يَا رَبَّنَا بِجَاهِ تَاجِ الْعَارِفِيْنَ ï وَجَاهِ حَامِلِ لِوَاءِ الْوَاصِلِيْنَ

Ya Allah, Ya Tuhan kami dengan pangkat kebesaran pemilik mahkota ahli ma'rifah dan pangkat pemegang bendera kelompok manusia yang telah wushul (sampai ke puncak keyakinan)


قُدْوَتِنَا وَشَيْخِنَا التِّجَانِي ï قَائِدِنَا لِمَنْهَجِ الْعَدْنَانِي

Panutan dan guru kami yakni Syekh Ahmad Tijani, seorang pemandu yang menyampaikan kami kepada tuntunan Nabi Muhammad

يَا رَبِّ ثَبِّتْنَا عَلَى اْلإِيْمَانِ ï وَاحْفَظْ قُلُوْبَنَا مِنَ الْكُفْرَانِ

Ya Tuhanku tetapkan kami atas iman dan jaga hati kami dari segala bentuk kekufuran

وَاحْمِ جَمِيْعَنَا مِنَ الشَّيْطَانِ ï وَحِزْبِهِ مِنْ إِنْسٍ أَوْ مِنْ جَانِّ

Lindungi kami dari kejahatan syetan dan kelompoknya dari bangsa manusia dan jin


نَسْأَلُكَ التَّوْبَةَ وَالتَّوْفِيْقَ ï وَالْعِلْمَ وَالْعَمَلَ وَالتَّحْقِيْقَ

Kami mohon kepada-Mu taubat dan mendapat kekuatan untuk melakukan kebaikan, ilmu dan pengamalan serta ketepatan dalam segala hal


وَالصَّبْرَ وَالنَّصْرَ عَلَى اْلأَعْدَاءِ ï وَالْجَمْعَ فِي الذِّكْرِ عَلَى الْوِلاَءِ

Berikan kami kesabaran dan kemenangan atas musuh-musuh. Dan jadikan kami selalu berkumpul bersama dalam melakukan dzikir


وَالْفَوْزَ بِالنَّعِيْمِ فِي الْجِنَانِ ï مَعَ النَّبِيّ وَشَيْخِنَا التِّجَانِي

Mendapat kesuksesan dengan mendapat ni'mat di surga bersama Nabi Muhammad dan guru kami Syekh Ahmad Tijani


مَا لَنَا فِي الْكَوْنِ سِوَى الرَّحْمَانِ ï وَالْمُصْطَفَى وَشَيْخِنَا التِّجَانِي

Kami tidak memiliki harapan apa-apa di alam ini melainkan kepada-Mu Ya Allah (Yang Maha Pengasih), manusia terpilih Nabi Muhammad dan guru kami Syekh Ahmad Tijani

هَذِي هَدِيَّةٌ بِفَضْلِ اللهِ ï مِنَّا إِلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ

Dzikir ini merupakan hadiah untukmu Ya Rasulullah dari kami yang semata-mata merupakan pemberian Allah


هَدِيَّةً لِلْمُصْطَفَى الْعَدْنَانِي ï نِيَابَةً عَنْ شَيْخِنَا التِّجَانِي

Hadiah penghormatan buat manusia terpilih Nabi Muhammad keturunan Adnan juga sebagai mandate dari guru kami syekh Ahmad Tijani

آميْنَ آميْنَ اسْتَجِبْ دُعَانَا ï وَلاَ تُخَيِّبْ سَيِّدِي رَجَانَا

Terimalah, terimalah dan kabulkan Ya Allah, doa-doa kami. Jangan Kau kecewakan segala harapan kami

Doa ini merupakan Qashidah tawassul kepada Syekh Ahmad Tijani Radhiyallahu Anhu. qashidah ini biasanya dibaca setelah selesai membaca wirid lazimah dan wazhifah.

Dikutip dari kitab Ghayatul Muna Wal Murad Fima Littijaniy Minal Aurad halaman 27.

Selasa, 14 Mei 2013

Sabar dan Tabah Menghadapi Ujian dalam Tarekat

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اصْبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (ال عمران :- ٢٠٠-)

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersikap siaga (di erbatasan negerimu) dan bertawakkallah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (Ali `Imran : 200)

Orang yang sabar dan tabahlah yang akan mampu menghadapai rintangan dan meraih kesuksesan . Kesuksesan dalam tarekat tidak mungkin akan dicapai oleh orang yang berjiwa pengecut dan bermental kerupuk. Ditiup angin yang tidak begitu kencang saja ia sudah jatuh, lebih-lebih angin badai yang menerjangnya.

Karunia atau fadilah yang akan diterima pemengang tarekat Tijani begitu besar dan agung, wajar ujiannya pun besar. Sebelum masuk tarekat kita diuji dengan syarat-syarat tertentu. Setelah masuk dan mengamalkannya kita masuk pada ujian yang lain, yaitu berupa tuduhan – tuduhan negatif yang datang dari orang yang belum mengerti duduk perkara yang sebenarnya. Sanggupkah kita bersabar dan tabah sehingga dapat istiqamah menjalankan tarekat yang kita pegang. Kalau tidak sanggup kehancuran dan kerugian besar yang kita dapatkan, tapi kalau kita mampu melalui ujian-ujian itu, kesuksesan dan keberuntungan yang dijanjikan akan kita peroleh. Ingat falsafah kayu gaharu, tidak akan mengeluarkan bau yang harum, kalau tidak pernah dibakar. Dan begitu juga tiang pancang tidak akan pernah berdiri kokoh tanpa pondasi yang ditancapkan ke tanah dengan pukulan yang bertubi-tubi. Besi pun tidak akan pernah ada manfaatnya menjadi pisau, menjadi mobil dan alat-alat yang manfaat lainnya kalau tidak diolah dengan jalan dibakar dan ditempa.

Begitulah ujian dimaksudkan untuk menyaring siapa yang benar-benar baik amalnya yang berhak mendapat keberuntungan yang agung.

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ -١- الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ -٢- Maha Suci Allah yang Menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.Yang Menciptakan mati dan hidup, untuk Menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun, Tidaklah mendapatkannya karunia besar itu kecuali bagi mereka sabar yang mendapat rahmat dan petunjuk Allah. Alquran surah Al Baqarah : 155-157:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ -١٥٥- الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ -١٥٦- أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ -١٥٧- Dan Kami pasti akan Menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguh-nya kami milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhan-nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Siapakah orang yang mendapat rahmat dan petunjuk Allah, tidak lain adalah orang yang sabar, dan ia tahu bahwa ujian itu dari Allah, maka mereka pun menyerahkan dirinya kepada Allah, sehingga mereka lulus dalam ujian. وَمَاصَبْرُكَ اِلاَّ بِاللهِ Dan tidaklah kamu dapat bersabar kecuali dengan pertolongan Allah.

Wallahu a`lam.

Istiqamah dalam Tareqat Tijani

الإستقامة خير من ألف كرامة

Istiqamah lebih baik dari seribu kekaramatan.

Istiqamah adalah keyakinan yang mantap tak tergoyahkan oleh apapun dan siapapun terhadap suatu yang diyakini kebenarannya. Apabila seseorang memasuki tarekat dalam rangka suluk ke hadrah ketuhanan, ia benar-benar yakin bahwa tarekat yang ia tempuh adalah tarekat yang akan membawa nya ke pulau yang ia idamkan. Pandangan tetap lulus, tak bergeming walau sejuta godaan, sejuta rintangan, badai dan gelombang menghantam dan menerjangnya, sedikitpun ia tak goyah dari tempatnya berpijak , kokoh bagaikan batu karang.

Orang yang istiqamahlah yang akan mampu bertahan dan akan mencapai kesuksesan dalam tarekat. Sebaliknya orang yang tidak memiliki keyakinan yang mantap terhadap tarekat yang ia pegang, sedikit saja mendapat tiupan angin sudah tumbang, sedikit saja dikatakan tarekatmu itu salah, tarekatmu itu banyak bermasalah, tarekat yang memecah belah umat, hati-hati ada tarekat baru!. Karena banyak ungkapan miring tentang tarekat yang ia pegang, lemahlah keyakinannya, goyahlah pendiriannya, sirnalah himmah dan kesungguhannya dalam bertarekat, yang lebih parah lagi ia akan melepas tarekat yang sudah ia pegang. Na`uzubillah.

Orang yang istiqamah adalah orang yang diberikan kemampuan mengatakan sekali lailaha illallah tetap lailaha illallah, sekali Tijani tetap Tijani. Ia berani menyatakan bahwa dirinya Tijani, tak perlu menyembunyikan jati dirinya sebagai orang Tijani, walau berada di tengah pengamal tarekat yang lain. Ia pun menghargai tarekat lainnya yang sama-sama menuju tujuan yang sama.

Orang yang istiqamah tidak takut dimusuhi, bahkan sampai dikatakan kafir , dikatakan gila, dan simbol negatif lainnya yang dialamatkan kepadanya, tekadnya sudah bulat, hatinya sudah mantap, ia berani mengatakan : saya Tijani dan saya tidak akan berpindah ke tarekat yang lain, dan saya tidak akan meninggalkannya sampai ajal menjemput. Terkecuali Rasulullah sendiri yang menyuruh berpindah ke Tarekat yang lain.

Syekh Abu Naufal, pemegang Tarekat Qadiriyah diperintahkan oleh Rasulullah untuk pindah ke Tarekat Tijaniyyah, seperti yang beliau ungkapkan sendiri.

Kata Syekh Abu Naufal “ Saya bertemu dengan Rasulullah dalam mimpi seolah aku memegang tangan beliau yang mulia” Rasulullah berkata kepadaku :”Mengapa kamu tidak mengambil Tarekat Tijaniyah? Lalu aku jawab : “Ya Rasulallah saya sudah mengambil Tarekat Qadiriyah.” Rasulullah mengulang lagi pertanyaan beliau : “Mengapa kamu tidak mengamalkan Tarekat Tijaniyah?” Saya jawab “Ya Rasulullah, saya sudah ada izin mengamalkan wirid Tarekat Qadiriyah”. Maka Rasulullah bersabda: “Kukatakan kepadamu mengapa kamu tidak mengambil Tarekat Tijaniyah ?” Aku jawab: “Ya Saidi, kepada siapa aku mengambil Tarekat Tijaniyah?”

Rasul menjawab : “Ambil Tarekat tersebut pada salah seorang dari dua orang ini, yaitu Said Muhammad Hafizh at Tijani atau Said Muhammad As Said at Tijani. Yang lebih dekat denganmu adalah Said Muhmmad As Said At Tijani, sampaikan salamku kepadanya dan sampaikan kepadanya bahwa Rasulullah menyampaikan salam kepadamu dan mengatakan kepadamu berilah izin mengamalkan Tarekat Tijaniyah, dan sungguh aku datang kepadamu untuk memperoleh izin mengamalkan wiridannya.

Syekh Abu Naufal mendapat izin mengamalkan Tarekat Tijani setelah beliau bersedia memenuhi syarat-syaratnya. Bagi Syekh Abu Naufal tentu saja keistiqamahan beliau dalam tarekat Tijani akan semakin mantap, beliau tidak perlu lagi mencari dalil, karena dalil perjumpaannya dengan Rasulullah sudah lebih dari cukup. Walau sejuta, bahkan semua orang mengatakan Tarekat Tijani salah, tidaklah bisa mengubah pendirian beliau terhadap Tarekat Tijaniyah.

Orang yang istiqamah bukanlah orang yang ikut-ikutan orang lain dengan membabi buta. Tetapi, ia memiliki keyakinan berdasarkan alasan dan dalil-dalil yang benar. Ia pun berpegang dengan satu Tarekat karena ia tahu bahwa seharusnya memang demikian, sebagaimana telah dijelaskan oleh para masyaikh pada pembahasan terdahulu.

Istiqamah adalah karunia Allah yang agung. Beruntunglah mereka yang diberikan karunia ini, karena istiqamah melebihi dari seribu keramat. Mereka senantiasa mendapat curahan rahmat Allah, senantiasa dibantu oleh para Malaikat dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam Al qur`an surah Fushilat ayat 30 -31:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ -٣٠- نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ -٣١-

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” Kami-lah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.

وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُم مَّاء غَدَقاً -١٦- لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَمَن يُعْرِضْ عَن ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَاباً صَعَداً -١٧- Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan Mencurahkan kepada mereka air yang cukup. Dengan (cara) itu Kami hendak Menguji mereka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan Tuhan-nya, niscaya akan Dimasukkan-Nya ke dalam azab yang sangat berat. Semoga kita termasuk orang yang istiqamah dalam Tarekat Tijani dan terhindar dari berpaling dan meninggalkannya, karena meninggalkannya merupakan bala yang sangat besar.

Bersungguh-Sungguh dan Mudawamah Mengamalkan Wirid Tarekat

Untuk mencapai keberhasilan dalam bertarekat diperlukan kesungguhan dan kedawaman mengamalkan wirid tarekat.

Secara alamiah (sunatullah) semua yang terjadi di alam ini melalui proses. Tidak ada anak manusia yang lahir langsung bisa berjalan dan berlari. Begitu pula orang yang menempuh tarekat, ia harus berlatih, berlatih dan terus berlatih, ia harus terus beramal dan terus beramaliah.

Seperti Syekh Abu Zayid Al Bustami, beliau menempa diri dengan ilmu dan amal dengan tekun selama dua puluh tahun, baru beliau merasakan lezatnya buah dari hasil mujahadah yang beliau lakukan. Begitu pula Syekh Ahmad At Tijani bergelut dengan ilmu dan amal dari umur belasan tahun sampai umur lima puluh tahun sehingga mendapatkan karunia sebuah tarekat dari Rasulullah, yang kita kenal sekarang dengan sebutan Tarekat Tijaniyah. Keberhasilan mereka sesuai dengan pengorbanan dan kesungguhan mereka dalam mewujudkan cita dan keinginannya.

Potensi yang ada pada mereka juga ada pada kita. Mereka diberikan waktu 24 jam, kita pun sama. Mereka diberi akal hati dan rasa, kita pun ada. Namun, yang membedakan adalah kesungguhan atau ketekunan mereka memanfaatkan potensi yang diberikan dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Lain halnya dengan kita, barangkali lebih banyak kita gunakan untuk santai, tidur dan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Betapa besar potensi waktu yang diberikan Allah kepada kita, sampai-sampai Allah bersumpah demi masa (waktu) sebagaimana firmannya berikut:

وَالْعَصْرِ -١- إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ -٢- إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ -٣-

“Demi masa. sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran”.

Dapat dipahami bahwa orang yang akan mendapat kesuksesan atau keberuntungan adalah orang yang benar-benar bisa memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya. Dimanfaatkan untuk menuntut ilmu, beramal saleh, rindu nasehat dan berusaha memberikan nasehat kepada orang lain baik secara lisan mautun tulisan, memberikan contoh teladan yang baik, yang dilakukan dengan keimanan dan keikhlasan, serta dilakukannya terus menerus sampai ajl menjemputnya.

Amal saleh secara umum dan wirid tarekat secara khusus, baik berupa zikir, salawat dan bacaan-bacaan lainnya sesuai dengan tarekat yang kita ambil, apabila dilakukan secara dawam, terus-menerus akan melahirkan warid (karunia-karunia Allah), seperti ketenangan batin, lezatnya ibadah, jinaknya hati dengan segala perintah Allah, mendapat rezeki yang tidak disangka-sangka. Ringkasnya setiap ada wirid pasti ada warid.

Wirid yang dapat kita lakukan secara mudawamah itu sendiri adalah warid (karunia) Allah. Karena secara hakikat tidak mungkin akan ada wirid kalau tidak ada karunia warid dari Allah. Tidak bisa beramal atau berwirid melainkan atas izin dan pertolongan Allah.

Karunia yang dicitakan dan didambakan oleh para salik adalah perjumpaan dengan Rasulullah, makrifatullah dari ilmu yaqin kepada ainul yaqin dan haqqul yaqin. Untuk mencapai semuanya perlu kesungguhan yang tak kenal putus asa, tidak setahun, dua tahun, terus beramal secara mujahadah. Dengan begitu tentu Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha hambanya, tidak pula menyalahi janjinya.

firman Allah:

يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحاً فَمُلَاقِيهِ -٦-

“ Hai manusia sesungguhnya engkau berusaha dengan sungguh untuk bertemu Tuhanmu niscaya kamu akan menemuinya”

Apabila sudah tercapai apa yang dicita-citakan, bukan berarti kita harus berhenti dari amaliah tarekat, justeru kita harus lebih giat lagi beramal sebagai tanda kesyukuran kepada Allah. Oleh karena itulah tarekat Tijani merangkul murid-muridnya dengan persyaratan wajib mengamalkan tarekat sampai mati. Dengan begitu kita kan mendapatkan fadilah amal yang dilakukan secara terus menerus (mudawamah). Karena amal yang mudawamah sangat dicintai Allah. Sebagai mana sabda Nabi :

احب اللعمال الى الله ادوامها وان قلّ

Amal yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara terus- menerus walaupun sedikit”.

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan untuk dapat melakasanakan wirid secara sungguh-sungguh dan mudawamah, yaitu: Jadikan wirid tarekat sebagai kewajiban, ini sudah menjadi syarat dalam tarekat Tijani, bertekadlah bahwa kita tidak akan meninggalkannya sampai akhir hayat. Disiplin dalam beramal, jangan ditunda-tunda. Kalau kita memiliki waktu yang lapang, kerjakanlah sesuai waktu yang sudah ditentukan. Kalau timbul rasa malas, ingat dan motivasilah diri kita dengan ucapan aku harus mengerjakannya sekarang”. Dengan demikian semangat pun akan mucul.

Jadikan wirid sebagai kenbutuhan, melebihi makan, dan nafsu biologis. Ini berarti kita menganggap wirid itu penting. Katakanlah wirid ini penting bagiku, wirid ini sangat berarti untukku, kalau tidak, sungguh kerugian besar yang ku peroler. Berkeyakinan bahwa kita dapat melaksanakan wirid adalah karunia besar yang Allah berikan kepada kita. Dengan begitu kita akan menikmati manisnya karunia Allah dalam berwirid. Kalau sudah merasakan manis dan lezatnya berwirid, tentu kita akan rindu dan ketagihan untuk selalu berwirid. Yakinlah allah tidak akan menyia-nyiakan usaha hambanya, yakinlah akan janjinya, oleh karena itu teruslah berwirid, dan berzikir kepada Allah.

Ibnu Athaillah berkata: Janganlah kamu meninggalkan zikir, karena engkau belum selalu ingat kepada Allah di waktu berzikir, sebab kelalaianmu terhadap Allah ketika tidak berzikir lebih berbahaya daripada kelalaianmu terhadap Allah ketika kamu berzikir.

Semoga Allah menaikkan derajatmu dari zikir dengan kelalaian kepada zikir yang disertai ingat (sadar) terhadap Allah, kemudian naik pula dari zikir dengan kesadaran ingat, kepada zikir yang disertai rasa hadir, dari zikir yang diseratai rasa hadir kepada zikir hingga lupa terhadap segala sesuatu selain Allah. Dan yang demikian itu tidak lah sukar bagi Allah.

Semoga kita tetap istiqamah dan dapat terus mengamalkan wirid tareqat Tijani dan wiwir-wirid lainnya, karena kata Ibnu Athaillah,”Baiknya amal perbuatan itu, sebagai hasil dari baiknya budi dan hati, dan baiknya hati itu sebagai hasil dari kesungguhan istiqamah pada apa yang diperintahkan oleh Tuhan”. Amin, semoga manfaat.

Mengutamakan Guru/Syekh

Guru terbagi menjadi tiga, yaitu guru muallim, guru murabbi dan guru muraqqi.

Guru muallim, guru yang menyampaikan ilmu pengetahuan, namun hanya sekadar menyampaikan ilmunya, perkara apakah muridnya melaksanakan atau tidak apa yang diajarkan tidak menjadi tanggung jawabnya, setelah menyampaikan, selesailah tugasnya. Sedangkan guru murabbi adalah guru yang tidak hanya menyampaikan ilmunya, tetapi ia juga bertanggung jawab memberikan bimbingan dan arahan sehingga simurid melakasanakan apa yang ia sampaikan, dan terus mengontrol keadaan batin sang murid. Apabila ditemukannya ada yang kurang beres dengan batin atau hati muridnya, ia langsung memerikan teguran dan bimbingan. Sedangkan guru muraqqi adalah guru yang mencapai maqam dapat mengangkat muridnya dari maqamat-maqamat hati si murid ke arah peningkatan-peningkatan batin, dan derajat di sisi Allah. Guru muraqqi inilah guru yang melingkupi semua tingkatan guru yang ada.

Syekh murabbi yang membimbing batin kita adalah ibarat orang tua kita sendiri, bahkan lebih utama dari orang tua kandung kita kedudukannya karena beliaulah yang bertanggung jawab atas keselamatan dunia dan akhirat. Lebih-lebih guru muraqqi.

Ungkapan di atas bukan dimaksudkan sebagai kebolehan mendurhakai orang tua kita sendiri. Bahkan dalam tarekat At-Tijani bakti kepada orang tua adalah menjadi syarat yang harus terpenuhi dalam mengamalkan Tarekat. Yang kita bahas sekarang adalah ilmu tarekat yang di dalamnya terkait hubungan antara murid dan gurunya, sebagai murid yang beradab paripurna hendaknya lebih mengutamakan gurunya ketimbang yang lainnya, sesudah Allah dan Rasulnya.

Boleh jadi dalam sehari kita mendapatkan seratus teman atau guru yang memberikan ilmu berbagai bidang. Kesemuanya itu belum tentu bisa menyampaikan dan mendekatkan kita kepada Allah dan Rasulnya. Bahkan kebanyakan teman-teman kita justeru menjadi penghalang untuk sampai ke hadirat Allah dan Rasul. Oleh karena itulah akal kita menuntun agar kita mencari guru atau syekh yang mampu membimbing batin kita ke hadirat Allah dan Rasulnya. Lebih-lebih guru muraqqi, guru yang mampu mengangkat dan meningkatkan derajat kita di sisi Allah.

Mencari atau menemukan teman dalam sehari sangatlah mudah, namun mencari teman yang mampu menyelamatkan kita di dunia dan diakhirat, teramat sulit. Karena sekarang ini orang yang diberikan maqamat sampai pada maqam murabbi saja sangat sulit kita temukan, apalagi guru atau syekh yang berada di maqam muraqqi, sungguh teramat langka. Kalau kita sudah menemukannya, maka wajib kita lebih mengutamakan mereka ketimbang yang lainnya.

Orang yang mengutamakan gurunya, ia tidak hanya akan mendapatkan ilmu, namun lebih dari itu ia akan mendapatkan rahasia ilmu. Dan rahasia ilmu ini tidak akan didapat kecuali oleh orang memiliki adab yang tinggi, lebih mengutamakan gurunya ketimbang yang lain, termasuk urusan pribadi dan keluarganya.

Kedudukan murid seperti itu, tidak akan mengurangi khidmatnya pada gurunya, walau pun yang hadir adalah Khaidir sekalipun.

Diantara rahasia ilmu yang bisa kita ceritakan disini adalah dimudahkannya menyerap pengetahuan, dan dimudahkannya berbuat kebaikan. Diceritakan bahwa ada diantara ulama Rantau, Tapin. Nama beliau, kalau tidak khilaf H. Ayan, beliau memiliki anak diantaranya H. Ibrahim, H. Hasnan, dan H. Thahir. Semua anak beliau menjadi ulama. Ketika ditanyakan kepadanya, apa rahasia yang ia lakukan sehingga memiliki anak seperti itu? Jawab beliau :”Lebih mengutamakan guru ketimbang yang lainnya”.

Suatu saat beliau mengadakan hajatan di rumahnya, ternyata acaranya berbarengan dengan acara yang diadakan di rumah KH. Syukeri (guru dari anak-anak beliau). Beliau yang bijak dan mengerti kedudukan dan keutamaan guru, dan beliau tahu keutamaan mengutamakan guru, mengatakan kepada semua anaknya: “ Aku tidak ridha kalian ada di rumah ini, menghadiri acara di rumah sendiri, sementara gurumu juga mengadakan acara di rumahnya. Pergilah kalian! dan utamakanlah guru kalian, biarlah aku sendiri yang mengurus acara ini sendirian”. Maka pergilah anak-anak beliau tadi untuk menghadiri acara yang diadakan guru mereka. Cerita ini saya kutip dari cerita Almarhum KH. Ahmad Royani (Amuntai) ketika menyampaikan sambutan atas nama pengasuh Ponpes Darul Ulum, di acara perpisan.

Bagi orang yang tidak tahu dan tidak mengerti persoalan ini, jelas akan mencela dan menyalahkan anak-anak beliau tadi. “Masa di rumah sendiri ada acara, ditinggalkan begitu saja demi menghadiri acara di tempat lain, dasar anak yang tak tahu diri”. Memang berbeda orang yang tahu dengan orang yang tidak tahu. Bagi orang tua yang mengerti kedudukan Syekh, tentu akan berbuat hal sama dengan apa yang beliau lakukan tadi.

Astaghfirullah, sudahkah kita lebih mengutamakan syekh kita ketimbang yang lainnya. Masihkah kita beralasan dan rela mengerjakan aktivitas lainnya, sementara Rasul dan Syekh kita mewajibkan kita untuk mengahadiri acara hailalah Jum`at. Dan beliau hadir di sana. Ya Allah ampuni kami jika selama ini, kami masih lalai, dan lebih mengutakan urusan bisnis, urusan diri dan keluarga kami sendiri. Astaghfirullah, astaghfirullah. 2 detik yang lalu

Memuji Syekh

Sebagian ulama mengatakan bahwa memuji syekh adalah pintu makripat kepada Allah. Seperti menyebut keutamaan, keagungan, kebaikan-kebaikan syekh . semua itu dilakukan karena mencintainya karena Allah.

Memuji syekh sendiri, jangan disalah artikan dengan kebolehan membenci dan memusuhi, menghina syekh yang lain. Atau janganlah kita mengira orang yang memuji syekhnya, lalu kita menganggap dia menghina syekh yang lain. Jangan sampai demikian.

Analoginya begini, Kita mencintai isteri kita sendiri, lalu kita memuji, sering menyebut-nyebut kebaikannya, kecantikannya. Banyak wanita cantik, namun menurut kita, isteri kitalah yang paling cantik, isteri kitalah yang paling kita sayangi.

Mengapa? Karena memang kita mencintainya. Inilah urusan cinta. Jangan sampai saat orang lain memuji isterinya, kita artikan bahwa ia menghina wanita lain. Jangan! sekali lagi jangan, buang pikiran seperti itu, sekali lagi ini urusan cinta, apalagi kalau memang isteri yang dipuji itu memang cantik, baik.

Kalau memang seperti itu, lalu bagaimana dengan Rasulullah, sebagai orang yang memiliki akhlak yang sempurna, keagungan, kebaikan, dan kesempurnaan penciptaan jasadiyah beliau, tidak ada yang menandingi beliau. Pantas dan teramat pantas sebagai umat dan murid beliau memuji keagungan, keutamaan jasadiah dan rohaniah beliau yang sempurna dan agung.

Lalu, karena luapan cintannya kepada syekh, timbullah gubahan maddah (pujian) terhadap syekhnya yang ditulis dalam bentuk syair, begitu juga karena luapan cintanya kepada Rasulullah timbullah berbagai bentuk maddah (pujian dan syalawat) yang digubah dalam bentuk syair yang sangat indah. Karena cinta itu indah, tentu lahir pula kata-kata yang indah.

Sebagian bukti kecintaan kepada Rasulullah dan kepada syekh, tentu sering mengingat dan menyebutnya serta memujinya. Dan lebih dari itu ia akan senang hati mengerjakan apa yang dicontohkan oleh orang yang ia cintai, sehingga Rasul dan syekhnya tahu bahwa beliaulah yang paling kita cintai, bukan yang lain. Bukankah Rasulullah sangat cemburu, kalau kecintaan kita pada diri kita sendiri dan orang lain melebihi kecintaan kepadanya.

Kalau kita melakukan hal sedemikian, mencintai dan memuji Rasulullah atau mencintai dan memuji Syekh dalam Tarekat, hikmah dan manfaatnya tentu saja terpulang pada kita sendiri, yaitu sebagai pembuka pintu untuk makripat, mengenal Allah. Semoga kecintaan kita kepada Allah dan Rasul dan kepada syekh selalu bertambah dan bertambah. Amin ya Rab.

Menjaga Adab dan Memuliakan Syekh

Adab adalah sikap seseorang baik berupa perkataan maupun perbuatan yang pantas dilakukan berdasarkan norma-norma yang berlaku, seperti adab bagi murid kepada gurunya, adab terhadap sesama murid, adab terhadap orang tua dan lain-lain. Adab yang paling utama bagi murid (salik) adalah menjadikan dirinya sebagai murid tahkim atau murid As Shadiq, yaitu murid yang menyerahkan jiwa dan raganya sepenuhnya kepada syekhnya, seperti mayat di hadapan orang yang menyelenggarakan kewajiban kifayah terhadap dirinya. Ini adab yang meliputi keseluruhan.

Perhatikan cerita Nabi Musa bersama Khaidhir. Nabi Musa dilarang protes terhadap apapun yang dilakukan Khaidir. Kalau dilihat dari martabat kenabian tentu Nabi Musa lebih tinggi dari Khaidir (sebagai pimpinan wali abdal), namun, mengapa Allah memerintahkan Nabi Musa belajar, berguru pada Khaidhir? Karena yang dipelajari adalah ilmu batin, asrar atau ilmu rahasia ketuha nan, kasyfiyah.

Hal di atas memberikan pelajaran pada kita tentang ketawadhukan. Oleh karenanya ilmu Tarekat tidak memandang pada masalah umur. Tidak masalah yang tua belajar, berguru pada yang muda, karena yang muda diberikan anugerah oleh Allah sebagai seorang syekh, spesialis batin.

Sebagai seorang murid wajib menjaga adab dan memuliakan gurunya, walau gurunya tidak pernah minta dimuliakan. sebagaimana para sahabat menjaga adab dan memuliakan Rasulullah.

Adab atau akhlak adalah sumber keutamaan. Orang yang berilmu tetapi tidak beradab, tidak berakhlak, tidak akan ada artinya.

Lihat contoh keteladanan orang-orang utama, mereka mendapat keutamaan dan keberkahan lantaran mereka menjaga adab terhadap gurunya. Seperti Imam Syafei ketika beliau berguru pada Imam Malik, beliau tidak berani membuka kitab dalam keadaan berbunyi, padahal kitab (Muwatha) yang berisi ribuan Hadits itu sudah dihafal oleh beliau ketika berumur sepuluh tahun. Pantaslah Imam Syafei menjadi orang yang utama dan memiliki keutamaan.

Oleh karena itu, kalau kita berada di hadapan guru mendapatkan ilmu dari beliau, kita harus menjaga adab, hendaknya kita kosongkan bejana yang ada pada kita, jadikan diri kita sangat berhajat untuk didisi dengan curahan ilmu pengetahuan..

Orang yang ingin mendapatkan keberkahan dan keutamaan ilmu hendaknya memperhatikan adabnya ketika ia menuntut ilmu. Menurut Abu Laits, Siapa yang duduk di sisi orang alaim dan tidak mampu menghafal ilmu sedikitpun, maka ia akan tetap mendapat tujuh keramat (keutamaan), yaitu:

1. Mendapat keutamaan orang yang belajar

2. Terpelihara dari dosa.

3. Turun rahmat kepadanya ketika ia keluar dari rumahnya. apabila rahmat turun kepada kelompok, maka mendapat suatu bagian rahmat.

4. Akan dicatat sebagai ketaatan, selama ia mendengarkannya. Apabila hatinya sempit karena tidak paham, maka kebingungannya menjadi perantara ke hadirat Allah.

5. Dia akan meliahat keagungan orang alim

6. Dia akan meliahat kehinaan orang fasik, sehingga tabiatnya cerderung kepada ilmu.

7. Hatinya akan menolak perbuatan fasik.

Adab terhadap guru tidak hanya berlaku ketika beliau masih hidup, tetapi sesudah wafatnya pun tetap berlaku. Bahkan, para ulama tarekat menyatakan bahwa murid As Shadiq banyak mendapat kemanfaatan dari gurunya, ketika gurunya sudah wafat. Dalam kitab Anwar Qudsiyah halaman 140 disebutkan, من الشيوخ من ينتفع به مريده الصادق بعد موته اكثر من انتفاعه به حال حياته

Seperti yang dialami oleh KH. Samman Mulya Martapura (Samman Bujang). Beliau selalu dapat memecahkan persoalan agama yang ditanyakan pada beliau. Bahkan dapat menyebutkan nama kitabnya dan halamannya. Ternyata, ketika ditanyakan bagaimana beliau bisa seperti itu? Beliau menjawab:” Aku tidak alim, yang alim adalah guruku”.

Jawaban itu adalah jawaban ahli tarekat yang mengutamakan adab pada gurunya, ia tidaklah menzahirkan jawaban hakikat, bahwa yang alim itu adalah hanya Allah. Karena memang ketika permasalahan agama yang ditanyakan pada beliau, guru beliau yang sudah wafat itulah yang memberitahukan jawab-jawabannya. Subhanallah.

Mengapa Tuan Guru Samman Mulia mendapat keutamaan seperti itu? Karena beliau sangat dicintai oleh gurunya. Mengapa beliau sangat dicintai gurunya? Karena beliau sangat menjaga adab pada gurunya.

Ada juga diantara para murid lantaran menjaga ada dan memuliakan gurunya, ia mendapat amaliah, dan dengan amaliah itu ia dianugerahkan Allah mampu menghafal Al Qu`an dalam waktu sangat singkat tidak sempat satu malam, ia diajarkan hafalan itu dalam mimpi dan ketiga terjaga hafalan al qur`an sudah menyatu dalam dirinya.

Lihat lagi bagaimana Syaikhuna Ahmad bin Muhammad At-Tijani mampu menjawab semua pertanyaan tentang persoalan agama seolah jawaban-jawabannya terpampang di hadapan beliau. Karena apa? Ternyata beliau selalu berdampingan dengan Rasulullah secara jaga. Allahuakbar.

Jelaslah sudah bahwa adab itu sangat penting bagi murid Tarekat yang menginginkan kesuksesan dalam menjalankan tarekatnya. Bagi yang ingin mengetahui lebih rinci adab atau tatakrama yang harus diperhatikan oleh pemegang Tarekat Tijani,silakan baca Ad Durrarussaniyah, kitab ini sudah diterjemahkan oleh KH. Muhammad Maftuh.

Memandang Ahlullah Mengingatkan Allah dan Rasul

Setelah pembacaan Manaqib oleh KH. A. Fauzan Adhiman Fathullah. Acara puncak kegiatan idul Khatmi tanggal 26 Desember 2010, terus beranjak memasuki acara yang kelima, yaitu sambutan Wakil Bupati Lumajang, KH. As`ad Malik Kurtubi, beliau sangat senang, dan berterimakasih atas terlaksananya kegiatan idul khatmi yang mengambil tempat di Lumajang, beliau berharap semoga dengan diadakan kegiatan ini serta berkumpulnya ikhwan Tijaniyah dari berbagai penjuru, serta dengan datangnya para masyaikh, para muqaddam, akan menamabah keberkahan Allah bagi kita semua, dan bagi warga Lumajang, semoga disejahterakan, dan terhindar dari segala bencana.

Begitulah sekilas sambutan beliau yang saya tangkap. Memang keberkahan saat itu sangat terasa, cuaca sangat bersahabat, gunung bromo pun enggan mengeluarkan asapnya. Masyaallah, tabarakallah, semenjak menghadiri acara tersebut, dan memandangi para masyaikh, para muqaddam, air mata keharuan terus mengalir karena saking asyiknya menikmati wajah-wajah mereka, mengingatkan kita kepada Allah dan RasulNya. Allahu akbar. Pengalaman rohaniyah yang sulit digambarkan. Hanya bisa dirasakan, dan barangkali masing-masing orang yang hadir waktu itu punya pengalaman sendiri-sendiri.

Para Masyaikh yang datang dari Luar Negeri, Yaitu Cucu Syekh Tijani generasi ke 6, Saidi Jamal yang datang dari Maroko seorang Doktor termuda yang menguasai empat bahasa. Syekh Malik Barru Al Haj yang datang dari Paris Perancis. Syekh Uwaily bin Duraina dari Muritania, dan Syekh Abdul Qadir Al Ba`alawi dari Maroko.

Masing-masing mereka memiliki keutamaan, Saidi syekh Jamal, dengan penampilan beliau tanpa peci, saat ditanya mengapa tidak memakai peci, beliau menjawab kalau saya memakai peci gatal-gatal, dan limpahan asrar, limpahan ilmu tertutup. Keududukan beliau adalah sebagai Khalifah Tarekat Tijani untuk seluruh dunia, menggantikan Saidi Syekh Said Idris yang sudah wafat.

Syekh Abdul Qadir, senantiasa berkhidmat di zawiyah, beliau tidak pernah keluar jauh dari lingkungan zawiyah, bahkan pergi ke kota besar pun tidak. Masyaallah, baru kali ini beliau meninggalkan zawiyah karena menghadiri undangan idul khatmi di Indonesia, Ini menandakan kecintaan beliau kepada Syekh Tijani, sehingga beliau rela meninggalkan Maroko untuk bertemu para ikhwan di Indonesia. Mendengar ungkapan seperti ini, air mata pun terus mengalir, karena merasa haru bisa bertemu mereka walau hanya bisa memandang dari kejauhan, Subhanallah, alhamdulillah, wala ila haillallah wallahu akbar. beliau ini diberi kelebihan menulis Hizib Saifi dalam waktu lima menit, sementara hizib saifi itu bila dibaca memerlukan waktu kurang lebih satu jam.

Syekh Uwaily bin Duraina beliau diberi kelebihan karunia dapat membaca shalawat Fatih dalam sehari dua belas ribu kali. Begitulah diantara yang sempat bisa saya ingat.

Beranjak pada acara yang keenam yaitu penyampaian perkembangan Tarekat Tijaniyah yang disampaikan oleh Ustadz Ramli.

Berikutnya acara yang ketujuh, yakni tausiah yang disampaikan para masyaikh. Tausiah pertama disampaikan oleh Syekh Malik Barru. Inti pembicaraan beliau mengajak kita untuk senantiasa bersyukur, berbuat kebaikan. Beliau mengungkapkan pembicaraan-pembicaraan yang agung yang datang dari Syekh Tijani, diantaranya kita sebagai ikhwan Tijani diakui oleh Rasullah sebagai murid beliau. Mendengar ungkapan ini, rasa syukur pun menyeruak dalam hati, air mata menetis membasahi pipi. Sementara yang lain bertepuk tangan. Masyaallah, langsung saja Syekh Malik memberikan teguran kepada para jamaah yang hadir agar tidak bertepuk tangan ketika mendengar ungkapan-ungkapan beliau yang menakjubkan, tetapi hendaknya ucapkan Allahu Akbar.

Beliau mengungkapkan rasa cintanya kepada para ikhwan. Kalau kalian menyimpan gambar di HP, atau kamera, tetapi saya menyimpan wajah-wajah kalian semua di dalam hati sanubari saya. Allahu Akbar, ucapan takbir membahana menggetarkan jiwa. Saksikanlah, bahwa aku mencintai kalian. Allahu akbar.

Beliau mengajak kita semua, untuk mengungkapkan ketutamaan, baik keutamaan yang kita peroleh, maupun keutamaan – keutamaan Syekh Tijani dengan niat tahaduts binni`mah.

Selanjutnya Tausiah yang kedua disampaikan oleh Syekh Uwaili bin Duraina, pada intinya beliau mengajak kita semua untuk berakhlak yang baik, hendaknya kita senantiasa bersama Allah, bersama Rasulullah, dan bersama Syekh Tijani.

Beliau mewasiatkan agar kita semua menjauhi rokok, karena kata beliau Rasulullah tidak mau menghadiri mejlis zikir atau pembacaan wazhifah yang ada asap rokoknya.

Tausiah yang ketiga disampaikan oleh Saidi Syekh Jamal, beliau menekankan agar senantiasa meningkatkan mahabbah kepada Rasulullah dan Syekh Tijani.

Tausiah terakhir disampaikan oleh Habib Shaleh Al Basalamah. Intinya beliau mengajak kita bersyukur atas kedatangan para masyaikh, dan berharap semoga kita tetap istiqamah dalam memegang Tarekat Tijaniyah sampai meninggal dunia.

Acara terakhir doa yang dipimpin oleh Syekh Abdul Qadir Al Ba`alawi. Dengan berakhirnya doa acara idul khatmi ke 218 pun di tutup dengan ucapan hamdalah, Alhamdulillah.

Keutamaan Shalawat al-Fatih

Mutiara Yang Tak Ada Tandingannya

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ، الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ .

Artinya: “Ya Allah berikanlah shalawat kepada penghulu kami Nabi Muhammad yang membuka apa yang tertutup dan yang menutupi apa-apa yang terdahulu, penolong kebenaran dengan kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada keluarganya, sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung.”

Keutamaan shalawat al-Fatih disebutkan dalam nazham al-Yaqutah al-Faridah:

وفضل فريدة على كل صيغة كفضل سُرى القطا على دب نَملة

Keutamaan shalawat al-Fatih yang terkenal dengan sebutan al-Yaqutah al-Faridah atas redaksi shalawat lainnya seperti lebih hebatnya burung Qatha berjalan di waktu malam dibandingkan dengan rayapan semut.

فما صيغة من الصلاة على النبي تقاربـها في وصلة ومثوبـة

Tidak ada bentuk shalawat kepada Nabi yang membandinginya untuk seseorang bisa wushul kepada Allah dan mendapat pahala. فما حد فضلها ولا قيس في الـحجا اذ الفضل من ورا العقول السليمة

Keutamaannya tidak bisa dibatasi dan tidak bisa dianalogikan oleh akal. Karena keutamaan yang Allah berikan tidak bisa dipikirkan akal cerdas manusia.

وكم صيغ لـها تفوق خرائدا وان شئتها فسل حُـماة الطريقة

Shalawat al-Fatih memiliki banyak bentuk redaksi keutamaan yang lebih mahal dari mutiara berharga. Jika engkau menginginkannya, maka bertanyalah kepada pelindung thariqah.

بها انطوت الفلا بأسرع لَمحـة بِها تسبق العرجاء كل صحيحة

Keutamaannya dapat melipat tempat yang luas dengan sekejap mata. Dengan membaca shalawat al-Fatih orang yang pincang dapat mendahului berlarinya orang yang sehat.

وكم من غنيمة تحاز بذكرها ولا سـيما في الليل بعـد عتيمة

Banyak keberuntungan yang dapat diraih dengan membaca shalawat al-Fatih. Terutama apabila dibaca pada malam hari selepas shalalat isya.

فتعـدل منها مرة خَمسمائة نَهارية منها لضعف الْمـثوبـة

Keutamaan satu kali membacanya di waktu malam seperti 500 kali membacanya di waktu siang lantaran pahala menjadi berlipat ganda.

وكم من قصور في جـوار مُحمد وحور حسان والْجـواري وغلمة

Banyaknya istana dan berdampingan dengan Nabi Muhammad serta para bidadari yang cantik dan pelayan-pelayan dari wanita dan pria.

وكم حجج وعمـرة مع غـزوة وكم من مئين من الـوف عديدة

Mendapat pahala haji, umrah dan berperang ratusan dan puluhan kali.

واربعمائة سنـــون تكفــر بِمائة مــــرة بليلة جُمعة

Seandainya seseorang melakukan dosa sebanyak 400 tahun, maka dosa itu akan diampuni oleh Allah dengan sebab membaca shalawat al-Fatih sebanyak 100 kali pada malam jum’at.

لَها من مــراتب ثَمان فبعضها سليل سـعيد باح مـنها بنقطة

Keutamaannya memiliki 8 martabat sebagiannya telah diungkap oleh putra said yang bernama Syaikh Umar Ibn Said al-Futiy dengan satu titik.

ومنها بـكل مرة سـتمائة من الف صلاة الملأك الانس جِنة

Diantaranya: membaca shalawat al-Fatih satu kali sama dengan 600 kali dari ribuan shalawat para malaikat, manusia dan jin.

من اول خلقهم الى وقت ذكرها باذن تِجانـي ولـو بوسيطة

Dari awal mereka diciptakan sampai waktu shalawat al-fatih diucapkan. Dengan adanya izin dari Sayid Ahmad al-Tijaniy sekalipun dengan perantara.

وكم من تضائف لأولى وثانية وثالثة وهـكذا لــلأخيرة

Banyak sekali pelipat gandaan pahala dalam membaca shalawat al-Fatih yang pertama, kedua sampai seterusnya.

ومنها ضعاف ذكر كل العوالِم بسـتة الآف وغفـران زلـة

Pahala yang berlipat sebanding dengan dzikir yang dilakukan oleh makhluk di alam ini dengan 6000 kali lipat dan mendapat ampunan dari segala dosa.

فلا تتركن شـاذة من ذنـوبنا ولا فاذة منها لعظم الْمــزية

Oleh sebab itu janganlah engkau tinggalkan, lantaran membacanya menghilangkan dosa-dosa kita dan mendapat keutamaan tersendiri dari yang lainnya.

وموت على الاسلام افضل نعمة اذا دُمْتَ منها مــرة للمَنِية

Wafat dalam agama islam yang merupakan ni’mat tertinggi, apabila engkau melazimi shalawat al-Fatih setiap hari satu kali sampai kematian menjemput.

ولا بد من اذن صحيح من احمدا ولـو بوسـائط لنيل الفضيلة

Syarathnya adalah mendapat izin dari sayid Ahmad al-Tijaniy sekalipun melalui perantara agar mendapat keutamaannya.

مع الاعتقاد انها في صحيفة من النور انزلت بأقـــلام قدرة

Disertai keyakinan bahwa shalawat al-Fatih itu datang berupa lembaran dari cahaya yang turun dengan kalamullah

وعد الرماح عشرةً من شروطها وقال بكتمها ســوى عن خُويصة

Pengarang kitab Rimah Hizb al-Rahim menyebutkan 10 persyaratan. Beliau mengatakan 10 syarat tersebut tidak diketahui kecuali oleh orang-orang khusus.

واما ثوابـها العميم فحـاصل لسـائر خلق الله دون شـريطة

Pahalanya meratai bagi seluruh ciptaan Allah tanpa 10 syarat.

وعن سيدي البكري من عنه انزلت فـداء من الْجـحيم منها بِمَرة

Diriwayatkan dari sayid al-Bakriy bahwa shalawat al-fatih diturunkan sebagai tebusan dari neraka jahim sekalipun dibaca sekali.

فـوالله ما رأيت ذكـرا مقاربا لـها بعد رُتبة الاسامي العظيمة

Demi Allah, aku tidak pernah melihat satu dzikir yang mendekatkan diri kepada Allah yang memiliki tingkatan yang agung seperti shalawat al-Fatih.

فلا تفتـرن عنها فتندم في غـدٍ نـدامة كُسْعِي وصاحـب بَتة

Janganlah engkau melalaikannya sehingga menyesal dikemudian hari seperti penyesalan seorang yang bernama kusaiy dan seperti orang yang menetapkan keputusannya (al-farazdaq).

فعَض عليها بالنـواجـذ سرمدا فتسموا على اقـطاب كل وسيلة

Peganglah sekuat-kuatnya dengan gigi gerahammu selamanya, maka engkau akan mendapat derajat menjadi Aqthab dengan segala wasilah.

فـلا تعدلـن عنها الى اي صيغة اذا كنت يا أخي من اصحاب نُهية

Janganlah engkau pindah kepada bentuk shalawat lainnya, apabila engkau termasuk orang yang cerdas.

حوت سر كل صيغة في العوالـم وزادت بأسـرار وأشيا عـزيزة

Di dalam shalawat al-Fatih telah mencakup setiap bentuk shalawat yang ada di alam. Dan lebih unggul dengan banyak rahasia serta banyak sesuatu sangat mahal nilainya.

ورَبـى بـها عُبيدة بن محـمد وابـدى عجيبة بميـزاب رحمة

Keutamaan Shalawat al-Fatih juga dijelaskan oleh syaikh Ubaidah Ibn Muhammad, beliau memunculkan hal-hal ajaib dalam kitabnya yang bernama Mizab al-Rahmah.

فيا رب جـازه وكل مؤلِــف بخير واحســان عن الاحمدية

Ya Allah, balaslah beliau dengan kebaikan-kebaikan dan berikanlah balasan yang baik kepada setiap pengarang yang mengikuti ajaran Sayid Ahmad al-Tijaniy.

dikutip dari risalah:

فَوَاتِحُ الْمَفَاتِح فِي اِبْرَازِ اْلأَسْرَارِ مِنْ كُنُوْزِ صَلاَةِ اْلفَاتِح

جمع وترتيب الحاج رزقي ذوالقرنين أصمت البتاوي الراجي الى رحمة ربه العزيز القوي غفر الله له ولوالديه عن المساوي

آمين

Syaikh Ahmad at-Tijani ra berkata :

Umur manusia seluruhnya musnah begitu saja kecuali umur para pelaku shalawat al-Fatih, mereka beruntung dunia dan akhirat, tidaklah seseorang menyibukkan umurnya dengan membaca shalawat al-Fatih kecuali pasti akan bahagia. Kedua tapak kakiku ini di atas leher setiap wali Allah semenjak Nabi Adam hingga hari kiamat.

Minggu, 12 Mei 2013

فضائل الطريقة التجانية

سنذكر من هذه الفضائل أربعين فضيلة. أربعة عشر منها تـحصل لـجميع من تعلق بالشيخ التجاني رضي الله عنه بالاعتقاد والتسليم والتعظيم وترك الاعتراض والانتقاد عليه فـي كل شىء دقّ أو جلّ. ومـحبته ومـحبة أهل طريقته واحترامهم وتعظيمهم وعدم إذايتهم. والبقية تـختص بأهل طريقته الـمتمسكين بأوراده ولو لـم يـجتمعوا معه رضي الله عنه فـي دار الدنيا كما فـي جواهر الـمعاني. وهذه الفضائل كلها ضمنها النبـي صلى الله عليه وسلم للشيخ رضي الله عنه فهي واقعة لا مـحالة. لكن بشرط عدم الأمن من مكر الله وعدم رفض الطريقة.

قال شيخنا رضي الله عنه مـحذراً لأصحابه ومرشداً لـهم : أقول لكم إنَّ سيِّد الوجود صلى الله عليه وسلم ضمن لنا أنَّ من سبّنا ودام على ذلك ولـم يتب لا يـموت إلا كافراً. وأقول للإخوان : إن من أخذ وردنا وسـمع ما فيه من دخول الـجنة بلا حساب ولا عقاب. وأنه لا تضره معصيته فطرح نفسه فـي معاصي الله واتـخذ ذلك حبالة إلـى الأمان من عقوبة الله ألبس الله قلبه بغضنا حتى يسبّنا. فإذا سبّنا أماته الله كافراً. فاحذروا من معاصي الله وعقوبته. ومن قضى الله عليه منكم بذنب والعبد غير معصوم. فلا يقربنه إلا وهو باكي القلب خائف من عقوبته. ومن فضائلها :

موتهم على الإسلام والإيـمان.

أن يـخفف الله عنهم سكرات الـموت.

أن لا يرون فـي قبورهم إلا ما يسرهم.

أن يؤمنهم الله تعالـى من جـميع أنواع عذابه وتـخويفه وجـميع الشرور من الـموت إلـى الاستقرار فـي الـجنة.

أن يغفر الله لـهم جـميع ذنوبهم ما تقدّم منها وما تأخر.

أن يؤدى الله تعالـى جـميع تبعاتهم ومظالـمهم من خزائن فضله لا من حسناتهم.

أن لا يـحاسبهم الله تعالـى ولا يناقشهم ولا يسألـهم عن القليل والكثير يوم القيامة.

أن يظلهم الله تعالـى فـي ظل عرشه يوم القيامة.

أن يـجيزهم الله تعالـى على الصراط أسرع من طرفة عين على كواهل الـملائكة.

يسقيهم الله تعالـى من حوضه صلي الله عليه وسلم.

أن يدخلهم الـجنة بغير حساب ولا عقاب فـي أول الزمرة الأولـى.

أن يـجعلهم الله تعالـى مستقرين فـي عليين من جنة الفردوس وجنة عدن.

أن النبـي صلى الله عليه وسلم يـحب كل من كان مـحباً له رضي الله عنه. 14- أن مـحبه رضي الله عنه لا يـموت حتى يكون ولياً.

وهذه الأربعة عشرة فضيلة تـحصل لكل من تعلق بالشيخ بالـمحبة والتسليم إلـى آخر ما مرَّ. ولو لـم يكن آخذاً لطريقته رضي الله عنه. وأما من أخذ طريقته رضي الله عنه فإنه يـحصل له ما مرّ من الفضائل ويزيد على ما يأتي من الـخامسة عشر إلـى آخر الفضائل :

أن أبوي آخذ ورده وأزواجه ووالدي أزواجه وذريته الـمنفصلة عنه لا الـحفدة يدخلون الـجنة بغير حساب ولا عقاب. وتغفر جـميع ذنوبهم الصغائر والكبائر. وتؤدي عنهم جـميع التبعات بشرط أن لا يصدر منهم سبّ ولا بغض ولا عداوة فـي جانب الشيخ. وبشرط دوام الـمحبة ولو لـم يكن له تعلق بالشيخ أصلاً. وإنـما نالوا ذلك بسبب انتمائهم إلـى آخذ الورد.

أنّ النبـي صلى الله عليه وسلم أضافهم إليه حيث قال مـخاطباً الشيخ رضي الله عنه : فقراؤك فقرائي وتلاميذك تلاميذي وأصحابك أصحابي. فما أشرف هذه الإضافة ؟.

أنّ كل ما يؤذيهم يؤذى النبـي صلى الله عليه وسلم.

أنّ النبـي صلى الله عليه وسلم يـحضرهم عند الـموت.

أنه صلى الله عليه وسلم يـحضرهم عند سؤال الـملكين.

أنّ الإمام الـمهدي الـمنتظر أخ لـهم فـي الطريقة. وقد رأيت فـي بعض كتب الطريق : أن علامات خروج الـمهدى كثرة أهل هذه الطريقة.

أنّهم أعلى مرتبة من أكابر الأقطاب. ولو رأت الأقطاب ما أعدّه الله لـهم لقالوا : ما اعطيتنا شيئاً. { لا يسأل عما يفعل. والله يرزق من يشاء بغير حساب. قل إنّ الفضل بيد الله يؤتيه من يشاء والله واسع عليم يـختص برحـمته من يشاء والله ذو الفضل العظيم }.

أنّهم إذا ذكروا أيَّ كان ذكَر. يذكر معهم سبعون ألف ملك ما داموا يذكرون ويكتب ثواب ذلك كله لـهم.

أنّ فـي الأذكار اللازمة للطريقة صيغة من صيغ الاسم الأعظم الـخاصة به صلى الله عليه وسلم.

أنّ فـي أذكار هذه الطريقة الاسم الأعظم الكبير الـخاص به صلى الله عليه وسلم.

أنّ لكل واحد منهم حظاً من ثواب الاسم الأعظم الكبير الذى هو دائرة الإحاطة. ولو لـم يعرف الاسم فضلاً عن ذكره.

أنهم ينالون من ثواب الأذكار العالية من الاسم الأعظم الكبير وما دونه. ما لا يناله منه أكابر العارفين والأقطاب.

أنّ الله يعطيهم من عمل كل عامل تقبل منه عمله أكثر من مائة ألف ضعف مـما يعطيه لصاحب ذلك العمل.

أنّ آحادهم آمنون من السلب ولا يقدر على سلبهم إلا القطب.

أنّ آحادهم إذا رآه شخص يوم الاثنين أو يوم الـجمعة. فإنّ الرائي يدخل الـجنة بغير حساب له ولا عقاب وراثة أحـمدية تـجانية. وينبغى لكل شخص أن يتوسّم وجوه أصحاب الشيخ الـجليل فـي هذين اليومين. وينوى عند نظره فـي وجوههم تـحصيل هذه الفضيلة السامية. لعلّه يصادف واحداً مـمّن خص بها فيحوزها.

أنّ منهم. من إذا رآه شخص وقال له الرائي : أشهد أنّى رأيتك. وقال له الـمرئي : شهدت لك بأنك رأيتنـي. فإنّ الرائي يدخل الـجنة بغير حساب ولا عقاب.

أنّ من لـم يـحترمهم وكان يؤذيهم. طرده الله عن قربه وسلبه ما منحه.

أنّهم لا يذوقون حرارة الـموت أصلاً.

أنّ لـهم من الله تعالـى لطفاً خالصاً بهم بعد اللطف العام لـهم ولغيرهم.

أنّ لـهم فـي الـحشر موضعاً يكونون فيه فـي ظل العرش وحدهم.

أنّهم وأبويهم وأزواجهم ووالدي أزواجهم وذريتهم الـمنفصلة عنهم لا الـحفدة فـي أعلى عليِّين بالشروط الـمتقدمة.

أنّهم لا يـحضرون أهوال الـموقف. ولا يرون صواعقه وزلازله. بل يكونون من الآمنين عند باب الـجنة. حتى يدخلوا مع الـمصطفي صلى الله عليه وسلم فـي الزمرة الأولـى مع أصحابه. ويكون مستقرّهم فـي جواره صلى الله عليه وسلم فـي أعلى عليين مـجاورين أصحابه صلى الله عليه وسلم.

أنّ أكثرهم يـحصل له فـي كل يوم فضل زيارته صلى الله عليه وسلم فـي روضته الشريفة. وزيارة جـميع الأولياء والصالـحين من أول الوجود إلـى وقته. بسبب تلاوته جوهرة الكمال اثنتى عشرة مرة فـي الوظيفة أو غيرها بشرط نية الزيارة.

أنّ النبـي صلى الله عليه وسلم والـخلفاء الأربعة والشيخ رضي الله عنهم يـحضرون مع أهل هذه الطريقة كل يوم وقت قراءتهم الوظيفة بـجوهرة الكمال.

أنّ النبـي صلى الله عليه وسلم يـحبّهم مـحبة خاصة غير الـمحبة التـي تقدمت لـهم ولـجميع الأحباب.

أنّ لـهم علامة يدركها أهل الكشف يتميّزون بها عن غيرهم. ويعرف بها أنّهم تلاميذ رسول الله صلى الله عليه وسلم وفقراؤه. وهي أنّ كل واحد منهم مكتوب بين عينيه مـحمد صلي الله عليه وسلم. وعلى قلبه مـما يلي ظهره مـحمد بن عبد الله. وعلى رأسه تاج من نور مكتوب فيه الطريقة التجانية منشؤها الـحقيقة الـمـحمدية.