiasa mengingat wajah sang kekasih pujaan hati , bahkan bagi sebagian para pecinta belum sempurna kiranya jika belum memiliki lukisan ataupun foto sang kekasih , namun apa jadinya jika sang kekasih melihat foto yang dia katankan itu adalah wajahmu yg senantiasa aku kagumi wal hasil ternyata dia salah meletakan gambar pujaan hatinya ternyata bukan apa yang selama ini dia yakini…!!!!!!!! , mungkin bagi sebagian kecil hal tersebut terlihat sepele namun apa jadinya jika gambar idolanya itu ternyata tidak sesuai dengan fakta , dan terlebih fatal lagi tokoh yang dia idolakan tersebut ternyata orang lain , dan orang yg mengetahui siapa sebenarnya yg ada di gambar tersebut tentu akan tersenyum sambil berkata :” ternyata anda hanya mengaku ngaku mengenal kekasih anda,sedangkan anda tidak mengenal dengan sebenar-benarnya orang yang anda cintai.” Sayidina Abbil Abbas Ahmad At Tijani Ra beliau terkenal baik saat masanya maupun sepanjang hayatnya sebagai tokoh sufi yang sangat agung di lahirkan pada tahun 1150 H. (1737 M.) di `Ain Madi, sebuah desa di Al-Jazair. Syekh Ahmad al-Tijani memiliki nasab sampai kepada Rasulullah saw. lengkapnya adalah Abu al-Abbas Ahmad Ibn Muhammad Ibn Mukhtar Ibn Ahmab Ibn Muhammad Ibn Salam Ibn Abi al-Id Ibn Salim Ibn Ahmad al-`Alawi Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Abbas Ibn Abd Jabbar Ibn Idris Ibn Ishak Ibn Zainal Abidin Ibn Ahmad Ibn Muhammad al-Nafs al-Zakiyyah Ibn Abdullah al-Kamil Ibn Hasan al-Musana Ibn Hasan al-Sibti Ibn Ali Ibn Abi Thalib, dari Sayyidah Fatimah al-Zahra putri Rasuluullah saw. Beliau wafat pada hari Kamis, tanggal 17 Syawal tahun 1230 H( 1817 M) ., dan dimakamkan di kota Fez Maroko.( Riwayat beliau Ra secara ringkas ) Adapun rupa dan gambaran kepribadian beliau yang sangat mulia secara tersirat sangat sempurna di gambarkan di dalam buah karya kholifah udzma Sayiddina Ali harazim ra di dalam kitab jawahirul ma’ani , sedangkan gambar fisik maupun wajah beliau baik yg di ilustrasikan di dalam lukisan maupun foto , tidak satupun sumber yang pasti tentang kebenaran baik dari Keturunan As Syekh Ra secara lisan maupun tertulis , namun ternyata kenyataannya banyak beredar foto foto beliau Ra baik dari tangan ke tangan maupun yang ada di dumia maya dan di setiap negara dan tempat ternyata berbeda beda poto yang ada , diantaranya kebanyakan yg beredar di Afrika Ilustrasi foto Syekh Ahmad At tijani Ra Namun foto di atas diragukan kebenaranya , berikut sangahan foto ini sumber : http://www.facebook.com/photo.php?fbid=170111986481895&set=a.168147456678348.1073741828.168038506689243&type=1&theater الشيخ سيدي أحمد بن محمد التجاني : الكثير الكثير من يعتقد في هذه الصورة ويعلقها في بيته تكرما وتبركا ضنا منه انها للشيخ التجاني رضي الله عنه فاقول بالله التوفيق رغم العديد من الابحاث المتواصلة لم يتأكد لدينا ثبوت وجود صورة للشيخ سيدي احمد التجاني رضي الله عنه وخاصة هنا في المغرب حيث قضى الشيخ التجاني جل عمره وانهاها فيها .... وكانت هنالك شائعات تقول بوجود صورة للشيخ التجاني رضي الله عنه مع جمع من كبار علماء المغرب انذاك مع سيدي مولاي سليمان رحم الله وانها بالقصر الملكي الا انه لم تثبت الى اليوم ... وكثير من المريدين والاتباع التجانيين خاصة في غرب افريقيا يعتقدون في الصورة ولا يؤمنون بغيرها وهنالك صور اخرى تمثل الشيخ وكما اناه يوجد صورة لحفيده سيدي احمد عمار كذلك يعتقد فيها التجانيون اناها لششيخ التجاني ... الرجاء النشر على اوسع نطاق ليستفيد الاخوان. Cukup banyak ikhwan menyakini foto ini dan mengantungkannya di dinding rumah rumahnya sebagia bentuk penghormatan dan berharap keberkahan darinya , maka akupun memohon taufik kepada Allah swt sekalipun banyak penelitian yang berkaitan dengan foto ini namun belum satupun di sisi kami kepastian tentang adanya foto As syekh Ahmad At tijani Ra terlebih lagi di magribi sendiri yg beliau Ra sepanjang hayat dan Usianya di sini, sekalipun dahulu pernah ada yang berkata adanya foto beliau saat bersama para kubaro ulama ketika bersama maulay sulaiman Ra di dalam istana kerajaan namun kenyataannya foto tersebut tiada kepastian adanya hingga hari ini , namun kebanyakan murid dan pengikut tijani terutama sekali di daerah afrika barat betul betul menyakini foto ini dan tidak menerima foto selain foto ini yang juga cukup banyak mengambarkan wajah dan fisik As Syekh Ra sebagaimana yang di umpamakan pada foto cucu Beliau Ra AS Syaidd Ahmad Ahmar ra. Demikian pula mereka menyakininya sebagai foto Beliau RA . diharapkan untuk di sebarluaskan agar dapat memberikan manfaat bagi ikhwan yg lainya. Syarif Mujahid saidi maula ahmad ammar bin sayidi Muhammad al habib ra الشريف المجاهد سيدي ومولاي احمد المكنى بسيدي احمد عمار ابن سيدي محمد الحبيب ابن سيدي احمد بن محمد بن المختار التجاني رضي الله عنهم اجمعين ... هذا نسبه الى الشيخ سيدي احمد التجاني اي انه ابن سيدي احمد التجاني وليس هو سيدي احمد التجاني فالكثير من الإخوان يخطى بالقصد وبغير القصد من ان هذه الصور هي لسيدي احمد التجاني صاحب الطريقة ودفين فاس بالمغرب ... فهذه الصورة هي لحفيده سيدي احمد عمار دفين عين ماضي بمنطقة كوردان فالرجاء نقلها على اوسع نطاق Cukup banyak ikhwan keliru baik sengaja maupun tidak berkata ini Adalah Foto Shohibul Thorekoh Tijaniyah As syaidi Ahmad At tijani ra yang di makamkan di kota faz magribi sumber : http://www.facebook.com/photo.php?fbid=168161183343642&set=a.168147456678348.1073741828.168038506689243&type=1&theater Dan foto berikutnya pun di yakini sebagai foto beliau bahkan tertulis di gambarnya nama As Syekh Ra namun admin dahulu pernah mendapatkan sumber asli foto ini , dari salah satu forum di Cb rayaheen.com ternyata aslinya foto ini adalah salah satu mursyid thorekoh lain entah thorekoh rifaiyah atau thorekoh syadziliyah ( af1 admin lupa ^_^ ) dan yang terakhir foto yang banyak beredar di Indonesia khususnya di jawa timur yang admin tidak dapati sumber asal muasalnya , yang kamu ketahui foto ini hasil repro dari kamera jadul yang di perbanyak dan menyebar dari tangan ke tangan. Ilustrasi Foto As Syekh Ahmad Di masa mudanya Kesimpulannya : Jika menilik sejarah sangat riskan betul mengatakan di masa As Syekh Ra hidup pada akhir abad 17 dan awal abad 18 adanya alat fotografi, terlebih lagi kamera dan hasil cetakannya seperti saat skarang ini di karenakan sejarah foto sangat panjang sedangkan sejarah potograph paling tua saja baru di temukan di abad 16 itupun baru berbentuk prototype dan masih blom di publikasikan ( alias blom bisa di pakai ) , sedangkan di abad 17 zaman As Syekh ra baru di kembangkan fotograph dan masih dalam tahap penyempurnaan oleh para penemunya dan hasinya pun baru bisa di cetak di lapisan minyak dan masih berbentuk siluet, di pertengahan abad 18 baru ditemukan kamera , dan poto pertama di dunia yg berhasil dicetak ada di abad 1826 setelah As Syekh ra wafat.

Senin, 03 Juni 2013

Keistimewaan Kalimat Tahlil (La ilaha Illallah)

Makna La ilaha illallahTiada sembahan yang pantas disembah dengan sebenar-benarnya di alam ini melainkan Allah
Ulama papan atas Imam Jalaluddin Suyuthi menyebutkan dalam kitabnya
“al-Kanzul Madfun Wa al-Fulkul Masyhun halaman 119:
“ Diantara keistimewaan kalimat La ilaha illallah”
1. Seluruh hurufnya terdiri dari huruf Jauf (yang keluar dari rongga), tidak ada huruf Syafawi (yang keluar dari bibir),
oleh karenanya kalimat inilah yang pilihan menjadi salah satu alamat bisyarah (kabar gembira) bagi orang yang mengalami Sakaratul Maut, seseorang yang didatangi Sakaratul Maut, dia sudah tidak berdaya lagi untuk menggerakkan seluruh anggota tubuhnya, mulut Cuma bisa mangap, nafas engos-engosan yang bisa bergerak cuma lidah saja.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة
Artinya: Siapa saja yang ucapan akhir hidupnya “Laa ilaaha illallah” maka dia akan masuk surga. ( hadits hasan).Seolah-olah kalimat “La Ilaha illallah” yang diucapkan oleh orang yang sedang sekarat benar-benar keluar dari rongga keikhlasannya bukan dari bibirnya.
2. Seluruh hurufnya merupakan huruf Muhmalah (yang tidak bertitik), semua hurufnya sunyi dari pada titik hal ini merupakan sebuah isyarat bahwa kalimat “la ilaha Illallah” merupakan kalimat ikhlas yang mengandung kemurnian aqidah seseorang yang bertauhid untuk menafikan (meniadakan) dari segala sembahan selain Allah Taala.

Kisah Tuma al-Hakim

Imam Abu Hayyan al-Andalusi; salah seorang Imam ahli Tafsir, penulisTafsir al-Bahr al-Muhith , dalam untaian bait-bait syair-nya menuliskansebagai berikut: ﻳَﻈُﻦُّ ﺍﻟﻐُﻤْﺮُ ﺃﻥّ ﺍﻟﻜُﺘْﺐَ ﺗَﻬْﺪِﻱْ # ﺃﺧَﺎ ﺟَﻬْﻞٍ ﻹﺩْﺭَﺍﻙِ ﺍﻟﻌُﻠُﻮْﻡِﻭﻣَﺎ ﻳَﺪْﺭِﻱ ﺍﻟْﺠَﻬُﻮْﻝُ ﺑﺄﻥّ ﻓﻴْﻬَﺎ # ﻏَﻮَﺍﻣِﺾَ ﺣَﻴَّﺮَﺕْ ﻋَﻘْﻞَ ﺍﻟْﻔَﻬِﻴْﻢِﺇﺫَﺍ ﺭُﻣْﺖَ ﺍﻟْﻌُﻠُﻮْﻡَ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺷَﻴْﺦٍ # ﺿَﻠَﻠْﺖَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺼّﺮَﺍﻁِ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴْﻢِﻭَﺗَﺸْﺘَﺒِﻪُ ﺍﻷﻣُﻮْﺭُ ﻋَﻠﻴﻚَ ﺣَﺘّﻰ # ﺗَﺼِﻴْﺮَ ﺃﺿَﻞّ ﻣِﻦْ ﺗُﻮْﻣَﺎ ﺍﻟْﺤَﻜِﻴْﻢِ Orang lalai mengira bahwa kitab-kitab dalapat memberikan petunjukkepada orang bodoh untuk meraih ilmu…” Padahal orang bodoh tidak tahu bahwa dalam kitab-kitab tersebut adabanyak pemahaman-pemahaman sulit yang telah membingungkan orangyang pintar”. Jika engkau menginginkan (meraih) ilmu dengan tanpa guru makaengkau akan sesat dari jalam yang lurus”. Segala perkara akan menjadi rancu atas dirimu, hingga engkau bisa jadilebih sesat dari orang yang bernama Tuma al-Hakim”[6]. Tuma al-Hakim adalah seorang tabib (dokter) yang dalam praktekpengobatannya hanya berdasar buku belaka. Suatu hari ia mendapatisebuah redaksi hadits berbunyi; “al-Habbah as-Sawda’ Syifa’ LikulliDa’” . Namun Tuma al-Hakim mendapati huruf ba’ pada kata al-habbahdengan dua titik; menjadi ya’ , karena kemungkinan salah cetak, maka iamembacanya menjadi al-Hayyah as-Sawda’ . Tentu maknanya berubahtotal, semula makna yang benar adalah “ Habbah Sawda’ (jintan hitam)adalah obat dari segala penyakit”, berubah drastis menjadi “Ular hitamadalah obat bagi segala penyakit”. Akibatnya, Tuma al-Hakim telahmembunuh banyak orang karena “kebodohannya”, mereka mati terkenabisa ular ganas yang ia anggapnya sebagai obat.

ANUGRAH ILAHI (YA MAN AZHHARAL JAMIL)

ﻳَﺎ ﻣَﻦْ ﺃَﻇْﻬَﺮَ ﺍﻟْﺠَﻤِﻴﻞَ، ﻭَﺳَﺘَﺮَ ﺍﻟْﻘَﺒِﻴﺢَ، ﻭَﻟَﻢْ ﻳُﺆَﺍﺧِﺬْ ﺑَﺎﻟْﺠَﺮِﻳﺮَﺓِ، ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻬْﺘِﻚِ ﺍﻟﺴِّﺘْﺮَ، ﻭَﻳَﺎ ﻋَﻈِﻴﻢَ ﺍﻟْﻌَﻔْﻮِ، ﻭَﻳَﺎ ﺣَﺴَﻦَﺍﻟﺘَّﺠَﺎﻭُﺯِ، ﻭَﻳَﺎ ﻭَﺍﺳِﻊ َﺍﻟْﻤَﻐْﻔِﺮَﺓِ، ﻭَﻳَﺎ ﺑَﺎﺳِﻂَ ﺍﻟْﻴَﺪَﻳْﻦِ ﺑِﺎﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ، ﻭَﻳَﺎ ﺳَﺎﻣِﻊَ ﻛُﻞِّ ﻧَﺠْﻮَﻯ، ﻭَﻳَﺎ ﻣُﻨْﺘَﻬَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻜْﻮَﻯ، ﻭَﻳَﺎ ﻛَﺮِﻳْﻢَﺍﻟﺼَّﻔْﺢِ، ﻭَﻳَﺎ ﻋَﻈِﻴﻢَ ﺍﻟْﻤَﻦِّ، ﻭَﻳَﺎ ﻣُﻘِﻴﻞَ ﺍﻟْﻌَﺜَﺮَﺍﺕِ، ﻭَﻳَﺎ ﻣُﺒْﺘَﺪِﺋﺎً ﺑِﺎﻟﻨِّﻌَﻢِ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﺳْﺘِﺤْﻘَﺎﻗِﻬَﺎ، ﻳَﺎ ﺭَﺑِّﻲ ﻭَﻳَﺎ ﺳَﻴِّﺪِﻱ ﻭَﻳَﺎ ﻣَﻮْﻟَﺎﻱَﻭَﻳَﺎ ﻏَﺎﻳَﺔَ ﺭَﻏْﺒَﺘِﻲ، ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺗُﺸَﻮِّﻩَ ﺧِﻠْﻘَﺘِﻲ ﺑِﺒَﻠَﺎﺀِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﻟَﺎ ﺑِﻌَﺬَﺍﺏِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ . Artinya: Wahai Yang menampakan keindahan dan menutupi keburukan, Wahai Yang tidaktergesa-gesa dalam menjatuhkan hukuman atas suatu kesalahan, dan juga tidak menyebarluaskan ke-aib-an hambaNya, Wahai Yang Maha Pemaaf dan Pengampun, Yang keduatanganNya senantiasa terulur dengan rahmat, Wahai Yang Maha Mendengar setiap bisikanrintihan dan Tempat melimpahkan segala keluhan, Wahai Yang Maha Pemurah, Wahai YangAmat besar anugrahNya, Wahai Yang Maha menepis segala ketergilinciran, Yang memberikankenikmatan sebelum diminta, bahkan sebelum hambaNya berhak untuk mendapatkannya.WahaiTuhanku, Wahai Junjunganku, Wahai Penolongku, Wahai Puncak Tujuanku, akumemohon kepadaMu janganlah Engkau hinakan diriku dengan mushibah dunia dan azab neraka. Penjelasan: Di dalam kitab al-Mustadrak, Imam al-Hakim al-Naisaburiy menyebutkan sebuah hadits Shahihdari Umar bin Syu`aib Radiyallahu Anhu yang ia terima dari bapaknya dan kakeknya. Kakeknyabernama Abdullah Bin Amr Bin Ash, kakeknya meriwayatkan dari Rasulullah: iaberkata :”Malaikat Jibril pernah datang kepada Rasulullah dengan membawa do`a ini dari langitJibril berkata : “Salam sejahtera atas-mu ya Rasulallah”. Rasulullah menjawab : ”Salamsejahtera pula atas-mu ya Jibril”. Ia berkata :”Allah telah mengutusku untuk membawa sebuahhadiah untukmu”. “Hadiah apa ?” tanya Rasulullah. “Beberapa kalimat yang diambil-Nya darigudang arsy” jawabnya. “Dengan kalimat ini, mudah-mudahan Allah akan memuliakanmu”. “Kalimat apa ya Jibril?” Tanya Rasulullah. Kemudian malaikat Jibril membacakan do`a ini : Yaaman azharal jamiil, wa satarol qabiihRasulullah bertanya lagi : “Fadhilah apa yang Allah berikan kepada pembacanya ?”. MalaikatJibril menjawab : “Seandainya semua malaikat yang ada di tujuh lapis langit itu berkumpul untukmenggambarkan fadhilahnya, niscaya mereka semua tidak akan mampu untuk menggambarkanfadhilahnya sampai hari kiamat tiba. Dan Allah Taala telah berfirman kepadaku : Kuberikanpahala kepada pembacanya sebanyak semua makhluk yang telah aku ciptakan, sebanyak tetesanair hujan, sebanyak pasir dan kerikil, dan Aku berikan pahala seperti yang di dapat oleh 70 orangnabi yang telah menyampaikan dakwah risalah”. Takhrij Hadis Imam al-Hakim berkomentar : “Hadits ini sanadnya shahih karena perawinya kebanyakanberasal dari penduduk Madinah yang terpercaya”.Kaifiyat MembacaDoa ini sebaiknya dibaca sebanyak 20 kali sehari semalam boleh pada satu waktu atau dibagipadabeberapa waktu (dicicil) misalnya setiap selesai shalat dibaca 4 kali. Diambil dari risalah: ﻏَﺎﻳَﺔُ ﺍﻟْﻘَﺼْﺪِ ﻭَﺍﻟْﻤُﺮَﺍﺩﻓﻴﻤﺎ ﻟﻠﺘﺠﺎﻧِـﻲ ﻣﻦ ﺍﻷﺫﻛﺎﺭ ﻭﺍﻷﻭﺭﺍﺩ

Senin, 20 Mei 2013

SAYYIDAH ZAHRO AL HABSYIAH istri SAYYID MUHAMMD AL HABIB BIN SYECH AHMAD RA

Sayyidah zahro Al habsyiah adalah istri Sayyid Muhammad Al habib bin Syech Ahmad At ti jany ra,beliau di karuniai seorg anak yg bernama Ahmad....... jauh sebelum kedua nya menikah,Sayyid Muhhammad Al habib ra suatu waktu mau bepergian kehijaz dg menaiki kapal laut.... di tempat pembelian tiket di pelabuhan tunis Sayyid Muahammad Al habib bertemu dg Sayyid yusuf bin Dzanun Al bajja,i at tunisi,beliau ini murid dr syech Ahmad at tijany yg sangat masyhur akan KASYAF dan FUTUH nya dan Sayiid muhammad Al habib memang sgt menghormati dan sgtperhatian pd Sayyid yusuf bin dzanun... Sayyid Yusuf ber kata kpd Sayyid muahammad Al habib.... Wahai Sayyid Muhammad Al habib...Kapal yg akan engkau naiki ini akan pecah nanti saat sampai disuatu tempat,oleh krn nya jangan lah engkau kaget,krn engkau akan slamat Insya Allah dan engkau akan menikah setelaah itu dengang Sayyidah dr kalangan Habsyiah dan engkau akan punya anak laki2 dr nya tolong beri nama sebagaimana nama Ayah mu ( Syech Ahmad ra )demikian pertemuan yg singkat itu dan ternyata apa yg di katakan oleh Sayyid Yusuf semua nya benar dan tak satupun yg meleset,kapal itu pecah dan Sayyid Muhammad Al habib selamat dg ijin Allah dan beliau setelah itu menikah dengan Sayyidah Zahro Al habsyiah serta di karunia se org anak yg di beri nama Ahmad sesuai wasiat Sayyid yusuf bin dzanunDemikaian lah hal ihwal dr pd kekasih2 Allah ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺍﻋﻠﻢﻧﺴﺎﺀ ﺗﺠﺎﻧﻴﺎﺕ

Bingkisan Rindu 6

Yakin dengan Tarekat Tiajani Akan Sampai pada Tujuan Banyak ayat al Qur`an menyebutkan iman dan amal saleh secara beriringan. Ini menunjukkan kepercayaan atau keyakinan adalah pondasi dasar yang kita miliki. Percaya dan yakin dengan tarekat yang kita ambil dan percaya dengan apa-apa yang berhubungan dengan tarekat, baik syarat, keutamaan tarekat, kedudukan syekh Tijani sebagai Saidul Aulia, dan hal-hal lainnnya. Kepercayaan dan keyakinan itu merupakan pondasi untuk meraih keutamaan dan keberhasilan dalam bertarekat. Yang tak kalah pentingnya adalah kita harus percaya dan yakin bahwa kita akan sampai pada tujuan tarekat, yaitu wushul ilallah. Dalam kitab Ar Rimah jilid I hal 23 disebutkan bahwa: الشيخ الواصل حبل الله فى ارضه فمن تعلق به وصل واما غير الواصل فمن تعلق به انقطع “Syekh washil adalah ibarat tali Allah di bumi, barang siapa bergantung kepadanya, niscaya ia akan washil juga. Adapun syekh yang tidak washil, siapa yang bergantung kepadanya akan terputus (tidak akan wushul ilalla).” Sebaliknya orang yang tidak percaya dengan tarekat atau ragu-ragu dengan tarekat yang ia ambil tidak akan memperoleh keutamaan tarekat yang ia ambil, karena masih dalam keragu-raguan. Bahkan ada diantara ikhwan kita ( termasuk ulama) yang tadinya masuk Tarekat Tijani, karena ada ungkapan-ungkapan dalam Tarekat yang menurutnya tidak lazim, menurut pemahamannya, sehingga timbul keraguan dan akhirnya menyatakan secara tertulis keluar dari Tarekat Tijani, bahkan sampai menggelar Dialog untuk memojokkan Tarekat Tijani. Na`uzubillah min zalik. Menurut KH. Fauzhan: Haram bagi ikhwan Tijani mengikut imam kepada orang yang pernah masuk Tijani kemudian keluar dari Tijani bahkan memusuhi Tarekat Tijani. Ada juga saudara kita yang tidak percaya dengan tarekat, bahkan tarekat dikatakan sebagai bid`ah. Tidak percaya dengan karamatnya para wali. Menganggap tarekat menjerumuskan manusia kepada perbuatan syirik, karena katanya orang tarekat senang memuji-muji wali, meminta kepada wali. Tidak percaya dengan tawasul. Langsung saja katanya meminta kepada Allah. Orang-orang yang beranggapan seperti ini jangankan mengambil Tarekat, mendengar nama Tarekat saja mereka elergi, bahkan memusuhi orang-orang tareakat. Yakinlah dengan bergabung pada salah satu tarekat muktabarah, kita akan sukses meraih keselamatan, kebahagiaan dunia akhirat, dan mendapatkan keridhaan Allah.

Bingkisan Rindu 5

KUNCI SUKSES BERTAREKAT Sungguh berbeda orang yang tahu dengan orang yang tidak tahu. Banyak orang yang mengalami gagalan karena ketidaktahuannya. Orang yang tidak mengerti cara memasak ia akan gagal ketika memasak. Sebaliknya orang yang mengerti tentang memasak ia akan mampu memasak dengan baik. Namun, pengetahuan tentang memasak belum menjamin sukses dalam memasak, kalau tanpa latihan dan pengalaman yang berulang-ulang. Begitu pula orang yang ingin sukses bertarekat perlu mengetahui seluk-beluk ilmu tarekat yang ia pegang. Apa yang perlu dipersiapkan, apa yang harus dilakukan sehingga tidak mengalami kegagalan dalam bertarekat. Untuk memberikan motivasi agar kita sukses bertarekat dan tetap istiqamah dengan tarekat yang kita ambil, mari kita simak uraian berikut. Niat yang Benar Ada sebagian pengamat tarekat mempertanyakan tentang tingginya animo masyarakat memasuki tarekat. Sebagaimana kita baca dalam Tabloit Serambi Ummah no 165 halaman 7, yaitu : Apakah animo masyarkat itu terjadi karena mereka jenuh dengan kehidupan materialistis yang selama ini menggerogoti mereka? Apakah karena kegundahan jiwa akibat hiruk-pikuk kehidupan politik dan ekonomi yang membuat orang banyak stres? Apakah karena di dalam tarekat mereka menemukan sesuatu yang belum pernah mereka peroleh, berupa ketenangan, kedamaian, keceriaan dan keppuasan batin? Boleh jadi ada sebagian orang masuk tarekat karena stres menghadapi kehidupan dunia yang serba rusak dan mungkin juga karena keringnya dan gersangnya jiwa, lalu orang tersebut masuk tarekat untuk mengobati kegundahan dan kegersangan jiwanya. Keliru kalau mencari ketenangan jiwa dengan meminum obat-obat terlarang, keliru kalau mencari kedamaian di tempat maksiat, dan salah besar orang yang ingin jiwanya tenang jauh dari agama, dan lalai dari mengingat Allah. Bukankah agama mengajarkan, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Qur`an : الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (الرعد :٢٨( Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. Kita dukung animo masyarakat masuk tarekat. Karena mereka menentukan pilihan yang tepat, semua tarekat mengajarkan zikir kepada Allah, dengan zikir kepada Allah jiwa kita akan tenang. Ketenangan adalah hasil dari perjalanan tarekat. Sebenarnya hasil ini adalah janji Allah. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana meluruskan niat dan tujuan orang yang masuk tarekat sehingga mencapai hasil yang dijanjikan Allah tersebut. Terlepas dari apa yang melatarbelakangi orang yang masuk tarekat, seperti yang dipertanyakan oleh sebagian pengamat tadi. Kita perlu menyamakan persepsi tentang tarekat itu sendiri. Kalau tarekat hanya dipandang sebagai pelegkap atau bahkan dianggap bid`ah, berarti kita tidak sejalur, tidak sama dalam memahami tarekat. Bagi yang menganggap tarekat bid`ah, tidak perlu melanjutkan membaca tulisan ini. Kalau kita sepakat, bahwa tarekat adalah bagian dari ajaran agama Islam dan merupakan Sunnah Rasul, sebagaimana dikemukakan pada pembahasan terdahulu tentang macam-macam tarekat, bahwa syariat Rasul datang dengan membawa 313 atau 360 tarekat. Kalau sepakat dengan hal ini, berarti tarekat bukan lagi dipahami sebagai pelengkap yang hanya dibutuhkan ketika ada kepentingan. Kalau sudah tercapai kepentingannya, ia tinggalkan tarekatnya. Bukan seperti itu yang kita kehendaki di sini. Tetapi tarekat adalah kebutuhan setiap orang Islam. Kalau persepsi kita sudah sama. Maka pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pengamat tadi dapat kita terima sebagai peringatan bagi orang yang masuk tarekat. Bukan dikarenakan stres, bukan karena urusan dunia semata, tetapi karena memang tarekat adalah merupakan perintah agama, demi kemaslahatan dunia akhirat. Kita bersangka baik saja dengan tingginya animo masyarakat masuk tarekat. Berarti kesadaran masyarakat terhadap agama memang tinggi dan sudah mengerti betapa pentingnya ilmu tarekat. Orang masuk tarekat tidak mesti stres dulu, baru masuk tarekat, tetapi masuk tarekat adalah kebutuhan orang yang menginginkan keselamatan dunia dan akhirat, sebagai upaya menyempurnakan ikhtiar dalam mengarungi lautan hakikat dan makrifat untuk mendapatkan pengenalan yang hakiki dan meraih keridhaan Allah sebagai wujud dari ketaatan kepada Allah dan Rasul Nya. Kalau tarekat dikatakan sebagai sarana pembersihan batin, kearah itu niat dan tujuan kita dalam masuk tarekat agar sifat-sifat tercela keluar dari diri kita dan menghiasinya dengan sifat-sifat mahmudah. Kalau tarekat bertujuan untuk mencapai kemakrifatan yang hakiki, kearah itulah tujuan kita dalam memasuki tarekat. Kerangka dasar tujuan tersebut di atas adalah tujuan yang mengandung keridhaan Allah. Ini yang kita sebut dengan niat yang benar, yaitu niat karena Allah dengan pertolongan Allah dan untuk mencapai keridhaan Allah. Kalau orang yang masuk tarekat hanya ikut-ikutan teman, tidak tahu tujuan yang sebenarnya. Mungkin juga mendengar bahwa orang yang masuk tarekat akan diberikan kemudahan-kemudahan dan kelapangan penghidupan dunianya, lalu ia masuk tarekat tanpa dilandasi atas dasar perintah Allah dan tidak mengerti untuk apa bertarekat itu, maka akan lahir suasana hati dan tindakan yang mengandung kebencian Allah. Kalau ternyata penghidupan dunianya tidak berubah juga, buru-buru ia menyalahkan tarekat tersebut dan meninggalkan tarekatnya. Padahal bukan tarekatnya yang salah tetapi niat dan tujuannya yang belum benar. Tujuan dari tarekat bukan untuk mengejar dunia, tetapi tarekat bertujuan menuju Allah. Kalau ternyata orang yang bertarekat diberikan Allah penghidupan dunia yang sejahtera, itu tidak memalingkan dirinya dari Allah. Bahkan, dijadikannya sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Rasulullah mengingatkan kita dengan sabda beliau: « إنَّما الأَعمالُ بالنِّيَّات ، وإِنَّمَا لِكُلِّ امرئٍ مَا نَوَى ، فمنْ كانَتْ هجْرَتُهُ إِلَى الله ورَسُولِهِ فهجرتُه إلى الله ورسُولِهِ ، ومنْ كاَنْت هجْرَتُه لدُنْيَا يُصيبُها ، أَو امرَأَةٍ يَنْكحُها فهْجْرَتُهُ إلى ما هَاجَر إليْهِ » متَّفَقٌ على صحَّتِه (رياض الصالحين) Artinya : Setiap amal tergantung dengan niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa hijrah karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya mendapati Allah dan Rasul Nya, dan barang siapa hijrah karena dunia yang diinginkannya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya pun mendapati apa yang diinginkannya. Jadi dalam segala amal, termasuk dalam mengambil dan mengamalkan tarekat, harus dilandasi niat karena Allah. Allah dan Rasulnya yang dikedepankan, bukan tujuan-tujuan yang lain. Dalam tarekat Tijani kita diajarkan, baik amaliah wajib maupun ikhtiariyahnya selalu disertakan niat-niatan yang harus dicamkan sebelum memulai beramal. Ketika kita beramal dengan niat karena Allah, merasakan sepenuhnya amal yang kita kerjakan adalah karunia Allah, kita pun melengkapi niatan itu dengan pengharapan kepada Allah untuk diberikan karunia penghidupan dunia yang sejahtera sampai kesejahteraan akhirat. Hal ini yang disebut dengan doa, dan doa ini pun dilandasi karena Allah, untuk kemudahan dan sarana mendekatkan diri kepada Allah, dan meraih ridha Allah. Misalnya minta dipanjangkan umur, untuk taat ibdah kepada Allah, minta diberikan rezeki yang halal luas lagi berkah itupun untuk digunakan ibadah kepada Allah, jadi lillah (karena Allah) billah (dengan Allah) kita bisa beramal dan berdoa, untuk meraih keridhaan Allah. Kalau kita cermati lebih lanjut hadits di atas, bahwa setiap orang mendapat apa yang ia niatkan. Dapat dipahami ketika seseorang berniat karena Allah dan Rasulnya, mendahulukan Allah dan Rasulnya dan ia pun berniat hijrah untuk mendapatkan dunia dan perempuan yang ia nikahi, Allah pun memberikan dunia dan wanita yang ia inginkan, dan iapun mendapatkan keridhaan Allah dan RasulNya. Lain halnya kalau ia hijrah semata ingin dunia dan wanita yang ingin dinikahinya, iapun lupa dengan Allah dan Rasul, maka ia hanya mendapat apa yang diniatkan (dunia dan wanita) namun tidak mendapatkan Ridha Allah dan Rasul, karena memang hijrahnya bukan karena Allah dan Rasulnya. Kekuatan Niat Setiap pekerjaan/amal tergantung dengan niatnya. Apabila pekerjaan atau amaliyah yang kita kerjakan didasarkan untuk ibadah kepada Allah, menjunjung perintah Allah, artinya mengedepankan, mengutamakan Allah, ini yang akan bernilai di sisi Allah. Ada beberapa kategori orang dalam bekerja atau beramal. Ada orang yang bekerja hanya untuk mencari sesuap nasi untuk mempertahankan hidupnya. Ia tidak tahu mana yang halal dan yang haram, yang penting ia bisa bertahan hidup. Ini tidak ubahnya seperti burung, dia mencari rezeki untuk menyambung hidup dan keturunannya. Cukup untuk dirinya dan keturunannya. Ada lagi tipe orang yang bekerja hanya untuk mengumpulkan dan menumpuk harta dan berbangga-bangga dan menyombongkan harta yang ia miliki. Menyombongkan diri dengan jabatan yang ia miliki. Ini tipe Firaun dan Qarun yang dengan harta dan kedudukannya itu menyebabkan keduanya binasa. Ada juga tipe orang yang bekerja mendapatkan harta, demi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, dan ia tahu betul bahwa itu meruapkan kewajiban dirinya dalam memberikan nafkah bagi anak isterinya. Agar ia tidak jatuh menjadi orang yang meminta-minta (pengemis), dan menghindarkan diri dari mencuri. Untuk itulah dia bekerja. Kerangka dasarnya adalah ia memandang bahwa inilah kewajiban yang diberikan Allah kepadanya. Ada juga orang bekerja mengumpulkan harta tidak hanya sebagai kewajiban, tetapi ia juga berniat untuk menikmati nikmat yang diberikan Allah, sebagai tahadduts binni`mah, menikmati rezki yang halal, dan ia tahu betul bahwa yang memberikan nikmat adalah Allah. Selanjutnya ada juga orang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya dengan pekerjaan yang halal dan ia tahu nikmat itu datang dari Allah, dan ia menyadari bahwa harta yang ia miliki adalah titipan semata, dan dengan hartanya itu ia gunakan untuk berbagi dengan orang yang membutuhkannya. Ia napkahkan harta itu di jalan Allah. Dari tipe – tipe orang yang bekerja tadi, bisa kita kelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang bekerja bukan atas dasar ibadah, dan kelompok yang bekerja atas dasar ibadah kepada Allah. Ketika kita berpakaian pun harus dilandasi niat ibadah kepada Allah. Apabila tidak kita niatkan atas dasar niat menutup aurat dan memenuhi perintah Allah, maka apa yang kita lakukan tidak bernilai ibadah, Karena yang di nilai bukan pakaiannya tetapi niatnya. Begitu pula ketika kita melakukan hubungan suami isteri, apa yang kita lakukan adalah hal yang halal, walau halal kalau tidak niat untuk ibadah karena Allah kita hanya mendapatkan nikmatnya saja tetapi tidak mendapatkan nilai di sisi Allah. Coba kalau kita niat menunaikan kewajiban dan memberikan hak kepada isteri, dan apa yang kita lakukan itu atas dasar lillah. Maka kita pun akan mendapat nilai dan dapat pula kenikmatannya. Coba kita perhatikan hadits Nabi yang menggambarkan bagaimana kehebatan dan kekuatan niat. - وَعَنْ أبي يَزِيدَ مَعْنِ بْن يَزِيدَ بْنِ الأَخْنسِ رضي الله عَنْهمْ، وَهُوَ وَأَبُوهُ وَجَدّهُ صَحَابِيُّونَ، قَال: كَانَ أبي يَزِيدُ أَخْرَجَ دَنَانِيرَ يَتصَدَّقُ بِهَا فَوَضَعَهَا عِنْدَ رَجُلٍ في الْمَسْجِدِ فَجِئْتُ فَأَخَذْتُهَا فَأَتيْتُهُ بِهَا . فَقَالَ : وَاللَّهِ مَا إِيَّاكَ أَرَدْتُ ، فَخَاصمْتُهُ إِلَى رسول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَقَالَ: «لَكَ مَا نويْتَ يَا يَزِيدُ ، وَلَكَ مَا أَخذْتَ يَا مَعْنُ » رواه البخاريُّ . Artinya : Dari Abu Yazid Ma`ni bin Yazid bin Al Akhnas radiallahu anhum, Dia, ayahnya dan kakeknya adalah sahabat Nabi Saw.Abu Yazid berkata: Ketika itu ayahku Yazid mengeluarkan beberapa uang emas untuk disedekahkan, lalu dipercayakan kepada seorang laki-laki yang berdada di dalam mesjid (untuk dibagi-bagikan) maka aku hampiri orang itu dan aku ambil uang itu dan kuperlihatkan kepada ayahku. Ayahku berkata : Demi Allah yang kuharapkan bukan untukmu. Maka aku adukan kejadian ini kepada Rasulullah SAW. Maka beliau bersabda : Engkau mendapatkan apa yang kamu niatkan hai Yazid. Dan kamu berhak memiliki apa yang kamu ambil, hai Ma`nu” Dari hadits tersebut dapat dipahami, karena dengan niat bersedekah, walaupun ternyata yang menerima adalah anak sendiri, karena dititip dengan orang lain, walaupun sebelumnya ayahnya bukan bermaksud bersedekah pada anaknya, tetapi bersedekah untuk orang lain. Orang tersebut (ayah) tetap mendapatkan ganjaran kebaikan. Dan anaknya tadi berhak memiliki apa yang sudah ia ambil. Ada hikayat, pada suatu masa terjadi kemarau panjang, dan terjadilah gagal panen, kelaparan terjadi di mana-mana. Disaat semua orang tidak memiliki apa-apa, ada salah seorang yang memiliki rasa kasih sayang terhadap sesama berjalan-jalan di kampung itu. Ia menemukan setumpuk pasir, dan ia berkata dalam hati “ Ya Allah, seandainya pasir ini beras, niscaya aku sendiri yang akan mengangkut dan membagikannya kepada mereka yang membutuhkan”. Ketika orang ini meninggal dunia, ia pun bingung menerima ganjaran pahala yang begitu besar, padahal menurutnya, ia tidak pernah merasa berbuat kebaikan sebanyak itu. Lalu ia diingatkan ketika ia hidup di dunia pernah berandai-andai tentang tumpukan pasir menjadi beras dan akan dibagikannya untuk orang lain. Sungguh besar karunia dan anugerah Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendakinya. Setiap kebaikan yang dikerjakan dengan penuh keimanan akan diberikan balasan yang berlipat ganda mulai dari berbalas sepuluh, tujuh ratus, bahkan sampai tidak terhitung banyaknya, sesuai dengan kadar keimanan dan keikhlasan mereka yang beramal. Hal ini menunjukkan Maha Pengasih, Maha Pemurah dan Penyayangnya Allah kepada hambanya yang beriman. Sebaliknya orang yang berbuat kejahatan akan dibalas juga oleh Allah dengan keadilanNya. Mari kita simak hadits qudsi berikut: - وَعَنْ أبي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَِّلب رَضِي الله عنهما، عَنْ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فِيما يَرْوى عَنْ ربِّهِ ، تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَالَ : «إِنَّ الله كتَبَ الْحسناتِ والسَّيِّئاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذلك : فمَنْ همَّ بِحَسَنةٍ فَلمْ يعْمَلْهَا كتبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عِنْدَهُ حسنةً كامِلةً وَإِنْ همَّ بهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عَشْر حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمَائِةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كثيرةٍ ، وَإِنْ هَمَّ بِسيِّئَةِ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كامِلَةً ، وَإِنْ هَمَّ بِها فعَمِلهَا كَتَبَهَا اللَّهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً» متفقٌ عليه . Artinya : Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib radianllahu `anhuma, dari Rasulullah menjelaskan keterangan dari Tuhannya (hadits qudsi) : “ Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan dan kejelekan. Dijelaskan: Barangsiapa mencita-citakan berbuat kebaikan dan ia tidak mengerjakan kebaikan tersebut, Allah akan membalasnya untuk orang tersebut satu kebaikan yang sempurna. Dan jika ia berniat (mencita-citakan) berbuat kebaikan, lalu dia kerjakan kebaikan itu, Allah akan berikan ganjaran sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat bahkan sampai tidak terhitung banyaknya. Dan jika dia bercita-cita, berkeinginan berbuat kejahatan dan dia urungkan niatnya itu (tidak jadi berbuat kejahatan) Allah berikan satu kebaikan yang sempurna. Dan jika dikerjakannya kejahatan itu, Allah hitung baginya satu kejahatan. Ada banyak niat yang bisa kita pasang ketika kita beramal atau mengerjakan kebaikan sosial. Karena setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.( وإِنَّمَا لِكُلِّ امرئٍ مَا نَوَى) Misalnya, Ketika kita mendapat undangan hajatan tetangga. Saat kita akan berangkat, kita bisa memasang niat untuk mengabulkan hajat orang lain karena Allah, kita tambahkan lagi niatan silaturrahim dengan para tetangga, ditambah lagi niat menyenangkan hati orang lain, ditambah lagi niat berbagi ilmu atau pengalaman dengan orang lain, niat dakwah bilhal, niat saling berkasih sayang, karena pandangan orang yang berkasih sayang lillah wafillah, sangat luar biasa. Demikian besar keistemewaan dan keagungan dan kekuatan niat. Niat adalah amalan hati dan yang menilai adalah Allah SWT. Semoga kita semua diberikan keikhlasan oleh Allah SWT. Mengapa kita berdoa dan meminta diberikan keikhlasan, karena keikhlasan atau niat yang benar merupakan karunia atau anugerah Allah yang diberikan kepada orang-orang yang dipilih oleh Allah. Oleh karena itu hendaknya kita selalu berusaha, terus menerus beramal dan beramal kebaikan, sambil mengaharap diberikan keikhlasan yang sempurna. Janganlah kita meninggalkan amal karena merasa belum Ikhlas, atau karena takut dikatakan orang begini-begitu, karena menurut Imam Syafi`i untuk mencapai keikhlasan yang sempurna 100 persen itu sulit, karena syaitan selalu datang mengganggu. Karena tujuan dari Iblis adalah agar manusia menganggur alias tidak beramal kebaikan. Dalam kitab Al Azkar, Imam Nawawi ada disebutkan, meninggalkan amal karena manusia termasuk riya, dan beramal karena manusia syirik. Para ikhwan dan muhibin Tijaniyah, coba kita renungkan ajaran dan materi Tarekat yang kita terima, di sana kita dapati tarbiyah dan bimbingan Syekh, bahwa setiap amaliah yang kita kerjakan senantiasa dimulai dengan niat. Perhatikanlah...Niat wirid lazim pagi dan sore serta wazhifah. “Sangaja aku beribadah kepada Allah dengan membaca wirid pagi (sore) dalam tarekat Tijaniyah, tarekat puji syukur, karena Allah ta`ala”. Dari sini kita bisa memahami kandungan ajaran untuk senantiasa menilik hati kita dalam berbuat sesuatu baik amaliah agama, maupun amaliyah sosial. Agar kita semua mendapat keberuntungan fiddunya wal akhirah. Beramal sebagai realisasi dari rasa syukur kepada Allah, makanya Tarekat Tijaniyah disebut juga Tarekat Puji Sykur, sebagai mana Rasulullah senantiasa beristighfar, padahal Rasulullah sudah dijamin tidak berdosa. Saat beliau melaksanakan shalat malam sampai menjelang waktu shubuh, beliau berdiri, dalam keadaan menangis, ruku beliau menangis, sujud beliaupun menangis. Ketika ditanya oleh isteri beliau Saidatina Aisyah, mengapa Rasulullah sampai berbuat hal yang demiakian, padahal dosa yang lalu dan yang akan datang sudah diampuni. Beliau pun menjawab: Tidakkah aku ingin menjadi hamba yang bersyukur. Dan mengapa aku tidak berbuat hal demikian itu padahal sudah diturunkan kepadaku ayat : إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ -١٩٠- الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ -١٩١- Artinya :Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau Menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (Q.S. Ali Imran : 190 -191) Jaga Syarat, Perhatikan Anjuran dan Pantangan dalam Tarekat Dalam dunia kesehatan, setiap pasien yang menginginkan kesembuhan, ia harus benar-benar memperhatikan pantangan-pantangan yang harus ia hindari selama menjalani pemngobatan. Disamping itu, ia juga harus mematuhi anjuran-anjuran dokter. Apabila anjuran dan pantangan dokter ia abaikan, pengobatan yang ia lakukan akan sia-sia. Dalam tarekat, kita diberikan resep atau amaliah tarekat dengan jumlah hitungan tertentu dan waktu yang ditentukan. Oleh karena itu kita sebagai pasien atau murid tidak dibenarkan menambah atau mengurangi jumlah yang sudah ditentukan. Kita tidak perlu menanyakan mengapa harus 100 kali mengapa harus 30 atau mengapa tidak ditambah saja? Karena itulah resep atau formula yang tepat yang harus dikonsomsi, sesuai anjuran dokter (Syekh). Kita harus mematuhinya. Yang tidak kalah pentingnya adalah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dan menjaga agar jangan sampai melanggar larangan atau pantangan dalam tarekat. Karena dibalik larangan atau pantangan pasti mengandung hikmah yang akan terpulang bagi pengamal tarekat itu sendiri. Dalam tarekat Tijaniyah ada beberapa pantangan yang harus diperhatikan, yaitu : Pertama :Tarekat Tijani tidak boleh digabung dengan tarekat yang lain Apabila sudah mengambil dan mengamalkan terekat Tijaniyah, kita dilarang mengambil atau mengamalkan tarekat yang lain. Pantangan ini tidak main-main. Berapa banyak orang yang tidak mengindahkan pantangan ini mengalami kehancuran kecuali ia kembali dan menetapi Tarekat Tijani. Begitu pula orang yang ingin mengambil tarekat Tijani, harus kosong dari tarekat yang lain. Artinya apabila sebelumnya memegang tarekat yang lain seperti Naqsyabandi maka tarekat itu harus dilepas, untuk selanjutnya menunggal mengamalkan satu tarekat saja. Misalnya, ababila kita tetap menggabung Tarekat Tijani dan Tarekat Naqsyabandi, maka kita tidak akan diakui sebagai orang Tarekat Tijani, dan tidak pula Tarekat Taqsyabandi. yang lain. Dan lepaslah kita dari tanggung jawab Syekh. Dan bersiaplah menerima bala dari Allah. Mengapa bisa demikian? Karena sebelum kita mengambil, Tarekat Tijani, para muqaddam mengajukan persyaratan dan pantangan yang harus kita penuhi, apabila kita bersedia, para muqaddam baru bisa mentalqinkan Tarekat Tijani. Jika kita masih menggabung berarti kita sudah khianat dengan janji yang kita ucapkan. Perlu dijelaskan di sini bahwa tidak boleh menggabung tarekat bukan berarti tidak boleh bergaul dengan pengikut yang lain. Yang tidak boleh digabung adalah tarekatnya bukan orangnya. Hal ini kita jelaskan karena ada tuduhan yang tidak pas tentang tarekat Tijani, seperti tuduhan Tarekat Tijani memcah belah umat, karena katanya Tijani tidak mau bergaul dengan orang yang bukan Tijani (memutus silaturrahim). Orang Tijani bikin Mesjid sendiri yang tidak terlalu jauh dengan mesjid yang lain, bahkan ada tuduhan setengah PKI. Masya Allah...! Begitu mudahnya memberikan tuduhan seperti itu, padahal belum tabayyun. Ternyata yang dimaksudkan mesjid itu adalah zawiyah sebagai majelis zikir dan ilmu yang dibangun tidak berjauhan dengan Mesjid. Benarkah ikhwan Tijani dilarang bergaul dengan orang yang bukan pengamal tarekat Tijani? Orang Tijani tidak dilarang dan tidak memutus silaturrahim dengan orang lain. Bahkan ikhwan Tijani disuruh menghubungkan tal silaturrahim dengan siapapun. Yang ada dalam Tijani adalah melarang ikhwannya bergaul dengan orang yang memusuhi atau i`tiradh dengan tarekat Tijani, karena bergaul dengan mereka justeru mengakibatkan lemahnya himmah kita dalam mengamalkan tarekat, yang pada akhirnya kita pun melepas tarekat Tijani, karena terpengaruh dengan kata-kata orang tersebut. Ini pun diperuntukkan bagi ikhwan yang hatinya belum terlalu mantap dengan Tarekat Tijani (ikhwan yang baru masuk tarekat). Kalau mampu memberikan pengaruh pada mereka yang memusuhi Tarekat Tijani, bahkan mampu mengajak mereka yang `itiradh itu tobat dan mau kembali kepada Allah dan Rasul, dan bergabung dengan tarekat Tijani, silahkan kita pergauli mereka. Kalau dirasa tidak mampu, lebih baik kita tingalkan orang yang sudah berani menjadi musuh Allah dan Rusul. Berteman dengan orang yang menjadi musuh Allah dan Rasul justeru mendatangkan bahaya buat diri kita sendiri. Hikmah tidak Menggabung Tarekat Ikhwan Tijani tidak menggabung tarekat, dalam arti ikhwan Tijani istiqamah dengan satu tarekat, sebagaimana kita umat Islam tidak dilarang bermuamalah dan bergaul dengan umat lain dan dengan siapapun, selama tidak berhubungan dengan akidah. Kalau tarekat kita ibaratkan sebagai sarana penyembuhan penyakit. Maka apa jadinya kalau pasien mendapatkan pengobatan dan resep dari dua orang dokter. Dokter yang satu memberi resep ini dan dokter yang lain memberi resep yang lain lagi. Kalau kita ambil dan kita minum semua obat tersebut, apa yang terjadi, bukan kesembuhan yang akan kita dapat, justeru memperparah penyakit yang ada, karena kita sudah keracunan obat. Inilah persolan yang banyak dilupakan, dikira dengan banyak mengambil tarekat akan memperbaiki keadaan, bahkan malah sebaliknya. Untuk itulah disini perlu kita pertegas dengan mengemukakan pendapat para ahli agar kita sukses dalam menempun tarekat. Imam As Sya`rani dalam kitab beliau Anwar Al Qudsiyah halaman 43 menyatakan : ومن شأ نه ألا يكون له الا شيخ واحد فلا يجعل له قط شيخين لأن مبنى طريق القيم على التوحيد الخالص “ Diantara persoalan seorang murid (adab murid), bahwa ia hanya boleh memiliki satu guru (syekh), tidak dibolehkan mengambil dua orang syekh (tarekat) karena tarekat itu dibangun atas dasar tauhid yang suci/murni”. Pernyataan di atas menegaskan bahwa pondasi dasar tarekat adalah tauhid murni, tidak bercampur, artinya memiliki Tuhan hanya satu, mempunyai Nabi hanya satu dan syekh murabbi juga satu (satu tarekat). Oleh karena itu apabila menggabung dua tarekat atau dua murabbi berarti tidak tauhid lagi (bersyarikat). Hal ini disenyalir oleh Syekh Abu Yazid dengan istilah musyrik dalam tarekat, sebagaimana pernyataan beliau yang tercantum dalam kitab Anwar Al qudsiyah halaman 43 baris ketujuh dari awah, yaitu : من لم يكن له استاذ واحد فهو مشرك فى الطريقة والمشرك شيخه الشيطان “Barangsiapa yang tidak menetapi satu syekh, maka ia musyrik dalam tarekat, dan orang yang musyrik syekhnya adalah syaitan”. Masih di halaman yang sama Syekh As Sya`rani mengutip pendapat Syekh Muhyiddin Ibn Arabi sebagai berikut : اعلم انه لا يجوز ان يتخذ له إلا شيخا واحدا لأن ذالك اعون له فى الطريق وما راين قط افلح على يد شيخين, فكما انه لم يكن وجود العالم بين إلهين ولا المكلف بين رسولين ولا امرأة بين زوجين فكذالك المريد لا يكون بين شيخين هذا كله فى مريد تقيد بشيخ بقصد سلوكه الطريق واما من لم يتقيد فهو متبرك بالشيخ فقط فمثل ذالك لا يمنع من الإجتماع بأحد Ketahuilah, tidak dibenarkan seorang murid mengambil guru, kecuali satu syekh. Karena yang demikian sudah ketentuandalam tarekat. Karena tidak pernah aku melihat seorang murid yang dapat keberuntungan di tangan dua orang guru, sebagaimana tidak mungkin ada alam dengan du Tuhan, dan tidak ada mukallaf dengan dua orang rasul, begitu pula dengan seorang perempuan dengan dua orang suami. Begitu pula seorang murid tidak mungin berada diantara dua orang syekh. Ini semua untuk murid yang bermaksud menggantungkan dirinya menempuh tarekat (sebagai murid tahkim/taqyid). Dan bagi murid yang tidak bermaksud menempuh tarekat disebut dengan murid Tabarruk kepada syekh saja. Murid seperti ini tidak dilarang bergabung dengan yang lain”. Dari ungkapan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa larangan menggabung dua tarekat atau memiliki syekh lebih dari satu dikhusukan bagi murid taqyid atau murid tahkim (murid yang benar-benar menginginkan masuk dalam ranhkuman / ikatan tarekat untuk mendapatkan bimbingan secara khusus dalam tarekat). Perlu diketahui bahwa murid taqyid dan murid tahkim ini ia tidak dilarang menuntut ilmu atau berguru kepada guru yang lain, mendengar nasehat guru yang lain, selama murid itu mantap hatinya pada syekh tarekatnya. Dan ia juga diperkenankan mengamalkan amaliah lain yang bukan rangkaian amaliah tarekat. Namun, perlu kita ketahui amaliah ikhtiariah yang ditawarkan dalam tarekat Tijani juga sudah banyak, seandainya mau mengamalakan keseluruhan, sungguh tidak cukup waktu 24 jam. Jadi sebagai murid tarekat (murid tahkim) ia harus mantap pada satu syekh (tarekat), sebagaimana ungkapan Syekh Muhyiddin dengan perumpamaan yang logis. Dapat pula kita analogikan seorang murid itu dengan seorang anak yang tidak mungkin memiliki dua orang ayah. Ibnu Hajar juga pernah mengemukaan persoalan ini seperti ungkapan beliau : من يريد التبرك يجوز له الأخذ عن مشايخ متعد دة ومن يرد السلوك والتربية يحرم له عليه الخروج عن شيخه “ Barang siapa ingin mencari berkah, dibolehkan ia mengambil dari beberapa guru. Dan barang siapa yang ingin Suluk /menempuh jalan menuju Allah dan menginginkan bimbingan, maka ia dilarang meninggalkan gurunya dengan maksud mengambil beberapa guru yang lain”. Selanjutnya Imam Asy Sya`rani menjelaskan kedudukan Salafus Saleh dari golongan shahabat, tabi`in, dan tabi`it tabi`in, menurut beliau bahwa mereka tidak tergantung dengan satu syekh saja, bahkan sampai seratus syekh. Alasannya karena mereka termasuk orang yang suci lagi sempurna hal ihwalnya hingga mereka tidak membutuhkan bimbingan tarekat. Manakala mereka ditimpa satu penyakit (batin) yang mengahjatkan pengobatan, para masyaekh tadi memerintahkan untuk menggantungkan atau mengikatkan dirinya pada satu syekh saja agar tidak terlepas dan tercerai serta jauh perjalannya. (Anwar Alqudsiah : 44). Dari keterangan di atas, logis kalau tarekat Tijani menjadikan larangan menggabung dua tarekat sebagai syarat bagi yang ingin mengambil tarekat Tijani. Hal ini dimaksudkan tidak lain untuk kesuksesan murid itu sendiri. Secara mendasar ada alasan mengapa tarekat Tijani tidak boleh digabung dengan tarekat yang lain, yaitu : Pertama, karena mematuhi anjuran Rasulullah, sebagaimana anjuran beliau kepada Syekh Tijani untuk melepas semua tarekat yang pernah diambil dari para Syekh untuk menetapi satu tarekat yang ditalqin oleh Rasulullah kepada beliau. Dan beliau menerima Tarekat dan anjuran Rasulullah untuk melepas semua tarekat yang pernah diambil sebelumnya itu, ketika beliau bertemu dengan Rasulullah secara jaga, bukan dalam mimpi. Ini yang disebut oleh ulama tarekat sebagai talqin Barzakhi, yang disepakati kebenaran atau keshahihannya. (lihat Faidhurrabbani halaman 14). Jadi larangan menggabung tarekat Tijani adalah syarat yang dikemukakan oleh Rasulullah sendiri. Kedua, Murid Tijani diakui oleh Rasulullah sebagai murid beliau, ini berarti ikhwan Tijani yang membimbing secara rohani adalah Rasulullah sendiri. sebagaimana dikemukakan Rasul kepada Syekh bahwa Murid-muridmu adalah muridku” (Faidhurrabbani : 28) Sebagai kesyukuran, adakah guru pembimbing yang melebihi Rasulullah, oleh karena itu Rasul sangat cemburu kalau kita lebih mencintai yang lain ketimbang beliau. Hal ini bukan berarti kita menghinakan Syekh yang lain. Artinya dengan kecintaan kita kepada Syekh Tijani dan Rasul melebihi yang lain akan melahirkan kecintaan dan memuliakan syekh yang lain atas dasar kecintaan dan memuliakan Rasul dan Syekh Tijani. Dari uraian di atas dapat dimaklumi bahwa persoalan menetapi satu tarekat atau pun menggabung beberapa guru tergantung dengan kedudukan kita berada pada posisi mana. Apakah kita sebagai murid tabarruk saja ataukah kita ingin menjadi murid taqyid, murid tahkim? Ataukah kita sudah mencapai tingkatan maqam seorang Syekh yang bersih hati dari cacat cela sebagaimana para shahabat Rasul, Tabi`in, dan tabi`ittabi`in. Ini bisa kita jawab masing-masing. Tarekat Tijani adalah tarekat yang menghendaki muridnya sebagai murid tahkim, murid taqyid atau murid shadiq, murid yang benar-benar bersedia memenuhi semua ketentuan tarekat. Konsekuensinya bila tidak bersedia memenuhi ketentuan berarti bukan pengikut tarekat Tijani. Tidak Ziarah untuk Meminta Madad Rohani kepada Wali Lain (diluar Tijani), Baik yang Hidup atau yang Sudah Wafat Syarat atau pantangan melakukan ziarah kepada para wali di luar Tijani merupakan syarat atau pantangan yang cukup berat bagi mereka yang biasa dan sering ziarah ke kubur para wali. Hal tersebut banyak dipersoalkan oleh mereka yang memang terbiasa melakukan ziarah. Namun, disini perlu kita pahami lebih dahulu, ziarah yang bagaimana yang dilarang dalam Tijani, adakah ziarah yang dibolehkan, kalau tidak ziarah apakah termasuk meremehkan atau bagaimana? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu kita ketahui pengertian ziarah. Kata ziarah berasal dari Bahasa Arab, isim mashdar dari kata Zaara – yazuru yang berarti mengunjungi, kunjungan. Jadi ziarah bisa kita artikan aktivitas seseorang mengunjungi tempat-tempat wisata (rekreasi), bisa pula diartikan mengunjungi orang lain, baik teman, orang tua, guru atau saudara kandung, dan masyarakat umum lainnya dengan tujuan tertentu. Apabila mengunjungi orang yang baru meninggal dunia disebut dengan takziah dengan tujuan menghibur keluarga yang ditinggal mati, saling mengingatkan untuk menetapi kesabaran. Mengunjungi orang sakit disebut juga menjenguk orang sakit (`adalmaridh), Ziarah atau mengunjungi orang lain dengan maksud silaturrahim dan ta`aun (saling tolong). Ada juga ziarah untuk mengingat akhirat atau kematian ketika ziarah kubur. Mendatangi atau mengabulkan hajat (undangan) orang lain. Atau dengan tujuan menuntut ilmu pengetahuan. Mengunjungi orang tua dalam rangka berbakti kepada keduanya. Semua ziarah yang dikemukakan ini merupakan anjuran syariat agama yang suci. Hal ini tidak termasuk larangan dalam tarekat Tijaniyah. Bahkan sangat dianjurkan. Ziarah yang dilarang dalam Tarekat Tijaniyah adalah ziarah khusus. Ziarah yang dilakukan oleh seorang murid tarekat baik secara zahir atau batin kepada syekh atau wali ( selain dari golongan Tijani) dengan tujuan untuk mendapatkan limpahan madad dan ta`alluqat batin (ketergantungan hati / mahabbah), baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal dunia. Bisa diambil analogi terbalik, apabila kita dilarang menziarahi Syekh atau wali selain Tijani, berarti kita sebagai ikhwan Tijani sangat dan sangat dianjurkan menziarahi Syekh Tijani, lebih-lebih ziarah kepada Rasulullah, baik secara zahir maupun secara batin, untuk mendapatkan limpahan madad rohaniah. Sehingga kecintaan kepada Rasulullah dan Syekh melebihi dari yang lainnya. Limpahan Madad Rohaniah ini kalau kita analogikan dengan sebuah HP, ziarah adalah sarana untuk mengeces baterai HP yang kita pakai, sehingga bisa menyala dan bisa kita gunakan. Coba kita renungkan hal di atas, dan coba kita rasakan, semakin sering kita berkumpul dengan para ikhwan yang lain hati kita akan semakin cemerlang, karena kita saling nyetrum, saling ngeces hati kita, sehingga timbul kecintaan diantara kita, begitu pula apabila kita sering ziarah kepada muqaddam atau berkumpul dengan beliau minimal waktu hailalah Jum`at, tentu rohaniah kita akan berbeda dengan kita yang jarang berkumpul dengan beliau. Jadi, larangan ziarah kepada syekh yang lain dimaksudkan tidak lain untuk memberikan kemantapan kepada murid agar konsisten dalam menjalankan atau mengamalkan tarekatnya dan untuk penanaman rasa mahabbah terhadap syekh kita sendiri. (Dalam Bahada Banjar : Agar murid kada rambang mataan). Artinya agar murid tidak melirik kekasih yang lain. Kemantapan mahabbah inilah salah satu cara untuk mendapatkan kesuksesan dalam menempuh tarekat. Sebenarnya larangan ziarah seperti ini tidak hanya ada dalam tarekat Tijani. Seperti Tarekat Naqsyabandi juga melarang muridnya bergaul dengan murid yang lain, dan melarang ziarah kepada guru yang lain. Sebagai contoh, Ada seorang murid yang baru masuk tarekat, misalnya Tarekat Naqsyabandi, namun, murid itu belum mengenal betul seluk – beluk tarekat yang ia ambil. sementara kemantapan mahabbahnya kepada syekhnya juga masih diragukan. Kemudian si murid ini ziarah kepada murid tarekat yang lain, lalu terjadi mpembicaraan antara dua orang murid ini tentang tarekat masing-masing. Atau membicarakan keistemewaan Syekh masing-masing. Si murid itu pun membanding- bandingkan Syekh atau tarekatnya dengan syekh atau tarekat temannya itu. Akhirnya, karena si murid itu belum mantap dengan syekh atau tarekat yang pertama, dan belum sempurna perjalanan tarekatnya, ia pun tergoda ingin pindah pada tarekat yang dipegang temannya itu, karena melihat kemudahan-kemudahan atau keistemewaan syekh atau tarekat orang lain. Timbul keraguan terhadap syekh dan tarekat yang ia amalkan. Keraguan terhadap tarekat dan syekh inilah yang menyebabkan putusnya hubungan madadiah rohaniah dengan syekhnya. Atau bisa pula terjadi saling membanggakan tarekat masing-masing tanpa diiringi niat Tahaddus binni`mah hingga timbul kecenderungan meremahkan dan menghina tarekat orang lain, padahal semua tarekat bersumber dari Rasulullah. di sinilah terjadi kehancuran dan kegagalan murid tarekat. Karena meremehkan atau menghina tarekat yang lain sama halnya menghina Rasulullah sebagai sumber semua tarekat. Mengingat kegagalan atau kemudharatan itulah syekh tarekat melarang muridnya menziarahi murid atau syekh yang lain. Syekh Amin Kurdi An Naqsyabandi dalam kitab beliau Tanwirul Qulub halaman 527, beliau menyatakan bahwa: ان يمنع اصحابه ان يجلسوا اصحاب شيخ اخر فإ ن المضرة بذالك سريعة بالمريدين فإ ن رأ هم ثابتين فى محبته ولم يخف عليهم التزلزل فلا بأس Wajib bagi seorsang guru melarang para muridnya (sahabatnya) bergaul (sekedudukan ) dengan murid syekh yang lain, karena yang demikian itu mempercepat datangnya kemudharatan bagi murid. Maka, jika menurut pandangan guru, mereka memiliki kemantapan mahabbah kepada syekhnya dan guru tersebut tidak mengkhawatirkan muridnya ditimpa keraguan, maka tidak jadi persoalan (diperbolehkan ziarah). Selanjutnya Syekh Amin Kurdi dalam kitab Tanwirul Qulub halaman 528, memberikan peringatan agar muridnya mantap mahabbahnya terhadap syekh, dan berkeyakinan bahwa ia akan berhasil mencapai tujuan dalam tarekat berkat bimbingan gurunya, sebagaimana ungkapan beliau berikut ini. ان يوقر المريد شيخه ويعظمه ظاهرا او باطنا معتقدا انه لا يحصل مقصوده إلا على يده وإذا تشتت نظره الى شيخ اخر حرمه وافسد عليه الفيض “Seorang murid hendaknya selalu menghormati dan memuliakan (mengagungkan) gurunya zahir dan batin serta berkeyakinan bahwa ia tidak akan berhasil mencapai tujuan tarekat melainkan atas bimbingan gurunya. Dan jika pandangananaya tercerai (tertujua) pada syekh yanag lain, haram dan rusaklah pemberian madad (karunia rohaniah) untuknya”. Hal senada juga dikemukakan oleh Syekh Dardir, katanya : ومنها ان لا يزور احدا من الصالحين مادم تحت التربية قبل الكمال خوفا من ان يرى كرامة او خلقا لم يره فى شيخه فيعتقد فى شيخه النقص فيحرم مدده (الفتح الربانى : -٣٣-) Dan sebagian adab murid ialah tidak ziarah pada seorang syekh selama ia dalam pendidikan yang belum mencapai kesempurnaan, karena dikhawatirkan apabila ia melihat kekeramatan atau akhlak yang tidak ia lihat pada syekhnya, lalu ia anggap syekhnya ada kekurangan , maka putuslah madadnya. Syekh Abdul Wahab Asy Sya`rani dalam kitab Anwar Al Qudsiah ada mengemukakan: ومن شأنه ان لا يزور احدا من أشياخ العصر إلا بإذن شيخه صريحا او تعريضا ولو كا ن ذلك المزور من اكبر اصدقاء شيخه فان شرط المريد ان لا يكون له إلا شيخ واحد “Dan sebagian adab murid yaitu tidak boleh ziarah kepada salah seorang syekh pada masanya melainkan setelah mendapat izin dari syekhnya secara terang dan jelas, walaupun syekh yang akan diziarahi itu teman gurunya yang paling besar karena syarat seorang murid hanya menetapoi satu orang guru” Kemantapan mahabbah pada gurunya jangan sampai diartikan boleh membenci dan menghina syekh yang lain, amit-amit, yang demikian jangan samapai terjadi. Oleh karena itu untuk mencapai kesempurnaan dalam bimbingan guru menuju hadhrah Allah diperlukan kemantapan mahabbah pada syekhnya. Karena itulah ada larangan ziarah bagi murid yang kemantapannya dalam bertarekat masih diragukan. Jadi ziarah yang dilarang dalam tarekat adalah ziarah yang menyebabkan ta`alluqat batin terhadap orang yang ia ziarahi. Ia tenggalam dan tergantung hatinya terhadap orang yang ia ziarahi sehingga melupakan atau membelakangi syekhnya sendiri. Sadar atau tidak sadar ia akan mengharapkan atau meminta limpahan madad pada orang yang ia ziarahi, padahal ia memiliki syekh yang bisa memberikan madad pada dirinya, lalu mengapa harus meminta pada orang lain. Inilah yang dimaksudkan para masyaekh dengan pernyataan seorang syekh disisi kaumnya seperti Nabi di sisi umatnya. Mari kita ikuti ungkapan yang ada dalam kitab Bughyatul Mustafid halaman 300 berikut: إن الشيخ فى قومه كالنبى فى امته فلا بد للمريد ان يتوجه الى شيخه بربط قلبه معه ويتحقق ان الفيض لا يجيء إلا بواسطته وان كان الأولياء كلهم هادين مهتدين يعتقد كلهم ويدعو لهم لكن استمداده الخاص واستفاضته تكون من روحانيته شيخه واحده ويعلم ان استمداد من شيخه استمداد من النبى ص م فان شيخه متعلق مستمد من شيخه وشيخه من شيخه ايضا وهكذا الى رسول الله ص م .(بغية المستفيد : ٣٠٠) “Seorang syekh di sisi kaumnya seperti Nabi di sisi umatnya, oleh karena itu mau tidak mau seorang murid harus bertawajjuh kepada syekhnya dengan jalan hatinya selalu bersama syekhnya (cinta dan rindu). Dan berkeyakinan bahwa karunia (limphan madad) tidak akan didapatnya melainkan dengan perantaraan syekhnya. Walau semua wali bisa memberikan petunjuk dan bimbingan, dan ia pun mempercayai mereka. Namun, curahan madad dan limphan karunia rohani secara khusus diterimanya dari syekhnya seorang. Dan ia tahu bahwa pemberian madad dari syekhnya itu adalah istimdad dari Nabi swa. Karena sesungguhnya syekhnya mendapat madad dari gurunya, dan gurunya itu mendapat madad dari gurunya juga, hingga sampai kepada Rasulullah Saw”. Tarekat dibangun atas dasar tauhid murni. Oleh karena itu tidak boleh musyrik dalam tarekat, sebagaimana ungkapan Syekh AsySya`rani dan Abu Yazid pada pembahasan terdahulu. Apa makna perkataan beliau itu? Bisa kita Pahami, apabila kita ziarah kepada syekh lain, lalu kita terhijab atau lupa kepada syekh kita sendiri, berarti kita sudah jatuh pada mensyarikatkan syekh. Jadi apapun yang kita teriman baik berupa kebaikan atau ilmu pengetahuan walau kita dapat dari guru yang lain, hendaknya tidak memalingkan pandangan kita dari syekh kita sendiri. Kita tidak dilarang ziarah silaturrahim dan menuntut ilmu pengetahuan kepada para ulama yang lain, namun ingat kemantapan terhadap tarekat atau syekh jangan sampai berkurang. Dalam kitab ar Rimah juz I halaman 145 kita temukan pernyataan sebagai berikut: ان شيخنا رضى الله عنه وارضاه وعنا به لم يعمم لأنه ما منع احدا من اهل طريقته من التعلم من جميع الأولياء والعلماء ولا من حضور مجالسهم ولا من اسماع موعظهم وكلامهم ولا من التواصل فى الله وفى الرحم “ Bahwasanya, Syekh Ahmad At Tijani RA. tidak melarang ziarah secara umum, oleh karena itu beliau tidak melarang seorang pengikut tarekatnya menuntut ilmu kepada semua wali dan ulama, tidak melarang menghadiri mejelis mereka, tidak melarang mendengarkan nasehat dan pembicaraan mereka dan tidak melarang menyambung tali silaturrahim karena Allah” Bahkan beliau Ra. menganjurkan: زوروا فى الله تعالى وواصلوا فى الله تعالى واطعموا فى الله تعالى مالستطعتم فى غير تعسير ولا كد “Ziarahlah kalian karena Allah, hubungkan tali silaturrahim karena Allah, berilah makan karena Allah, semampu kamu tanpa kesusahan dan kepayahan”. Sebenarnya ziarah tidaklah jadi persolan, yang dipersoalkan adalah keadaan hati si murid itu sendiri. Apakah ia memiliki kemantapan batin terhadap syekh Tijani atau tidak, karena walaupun ia tidak ziarah tetapi batinnya cenderung pada syekh lain, ini yang jadi persoalan. Pernah seorang murid Syekh Tijani membaca kitab karya Syekh Sya`rani, saat itu tersangkut hatinya pada syekh tersebut dan lupa terhadap Syekh Tijani. Hal ini diketahui oleh Syekh Tijani. Dari jarak perjalan ribuan kilo meter, beliau datangi murid beliau itu. Dan beliau memberi taguran “ Engkau ini Sya`rani ataukah Tijani”. Untuk keberhasilan dalam menjalani tarekat, bagi murid tazalzul, murid yang belum mengerti masalah ziarah yang boleh atau yang dilarang, hendaknya menghindari ziarah. Setelah mengetahui hikmah pantangan dalam tarekat , perlu juga kita juga kita uraikan anjuran-anjuran dalam tarekat atau syarat-syarat yang lain, sebagai kesempurnaan dalam menjalani tarekat. Bagi pemegang tarekat Tijani wajib salat lima waktu dan sangat dianjurkan dengan berjamaah. Memang agama kita sudah menganjurkan demikian. Tetapi dalam tarekat Tijani dijadikan syarat bagi yang ingin masuk tarekat Tijani. Ini adalah penguat untuk merialisasikan ajaran agama Islam itu sendiri. Artinya bagi Orang Tijani tidak ada istilah meninggalkan syariat, dan tidak ada istilah meninggalkan salat. Disamping salat lima waktu Syekh Tijani sangat menganjurkan murid-murid beliau mengerjakana salat tahajjud . Pernah suatu ketika murid beliau mengadu keopada beliau, bahwa ia sangat berat untuk bisa melakukan salat tahajjud, maka murid itu disuruh belian untuk melepas tarekat, karena tarekat Tijani tidak cocok dengan orang yang malas melaksanakan salat Tahajjud. Orang yang meninggalkan salat tahajjud saja sudah ditegur sedemikian rupa oleh syekh. Lebih-lebih orang yang meninggalkan salat fardhu. Ini berarti tarekat Tijani menghendaki murid-muridnya agar menjadi ahli ibadah. Dengan mengetahui hal ini, maka tertolak anggapan orang yang mengatakan bahwa orang tijani malas dalam beramal, karena terlena memandang fadhilah shalawat fatih. Permasalahan ini akan dibahas lebih lanjut pada topik bahasan “Jadikan Dhmanat dan Fadilah Terekat Sebagai Motivasi, Bukan Tujuan Akhir”. Sayarat dan anjuran yang lainnya adalah Takwa zahir dan batin sesuai dengan kemampuan. Jika terjadi pelanggaran syar`i wajib segera bertobat. Sebagaimana uraian di atas, syarat ini pun sebagai penguat dan pendorong umat islam untuk merealisikan ajaran Islam. Artinya dengan masuk tarekat Tijani, orang akan benar-benar memperhatikan anjuran takwa. Untuk mengetahui syarat yang lebih rinci bisa kita baca dalam kitab Addurarussaniyah. Kita temukan 29 syarat yang bisa kita kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu : Syarat calon pengamal tarekat, dan syarat setelah menjadi murid tarekat. Syarat setelah menjadi murid tarekat diantaranya membahas tentang hubungan murid dengan syek. Hubungan Murid dengan syekh lain, manusia umum, termasuk orang tua dan suami. Tata krama atau adab mengerjakan wirid dan kesempurnaannya. Dan adab terhadap diri sendiri. Jadi semua syarat dan pantangan dan tata aturan yang ada dalama tarekat yang kita pegang herus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, kemudian dilaksanakan dengan penuh keyakinan. Dengan demikian insyaallah kita akan meraih kesuksesan bertarekat. wallahua`lam. Yakin dengan Tarekat Tiajani Akan Sampai pada Tujuan Banyak ayat al Qur`an menyebutkan iman dan amal saleh secara beriringan. Ini menunjukkan kepercayaan atau keyakinan adalah pondasi dasar yang kita miliki. Percaya dan yakin dengan tarekat yang kita ambil dan percaya dengan apa-apa yang berhubungan dengan tarekat, baik syarat, keutamaan tarekat, kedudukan syekh Tijani sebagai Saidul Aulia, dan hal-hal lainnnya. Kepercayaan dan keyakinan itu merupakan pondasi untuk meraih keutamaan dan keberhasilan dalam bertarekat. Yang tak kalah pentingnya adalah kita harus percaya dan yakin bahwa kita akan sampai pada tujuan tarekat, yaitu wushul ilallah. Dalam kitab Ar Rimah jilid I hal 23 disebutkan bahwa: الشيخ الواصل حبل الله فى ارضه فمن تعلق به وصل واما غير الواصل فمن تعلق به انقطع “Syekh washil adalah ibarat tali Allah di bumi, barang siapa bergantung kepadanya, niscaya ia akan washil juga. Adapun syekh yang tidak washil, siapa yang bergantung kepadanya akan terputus (tidak akan wushul ilalla).” Sebaliknya orang yang tidak percaya dengan tarekat atau ragu-ragu dengan tarekat yang ia ambil tidak akan memperoleh keutamaan tarekat yang ia ambil, karena masih dalam keragu-raguan. Bahkan ada diantara ikhwan kita ( termasuk ulama) yang tadinya masuk Tarekat Tijani, karena ada ungkapan-ungkapan dalam Tarekat yang menurutnya tidak lazim, menurut pemahamannya, sehingga timbul keraguan dan akhirnya menyatakan secara tertulis keluar dari Tarekat Tijani, bahkan sampai menggelar Dialog untuk memojokkan Tarekat Tijani. Na`uzubillah min zalik. Menurut KH. Fauzhan: Haram bagi ikhwan Tijani mengikuti imam (bermakmum) kepada orang yang pernah masuk Tijani kemudian keluar dari Tijani bahkan memusuhi Tarekat Tijani. Ada juga saudara kita yang tidak percaya dengan tarekat, bahkan tarekat dikatakan sebagai bid`ah. Tidak percaya dengan karamatnya para wali. Menganggap tarekat menjerumuskan manusia kepada perbuatan syirik, karena katanya orang tarekat senang memuji-muji wali, meminta kepada wali. Tidak percaya dengan tawasul. Langsung saja katanya meminta kepada Allah. Orang-orang yang beranggapan seperti ini jangankan mengambil Tarekat, mendengar nama Tarekat saja mereka elergi, bahkan memusuhi orang-orang tarekat. Yakinlah dengan bergabung pada salah satu tarekat muktabarah, kita akan sukses meraih keselamatan, kebahagiaan dunia akhirat, dan mendapatkan keridhaan Allah.