يَا رَبَّنَا بِجَاهِ تَاجِ الْعَارِفِيْنَ ï وَجَاهِ حَامِلِ لِوَاءِ الْوَاصِلِيْنَ
Ya Allah, Ya Tuhan kami dengan pangkat kebesaran pemilik mahkota ahli ma'rifah dan pangkat pemegang bendera kelompok manusia yang telah wushul (sampai ke puncak keyakinan)
قُدْوَتِنَا وَشَيْخِنَا التِّجَانِي ï قَائِدِنَا لِمَنْهَجِ الْعَدْنَانِي
Panutan dan guru kami yakni Syekh Ahmad Tijani, seorang pemandu yang menyampaikan kami kepada tuntunan Nabi Muhammad
يَا رَبِّ ثَبِّتْنَا عَلَى اْلإِيْمَانِ ï وَاحْفَظْ قُلُوْبَنَا مِنَ الْكُفْرَانِ
Ya Tuhanku tetapkan kami atas iman dan jaga hati kami dari segala bentuk kekufuran
وَاحْمِ جَمِيْعَنَا مِنَ الشَّيْطَانِ ï وَحِزْبِهِ مِنْ إِنْسٍ أَوْ مِنْ جَانِّ
Lindungi kami dari kejahatan syetan dan kelompoknya dari bangsa manusia dan jin
نَسْأَلُكَ التَّوْبَةَ وَالتَّوْفِيْقَ ï وَالْعِلْمَ وَالْعَمَلَ وَالتَّحْقِيْقَ
Kami mohon kepada-Mu taubat dan mendapat kekuatan untuk melakukan kebaikan, ilmu dan pengamalan serta ketepatan dalam segala hal
وَالصَّبْرَ وَالنَّصْرَ عَلَى اْلأَعْدَاءِ ï وَالْجَمْعَ فِي الذِّكْرِ عَلَى الْوِلاَءِ
Berikan kami kesabaran dan kemenangan atas musuh-musuh. Dan jadikan kami selalu berkumpul bersama dalam melakukan dzikir
وَالْفَوْزَ بِالنَّعِيْمِ فِي الْجِنَانِ ï مَعَ النَّبِيّ وَشَيْخِنَا التِّجَانِي
Mendapat kesuksesan dengan mendapat ni'mat di surga bersama Nabi Muhammad dan guru kami Syekh Ahmad Tijani
مَا لَنَا فِي الْكَوْنِ سِوَى الرَّحْمَانِ ï وَالْمُصْطَفَى وَشَيْخِنَا التِّجَانِي
Kami tidak memiliki harapan apa-apa di alam ini melainkan kepada-Mu Ya Allah (Yang Maha Pengasih), manusia terpilih Nabi Muhammad dan guru kami Syekh Ahmad Tijani
هَذِي هَدِيَّةٌ بِفَضْلِ اللهِ ï مِنَّا إِلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ
Dzikir ini merupakan hadiah untukmu Ya Rasulullah dari kami yang semata-mata merupakan pemberian Allah
هَدِيَّةً لِلْمُصْطَفَى الْعَدْنَانِي ï نِيَابَةً عَنْ شَيْخِنَا التِّجَانِي
Hadiah penghormatan buat manusia terpilih Nabi Muhammad keturunan Adnan juga sebagai mandate dari guru kami syekh Ahmad Tijani
آميْنَ آميْنَ اسْتَجِبْ دُعَانَا ï وَلاَ تُخَيِّبْ سَيِّدِي رَجَانَا
Terimalah, terimalah dan kabulkan Ya Allah, doa-doa kami. Jangan Kau kecewakan segala harapan kami
Doa ini merupakan Qashidah tawassul kepada Syekh Ahmad Tijani Radhiyallahu Anhu. qashidah ini biasanya dibaca setelah selesai membaca wirid lazimah dan wazhifah.
Dikutip dari kitab Ghayatul Muna Wal Murad Fima Littijaniy Minal Aurad halaman 27.
Minggu, 24 Maret 2013
AMALIYAH KHALIFAH : PERINTAH SAYYIDINA UMAR AGAR MEMBACAKAN AL-QUR'AN DIDEKAT ORANG YANG WAFAT
ORANG YANG WAFAT
Rasulullah Saw telah memberi legitimasi dan perintah untuk melakukan amaliyah dari para Khalifah.
Diantara para Khulafa’ ar-Rasyidin yang paling banyak ‘berinisiatif’ untuk melakukan amaliyah
adalah Sayidina Umar, seperti Tarawih, Tawassul dengan Paman Rasulullah, membukukan al-Quran,
penetapan kalender Hijriyah dan sebagainya. Diantara yang beliau perintahkan adalah membaca al-
Quran di dekat orang yang telah wafat, sebagaimana riwayat berikut ini:
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺧﺎﻟﺪ ﺍﻻﺣﻤﺮ ﻋﻦ ﻳﻮﻧﺲ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﻋﻦ ﻋﻤﺮ ﻗﺎﻝ : ﺍﺣﻀﺮﻭﺍ ﺃﻣﻮﺍﺗﻜﻢ ﻓﺄﻟﺰﻣﻮﻫﻢ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺃﻏﻤﻀﻮﺍ
ﺃﻋﻴﻨﻬﻢ ﺇﺫﺍ ﻣﺎﺗﻮﺍ ﻭﺍﻗﺮﺅﻭﺍ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ) ﺃﺧﺮﺟﻪ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺯﺍﻕ ) 3/386 ، ﺭﻗﻢ (6043 ، ﻭﺍﺑﻦ ﺃﺑﻰ ﺷﻴﺒﺔ ) 2/448 ،
ﺭﻗﻢ 10882 )
Diriwayatkan dari Khalid, dari Yunus, dari al-Hasan dari Umar, ia berkata: Datangilah orang yang
meninggal, tuntunlah dengan kalimat Lailaaha illa Allah, pejamkan matanya jika telah mati, dan
bacakanlah al-Quran di dekatnya (Riwayat Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf 3/386 No 6043 dan
Ibnu Syaibah 2/448 No 0882, juga diriwayatkan oleh Said bin Manshur)
Sejauh ini belum saya temukan penilaian dlaif terhadap sanad atsar ini, baik dari ahli hadis maupun
kelompok Wahabi yang biasa gemar menilai dlaif amaliyah sepert ini. Namun, saya temukan riwayat
ini dicantumkan oleh al-Hafidz jalaluddin as-Suyuthi dalam kitabnya Jami’ al-Ahadits yang dikenal
juga dengan nama Jam’u al-Jawami’ atau al-Jami’ al-Kabir 25/321, dan as-Suyuthi sama sekali
tidak memberi penilaian. Seperti biasa, jika ada riwayat dlaif maka beliau akan menyebutkannya, dan
jika tidak dlaif maka beliau tidak mengomentarinya. Begitu juga dengan riwayat ini.
Perintah Sayidina Umar ini jelas ditujukan kepada orang yang wafat, karena dijelaskan dalam
perintah sebelumnya “Pejamkan matanya jika telah mati”.
Demikian halnya dengan atsar di bawah ini:
ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻭَﻛِﻴْﻊٌ ﻋَﻦْ ﺣَﺴَّﺎﻥَ ﺑْﻦِ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴْﻢَ ﻋَﻦْ ﺃُﻣَﻴَّﺔَ ﺍﻷَﺯْﺩِﻱِّ ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮِ ﺑْﻦِ ﺯَﻳْﺪٍ ﺃَﻧَّﻪُ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻘْﺮَﺃُ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﺳُﻮْﺭَﺓَ ﺍﻟﺮَّﻋْﺪِ )ﻣﺼﻨﻒ
ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ ﺭﻗﻢ 10957 )
"Diriwayatkan dari Jabir bin Zaid bahwa ia membaca surat al-Ra'd di dekat orang yang telah
meninggal" (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah No 10967)
Bahkan ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar memperkuat riwayat tersebut:
ﻭَﺃَﺧْﺮَﺝَ ﺍﺑْﻦُ ﺃَﺑِﻰ ﺷَﻴْﺒَﺔَ ﻣِﻦْ ﻃَﺮِﻳْﻖِ ﺃَﺑِﻰ ﺍﻟﺸَّﻌْﺜَﺎﺀِ ﺟَﺎﺑِﺮِ ﺑْﻦِ ﺯَﻳْﺪٍ ﻭَﻫُﻮَ ﻣِﻦْ ﺛِﻘَﺎﺕِ ﺍﻟﺘَّﺎﺑِﻌِﻴْﻦَ ﺃَﻧَّﻪُ ﻳَﻘْﺮَﺃُ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﺳُﻮْﺭَﺓَ ﺍﻟﺮَّﻋْﺪِ
ﻭَﺳَﻨَﺪُﻩُ ﺻَﺤِﻴْﺢٌ ) ﺭﻭﺿﺔ ﺍﻟﻤﺤﺪﺛﻴﻦ ﻟﻠﺤﺎﻓﻆ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ 10 / 266 )
"Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari jalur Jabir bin Zaid, ia termasuk Tabi'in yang terpercaya, bahwa
ia membaca surat al-Ra'd di dekat orang yang telah meninggal. Dan Sanadnya adalah
sahih!" (Raudlat al-Muhadditsin X/226)
Riwayat lain yang menguatkan adalah:
ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺣَﻔْﺺُ ﺑْﻦُ ﻏِﻴَﺎﺙٍ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤُﺠَﺎﻟِﺪِ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺸَّﻌْﺒِﻲِّ ﻗَﺎﻝَ ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭُ ﻳَﻘْﺮَﺅُﻭْﻥَ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﺑِﺴُﻮْﺭَﺓِ ﺍﻟْﺒَﻘَﺮَﺓِ ) ﻣﺼﻨﻒ ﺍﺑﻦ
ﺃﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ ﺭﻗﻢ 10953 )
"Diriwayatkan dari Sya'bi bahwa sahabat Anshor membaca surat al-Baqarah di dekat orang yang
telah meninggal" (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah No 10963)
Mayit/Muhtadlar
Terkait perbedaan pendapat bahwa yang dimaksud ‘Mayit/Amwat’ apakah orang yang akan wafat
atau sudah wafat, dijelaskan oleh para ulama berikut ini:
1. Al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthi
ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻘُﺮْﻃُﺒِﻲ ﻓِﻲ ﺣَﺪِﻳْﺚِ ﺇﻗْﺮَﺅُﻭْﺍ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻮْﺗَﺎﻛُﻢْ ﻳﺲ ﻫَﺬَﺍ ﻳَﺤْﺘَﻤِﻞُ ﺃَﻥْ ﺗَﻜُﻮْﻥَ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﻘِﺮَﺍﺀَﺓُ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻓِﻲ ﺣَﺎﻝِ ﻣَﻮْﺗِﻪِ
ﻭَﻳَﺤْﺘَﻤِﻞُ ﺃَﻥْ ﺗَﻜُﻮْﻥَ ﻋِﻨْﺪَ ﻗَﺒْﺮِﻩِ ﻗُﻠْﺖُ ﻭَﺑِﺎْﻷَﻭَّﻝِ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﺠُﻤْﻬُﻮْﺭُ ﻛَﻤَﺎ ﺗَﻘَﺪَّﻡَ ﻓِﻲ ﺃَﻭَّﻝِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻭَﺑِﺎﻟﺜَّﺎﻧِﻲ ﻗَﺎﻝَ ﺇﺑْﻦُ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟْﻮَﺍﺣِﺪِ
ﺍﻟْﻤَﻘْﺪِﺳِﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠُﺰْﺀِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺗَﻘَﺪَّﻣَﺖِ ﺍْﻹِﺷَﺎﺭَﺓُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻭَﺑِﺎﻟﺘَّﻌْﻤِﻲْﻡِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﺎﻟَﻴْﻦِ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤُﺤِﺐُّ ﺍﻟﻄَّﺒَﺮِﻱُّ ﻣِﻦْ ﻣُﺘَﺄَﺧِّﺮِﻱ ﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻨَﺎ
ﻭِﻓِﻲ ﺍْﻹِﺣْﻴَﺎﺀِ ﻟِﻠْﻐَﺰَﺍﻟِﻲ ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﻗِﺒَﺔِ ﻟِﻌَﺒْﺪِ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻋَﻦْ ﺃَﺣْﻤَﺪَ ﺑْﻦِ ﺣَﻨْﺒَﻞَ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻠْﺘُﻢُ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮَ ﻓَﺎﻗْﺮَﺅُﻭْﺍ ﺑِﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ
ﻭَﺍﻟْﻤُﻌَﻮِّﺫَﺕْﻳِﻦ ﻭَﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﺣَﺪٌ ﻭَﺍﺟْﻌَﻠُﻮْﺍ ﺫَﻟِﻚَ ِﻷَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻳَﺼِﻞُ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ) ﺷﺮﺡ ﺍﻟﺼﺪﻭﺭ ﺑﺸﺮﺡ ﺣﺎﻝ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ
ﻭﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻟﻠﺤﺎﻓﻆ ﺟﻼﻝ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺴﻴﻮﻃﻲ 1 / 304 )
"al-Qurthubi berkata mengenai hadis: 'Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang meninggal' bahwa
Hadis ini bisa jadi dibacakan di dekat orang yang akan meninggal dan bisa jadi yang dimaksud
adalah membacanya di kuburnya. Saya (al-Suyuthi) berkata: Pendapat pertama disampaikan oleh
mayoritas ulama. Pendapat kedua oleh Ibnu Abdul Wahid al-Maqdisi dalam salah satu kitabnya dan
secara menyeluruh keduanya dikomentari oleh Muhib al-Thabari dari kalangan Syafiiyah. Disebutkan
dalam kitab Ihya al-Ghazali, dalam al-Aqibah Abdulhaq, mengutip dari Ahmad bin Hanbal, beliau
berkata: Jika kalian memasuki kuburan, maka bacalah al-Fatihah, al-Muawwidzatain, al-Ikhlas, dan
jadikanlah (hadiahkanlah) untuk penghuni makam, maka akan sampai pada mereka" (Syarh al-
Shudur I/304)
2. Muhammad bin Ali al-Syaukani
ﻭَﺍﻟﻠَّﻔْﻆُ ﻧَﺺٌّ ﻓِﻰ ﺍْﻷَﻣْﻮَﺍﺕِ ﻭَﺗَﻨَﺎﻭُﻟُﻪُ ﻟِﻠْﺤَﻰِّ ﺍﻟْﻤُﺤْﺘَﻀَﺮِ ﻣَﺠَﺎﺯٌ ﻓَﻼَ ﻳُﺼَﺎﺭُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺇِﻻَّ ﻟِﻘَﺮِﻳْﻨَﺔٍ ) ﻧﻴﻞ ﺍﻷﻭﻃﺎﺭ ﻟﻠﺸﻮﻛﺎﻧﻲ 4 / 52 )
"Lafadz dalam hadis tersebut secara jelas mengarah pada orang yang telah meninggal. Dan lafadz
tersebut mencakup pada orang yang akan meninggal hanya secara majaz. Maka tidak bisa diarahkan
pada orang yang akan meinggal kecuali bila ada tanda petunjuk" (Nail al-Authar IV/52)
3. Mufti Universitas al-Azhar Kairo Mesir, 'Athiyah Shaqar
ﻭَﺣَﻤَﻠَﻪُ ﺍﻟْﻤُﺼَﺤِّﺤُﻮْﻥَ ﻟَﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻘِﺮَﺍﺀَﺓِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﺣَﺎﻝَ ﺍْﻻِﺣْﺘِﻀَﺎﺭِ ﺑِﻨَﺎﺀً ﻋَﻠَﻰ ﺣَﺪِﻳْﺚٍ ﻓِﻰ ﻣُﺴْﻨَﺪِ ﺍﻟْﻔِﺮْﺩَﻭْﺱِ ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻣَﻴِّﺖٍ
ﻳَﻤُﻮْﺕُ ﻓَﺘُﻘْﺮَﺃُ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻳﺲ ﺇِﻻَّ ﻫَﻮَّﻥَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻟَﻜِﻦْ ﺑَﻌْﺾُ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻥَّ ﻟَﻔْﻆَ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻋَﺎﻡٌ ﻻَ ﻳَﺨْﺘَﺺُّ ﺑِﺎﻟْﻤُﺤْﺘَﻀَﺮِ ﻓَﻼَ ﻣَﺎﻧِﻊَ
ﻣِﻦِ ﺍﺳْﺘِﻔَﺎﺩَﺗِﻪِ ﺑِﺎﻟْﻘِﺮَﺍﺀَﺓِ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺇِﺫَﺍ ﺍﻧْﺘَﻬَﺖْ ﺣَﻴَﺎﺗُﻪُ ﺳَﻮَﺍﺀٌ ﺩُﻓِﻦَ ﺃَﻡْ ﻟَﻢْ ﻳُﺪْﻓَﻦْ ﺭَﻭَﻯ ﺍْﻟﺒَﻴْﻬَﻘِﻰ ﺑِﺴَﻨَﺪٍ ﺣَﺴَﻦٍ ﺃَﻥَّ ﺍﺑْﻦَ ﻋُﻤَﺮَ
ﺍﺳْﺘَﺤَﺐَّ ﻗِﺮَﺍﺀَﺓَ ﺃَﻭَّﻝِ ﺳُﻮْﺭَﺓِ ﺍﻟْﺒَﻘَﺮَﺓِ ﻭَﺧَﺎﺗِﻤَﺘِﻬَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺪَّﻓْﻦِ ﻓَﺎﺑْﻦُ ﺣِﺒَّﺎﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻗَﺎﻝَ ﻓِﻰ ﺻَﺤِﻴْﺤِﻪِ ﻣُﻌَﻠِّﻘًﺎ ﻋَﻠَﻰ
ﺣَﺪِﻳْﺚِ ﺍﻗْﺮَﺀُﻭْﺍ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻮْﺗَﺎﻛُﻢْ ﻳﺲ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺑِﻪِ ﻣَﻦْ ﺣَﻀَﺮَﺗْﻪُ ﺍﻟْﻤَﻨِﻴَّﺔُ ﻻَ ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖَ ﻳُﻘْﺮَﺃُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺭَﺩَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟْﻤُﺤِﺐُّ ﺍﻟﻄَّﺒَﺮِﻯُّ ﺑِﺄَﻥَّ
ﺫَﻟِﻚَ ﻏَﻴْﺮُ ﻣُﺴَﻠَّﻢٍ ﻟَﻪُ ﻭَﺇِﻥْ ﺳُﻠِّﻢَ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺍﻟﺘَّﻠْﻘِﻴْﻦُ ﺣَﺎﻝَ ﺍْﻻِﺣْﺘِﻀَﺎﺭِ ) ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﻷﺯﻫﺮ 7 / 458 )
"Ulama yang menilai sahih hadis diatas mengarahkan pembacaan Yasin di dekat orang yang akan
meninggal. Hal ini didasarkan pada hadis yang terdapat dalam musnad al-Firdaus (al-Dailami) yang
berbunyi: 'Tidak ada seorang mayit yang dibacakan Yasin di dekatnya, kecuali Allah memberi
kemudahan kepadanya.' Namun sebagian ulama mengatakan bahwa lafadz mayit bersifat umum yang
tidak khusus bagi orang yang akan mati saja. Maka tidak ada halangan untuk menggunakannya bagi
orang yang telah meninggal, baik sudah dimakamkan atau belum. Al-Baihaqi meriwayatkan dengan
sanad yang hasan (al-Sunan al-Kubra No 7319) bahwa Ibnu Umar menganjurkan membaca
permulaan dan penutup surat al-Baqarah di kuburannya setelah dimakamkan. Pendapat Ibnu Hibban
dalam kitab sahihnya yang memberi catatan pada hadis diatas bahwa yang dimaksud adalah orang
yang akan meninggal bukan mayit yang dibacakan di hadapannya, telah dibantah oleh Muhib al-
Thabari bahwa hal itu tidak dapat diterima, meskipun talqin kepada orang yang akan meninggal bisa
diterima" (Fatawa al-Azhar VII/458)
JANAZAH IBNU TAIMIYAH JUGA DIBACAKAN AL-QUR'AN
Al-Hafidz Ibnu Katsir (700-774 H. Pengarang Tafsir Ibnu Katsir) berkata dalam kitabnya al-Bidayah
wa an-Nihayah 14/156-157:
"(Wafatnya Syaik Ibnu Taimiyah). Syaikh Alamuddin berkata dalam at-Tarikh: Pada malam Senin
tanggal 20 Dzulqa'dah, syaikh Ibnu Taimiyah putra al-Mufti Shihabuddin abi al-Mahasin, wafat di
sebuah tempat di Damasykus di ruangan tempat ia dipenjara. Saat wafatnya banyak orang yang
datang ke tempat itu dan mereka diizinkan untuk masuk. Para jamaah duduk di dekat mayat Ibnu
Taimiyah sebelum dimandikan, mereka membaca al-Quran, mereka mencari berkah dengan melihat
mayatnya dan menciumnya, lalu mereka berpindah. Berikutnya jamaah perempuan, mereka juga
melakukan hal yang sama (mereka membaca al-Quran, mereka mencari berkah dengan melihat
mayatnya dan menciumnya)"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar