يَا رَبَّنَا بِجَاهِ تَاجِ الْعَارِفِيْنَ ï وَجَاهِ حَامِلِ لِوَاءِ الْوَاصِلِيْنَ

Ya Allah, Ya Tuhan kami dengan pangkat kebesaran pemilik mahkota ahli ma'rifah dan pangkat pemegang bendera kelompok manusia yang telah wushul (sampai ke puncak keyakinan)


قُدْوَتِنَا وَشَيْخِنَا التِّجَانِي ï قَائِدِنَا لِمَنْهَجِ الْعَدْنَانِي

Panutan dan guru kami yakni Syekh Ahmad Tijani, seorang pemandu yang menyampaikan kami kepada tuntunan Nabi Muhammad

يَا رَبِّ ثَبِّتْنَا عَلَى اْلإِيْمَانِ ï وَاحْفَظْ قُلُوْبَنَا مِنَ الْكُفْرَانِ

Ya Tuhanku tetapkan kami atas iman dan jaga hati kami dari segala bentuk kekufuran

وَاحْمِ جَمِيْعَنَا مِنَ الشَّيْطَانِ ï وَحِزْبِهِ مِنْ إِنْسٍ أَوْ مِنْ جَانِّ

Lindungi kami dari kejahatan syetan dan kelompoknya dari bangsa manusia dan jin


نَسْأَلُكَ التَّوْبَةَ وَالتَّوْفِيْقَ ï وَالْعِلْمَ وَالْعَمَلَ وَالتَّحْقِيْقَ

Kami mohon kepada-Mu taubat dan mendapat kekuatan untuk melakukan kebaikan, ilmu dan pengamalan serta ketepatan dalam segala hal


وَالصَّبْرَ وَالنَّصْرَ عَلَى اْلأَعْدَاءِ ï وَالْجَمْعَ فِي الذِّكْرِ عَلَى الْوِلاَءِ

Berikan kami kesabaran dan kemenangan atas musuh-musuh. Dan jadikan kami selalu berkumpul bersama dalam melakukan dzikir


وَالْفَوْزَ بِالنَّعِيْمِ فِي الْجِنَانِ ï مَعَ النَّبِيّ وَشَيْخِنَا التِّجَانِي

Mendapat kesuksesan dengan mendapat ni'mat di surga bersama Nabi Muhammad dan guru kami Syekh Ahmad Tijani


مَا لَنَا فِي الْكَوْنِ سِوَى الرَّحْمَانِ ï وَالْمُصْطَفَى وَشَيْخِنَا التِّجَانِي

Kami tidak memiliki harapan apa-apa di alam ini melainkan kepada-Mu Ya Allah (Yang Maha Pengasih), manusia terpilih Nabi Muhammad dan guru kami Syekh Ahmad Tijani

هَذِي هَدِيَّةٌ بِفَضْلِ اللهِ ï مِنَّا إِلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ

Dzikir ini merupakan hadiah untukmu Ya Rasulullah dari kami yang semata-mata merupakan pemberian Allah


هَدِيَّةً لِلْمُصْطَفَى الْعَدْنَانِي ï نِيَابَةً عَنْ شَيْخِنَا التِّجَانِي

Hadiah penghormatan buat manusia terpilih Nabi Muhammad keturunan Adnan juga sebagai mandate dari guru kami syekh Ahmad Tijani

آميْنَ آميْنَ اسْتَجِبْ دُعَانَا ï وَلاَ تُخَيِّبْ سَيِّدِي رَجَانَا

Terimalah, terimalah dan kabulkan Ya Allah, doa-doa kami. Jangan Kau kecewakan segala harapan kami

Doa ini merupakan Qashidah tawassul kepada Syekh Ahmad Tijani Radhiyallahu Anhu. qashidah ini biasanya dibaca setelah selesai membaca wirid lazimah dan wazhifah.

Dikutip dari kitab Ghayatul Muna Wal Murad Fima Littijaniy Minal Aurad halaman 27.

Jumat, 21 Desember 2012

AGUNGYNYA KEUTAMAAN PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW

AGUNGYNYA KEUTAMAAN PERINGATAN MAULID
NABI MUHAMMAD SAW
PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW
=================================
ketika kita membaca kalimat diatas maka didalam hati kita sudah tersirat
bahwa kalimat ini akan langsung membuat alergi bagi sebagian kelompok
muslimin, saya akan meringkas penjelasannya secara Aqlan wa syar’an,
(logika dan syariah).
Sifat manusia cenderung merayakan sesuatu yg membuat mereka gembira,
apakah keberhasilan, kemenangan, kekayaan atau lainnya, mereka
merayakannya dengan pesta, mabuk mabukan, berjoget bersama, wayang,
lenong atau bentuk pelampiasan kegembiraan lainnya, demikian adat istiadat
diseluruh dunia.
Sampai disini saya jelaskan dulu bagaimana kegembiraan atas kelahiran
Rasul saw.
Allah merayakan hari kelahiran para Nabi Nya
Firman Allah : (Isa berkata dari dalam perut ibunya) Salam sejahtera atasku,
di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan. (QS
Maryam 33)
Firman Allah : Salam Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari
kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan. (QS Maryam 15)
Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain
hadits no.4177)
Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yg menjadi pembantunya
Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat saat
melahirkan, ia (ibu utsman) melihat bintang bintang mendekat hingga ia
takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang benderang
keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar
dan rumah (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn
Hisyam)
Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat
melahirkan Nabi saw melihat cahaya yg terang benderang hingga
pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi (Fathul Bari
Almasyhur juz 6 hal 583)
Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh
pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran
Persia yg 1000 tahun tak pernah padam. (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal
583)
Kenapa kejadian kejadian ini dimunculkan oleh Allah swt?, kejadian kejadian
besar ini muncul menandakan kelahiran Nabi saw, dan Allah swt telah
merayakan kelahiran Muhammad Rasulullah saw di Alam ini, sebagaimana
Dia swt telah pula membuat salam sejahtera pada kelahiran Nabi nabi
sebelumnya.
Rasulullah saw memuliakan hari kelahiran beliau saw
Ketika beliau saw ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau saw
menjawab : “Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan
(Shahih Muslim hadits no.1162). dari hadits ini sebagian saudara2 kita
mengatakan boleh merayakan maulid Nabi saw asal dg puasa.
Rasul saw jelas jelas memberi pemahaman bahwa hari senin itu berbeda
dihadapan beliau saw daripada hari lainnya, dan hari senin itu adalah hari
kelahiran beliau saw. Karena beliau saw tak menjawab misalnya : puasa
hari senin itu mulia dan boleh boleh saja.., namun beliau bersabda : itu
adalah hari kelahiranku, menunjukkan bagi beliau saw hari kelahiran beliau
saw ada nilai tambah dari hari hari lainnya, contoh mudah misalnya zeyd
bertanya pada amir : bagaimana kalau kita berangkat umroh pada 1
Januari?, maka amir menjawab : oh itu hari kelahiran saya. Nah.. bukankah
jelas jelas bahwa zeyd memahami bahwa 1 januari adalah hari yg berbeda
dari hari hari lainnya bagi amir?, dan amir menyatakan dengan jelas bahwa
1 januari itu adalah hari kelahirannya, dan berarti amir ini termasuk orang
yg perhatian pada hari kelahirannya, kalau amir tak acuh dg hari
kelahirannya maka pastilah ia tak perlu menyebut nyebut bahwa 1 januari
adalah hari kelahirannya,
dan Nabi saw tak memerintahkan puasa hari senin untuk merayakan
kelahirannya, pertanyaan sahabat ini berbeda maksud dengan jawaban
beliau saw yg lebih luas dari sekedar pertanyaannya, sebagaimana contoh
diatas, Amir tak mmerintahkan umroh pada 1 januari karena itu adalah hari
kelahirannya, maka mereka yg berpendapat bahwa boleh merayakan maulid
hanya dg puasa saja maka tentunya dari dangkalnya pemahaman terhadap
ilmu bahasa.
Orang itu bertanya tentang puasa senin, maksudnya boleh atau tidak?, Rasul
saw menjawab : hari itu hari kelahiranku, menunjukkan hari kelahiran
beliau saw ada nilai tambah pada pribadi beliau saw, sekaligus
diperbolehkannya puasa dihari itu.
Maka jelaslah sudah bahwa Nabi saw termasuk yg perhatian pada hari
kelahiran beliau saw, karena memang merupakan bermulanya sejarah
bangkitnya islam.
Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi saw
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra : Izinkan aku memujimu wahai
Rasulullah.., maka Rasul saw menjawab: silahkan..,maka Allah akan
membuat bibirmu terjaga, maka Abbas ra memuji dg syair yg panjang,
diantaranya : dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka
terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya
dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam
tuntunan kemuliaan (Al Quran ) kami terus mendalaminya(Mustadrak ala
shahihain hadits no.5417)
Kasih sayang Allah atas kafir yg gembira atas kelahiran Nabi saw
Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam
mimpinya, dan Abbas bertanya padanya : bagaimana keadaanmu?, abu lahab
menjawab : di neraka, Cuma diringankan siksaku setiap senin karena aku
membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasul
saw (Shahih Bukhari hadits no.4813, Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits
no.13701, syibul iman no.281, fathul baari Almasyhur juz 11 hal 431).
Walaupun kafir terjahat ini dibantai di alam barzakh, namun tentunya Allah
berhak menambah siksanya atau menguranginya menurut kehendak Allah
swt, maka Allah menguranginya setiap hari senin karena telah gembira dg
kelahiran Rasul saw dengan membebaskan budaknya.
Walaupun mimpi tak dapat dijadikan hujjah untuk memecahkan hukum
syariah, namun mimpi dapat dijadikan hujjah sebagai manakib, sejarah dan
lainnya, misalnya mimpi orang kafir atas kebangkitan Nabi saw, maka
tentunya hal itu dijadikan hujjah atas kebangkitan Nabi saw maka Imam
imam diatas yg meriwayatkan hal itu tentunya menjadi hujjah bagi kita
bahwa hal itu benar adanya, karena diakui oleh imam imam dan mereka tak
mengingkarinya.
Rasulullah saw memperbolehkan Syair pujian di masjid
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh
Umar ra, lalu Hassan berkata : aku sudah baca syair nasyidah disini
dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw),
lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : bukankah kau
dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah bantulah ia
dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : betul (shahih Bukhari
hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)
Ini menunjukkan bahwa pembacaan Syair di masjid tidak semuanya haram,
sebagaimana beberapa hadits shahih yg menjelaskan larangan syair di
masjid, namun jelaslah bahwa yg dilarang adalah syair syair yg membawa
pada Ghaflah, pada keduniawian, namun syair syair yg memuji Allah dan
Rasul Nya maka hal itu diperbolehkan oleh Rasul saw bahkan dipuji dan
didoakan oleh beliau saw sebagaimana riwayat diatas, dan masih banyak
riwayat lain sebagaimana dijelaskan bahwa Rasul saw mendirikan mimbar
khusus untuk hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan
syair syairnya (Mustadrak ala shahihain hadits no.6058, sunan Attirmidzi
hadits no.2846) oleh Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yg
mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata : Jangan kalian caci
hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah saw(Musnad Abu
Ya’la Juz 8 hal 337).
Pendapat Para Imam dan Muhaddits atas perayaan Maulid
sebelumnya perlu saya jelaskan bahwa yg dimaksud Al Hafidh adalah
mereka yg telah hafal lebih dari 100.000 hadits dengan sanad dan hukum
matannya, dan yg disebut Hujjatul Islam adalah yg telah hafal 300.000 hadits
dengan sanad dan hukum matannya.
1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yg sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi
saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yg berpuasa hari asyura
(10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : hari ini
hari ditenggelamkannya Firaun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami
berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw :
kita lebih berhak atas Musa as dari kalian, maka diambillah darinya
perbuatan bersyukur atas anugerah yg diberikan pada suatu hari tertentu
setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dg pelbagai cara,
seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alquran, maka nikmat
apalagi yg melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt
SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG ORANG
MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA (QS Al Imran
164)
2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw
ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi
(Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dg sanad shahih dan Sunan Imam
Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber
Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan
akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau
saw yg kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada
Allah swt yg telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lilâ
€™aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita
juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan
mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dg makanan
makanan dan yg serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus
mengenai perayaan maulid dengan nama : Husnulmaqshad fii amalilmaulid.
3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam
Nawawi) :
Merupakan Bid’ah hasanah yg mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yg
diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak
bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal
itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw,
dan bersyukur kepada Allah dg kelahiran Nabi saw.
4. Pendapat Imamul Qurra Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam
kitabnya Urif bittarif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa
keadaanmu?, ia menjawab : di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap
malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi
kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah
menyusuinya (saw) (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yg
Alquran turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia
gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat
Muhammad saw yg gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku,
sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan
dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.
5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam
kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :
Serupa dg ucapan Imamul Qurra Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil
hadits Abu Lahab
6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah
berkata tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi
dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh
pelosok dunia dan bersedekah pd malamnya dg berbagai macam sedekah dan
memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka
keberkahan yg sangat besar.
7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah
dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : ketahuilah salah satu bid’ah
hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw
8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
dengan karangan maulidnya yg terkenal al aruus juga beliau berkata tentang
pembacaan maulid, Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan
berita gembira dg tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yg
membacanya serta merayakannya.
9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah
dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al
islami berkata: Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kpd orang yg
menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar.
10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yg
terkenal dg Ibn Dihyah alkalbi
dg karangan maulidnya yg bernama Attanwir fi maulid basyir an nadzir
11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah
Aljuzri
dg maulidnya urfu at tarif bi maulid assyarif
12. Imam al Hafidh Ibn Katsir
yg karangan kitab maulidnya dikenal dg nama : maulid ibn katsir
13. Imam Al Hafidh Al Iraqy
dg maulidnya maurid al hana fi maulid assana
14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy
telah mengarang beberapa maulid : Jaami al astar fi maulid nabi al mukhtar
3 jilid, Al lafad arraiq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al
hadi.
15. Imam assyakhawiy
dg maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi
16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi
dg maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah
17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As
syaibaniy yg terkenal dg ibn diba
dg maulidnya addibai
18. Imam ibn hajar al haitsami
dg maulidnya itmam annimah alal alam bi maulid syayidi waladu adam
19. Imam Ibrahim Baajuri
mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dg nama tuhfa al basyar ala maulid
ibn hajar
20. Al Allamah Ali Al Qari
dg maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi
21. Al Allamah al Muhaddits Jafar bin Hasan Al barzanji
dg maulidnya yg terkenal maulid barzanji
23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani
dg maulid Al yaman wal isad bi maulid khair al ibad
24. Al Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An Nabhaniy
dg maulid jawahir an nadmu al badi fi maulid as syafi
25. Imam Ibrahim Assyaibaniy
dg maulid al maulid mustofa adnaani
26. Imam Abdulghaniy Annanablisiy
dg maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid muhammadi
27. Syihabuddin Al Halwani
dg maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif
28. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati
dg maulid Al Kaukab al azhar alal iqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar
29. Asyeikh Ali Attanthowiy
dg maulid nur as shofa fi maulid al mustofa
30. As syeikh Muhammad Al maghribi
dg maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah.
Tiada satupun para Muhadditsin dan para Imam yg menentang dan melarang
hal ini, mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan Muhadditsin yg
menentang maulid sebagaimana disampaikan oleh kalangan anti maulid,
maka mereka ternyata hanya menggunting dan memotong ucapan para Imam
itu, dengan kelicikan yg jelas jelas meniru kelicikan para misionaris dalam
menghancurkan Islam.
Berdiri saat Mahal Qiyam dalam pembacaan Maulid
Mengenai berdiri saat maulid ini, merupakan Qiyas dari kerinduan pada
Rasul saw, dan menunjukkan semangat atas kedatangan sang pembawa
risalah pada kehidupan kita, hal ini lumrah saja, sebagaimana penghormatan
yg dianjurkan oleh Rasul saw adalah berdiri, sebagaimana diriwayatkan
ketika saad bin Muadz ra datang maka Rasul saw berkata kepada kaum
anshar : Berdirilah untuk tuan kalian (shahih Bukhari hadits no.2878, Shahih
Muslim hadits no.1768), demikian pula berdirinya Thalhah ra untuk Kaab bin
Malik ra.
Memang mengenai berdiri penghormatan ini ada ikhtilaf ulama, sebagaimana
yg dijelaskan bahwa berkata Imam Alkhattabiy bahwa berdirinya bawahan
untuk majikannya, juga berdirinya murid untuk kedatangan gurunya, dan
berdiri untuk kedatangan Imam yg adil dan yg semacamnya merupakan hal
yg baik, dan berkata Imam Bukhari bahwa yg dilarang adalah berdiri untuk
pemimpin yg duduk, dan Imam Nawawi yg berpendapat bila berdiri untuk
penghargaan maka taka apa, sebagaimana Nabi saw berdiri untuk
kedatangan putrinya Fathimah ra saat ia datang, namun adapula pendapat
lain yg melarang berdiri untuk penghormatan.(Rujuk Fathul Baari
Almasyhur Juz 11 dan Syarh Imam Nawawi ala shahih muslim juz 12 hal 93)
Namun sehebat apapun pendapat para Imam yg melarang berdiri untuk
menghormati orang lain, bisa dipastikan mereka akan berdiri bila Rasulullah
saw datang pada mereka, mustahil seorang muslim beriman bila sedang
duduk lalu tiba tiba Rasulullah saw datang padanya dan ia tetap duduk dg
santai..
Namun dari semua pendapat itu, tentulah berdiri saat mahal qiyam dalam
membaca maulid itu tak ada hubungan apa apa dengan semua perselisihan
itu, karena Rasul saw tidak dhohir dalam pembacaan maulid itu, lepas dari
anggapan ruh Rasul saw hadir saat pembacaan maulid, itu bukan
pembahasan kita, masalah seperti itu adalah masalah ghaib yg tak bisa
disyarahkan dengan hukum dhohir,
semua ucapan diatas adalah perbedaan pendapat mengenai berdiri
penghormatan yg Rasul saw pernah melarang agar sahabat tak berdiri untuk
memuliakan beliau saw.
Jauh berbeda bila kita yg berdiri penghormatan mengingat jasa beliau saw,
tak terikat dengan beliau hadir atau tidak, bahwa berdiri kita adalah bentuk
kerinduan kita pada nabi saw, sebagaimana kita bersalam pada Nabi saw
setiap kita shalat pun kita tak melihat beliau saw.
Diriwayatkan bahwa Imam Al hafidh Taqiyuddin Assubkiy rahimahullah,
seorang Imam Besar dan terkemuka dizamannya bahwa ia berkumpul
bersama para Muhaddits dan Imam Imam besar dizamannya dalam
perkumpulan yg padanya dibacakan puji pujian untuk nabi saw, lalu
diantara syair syair itu merekapun seraya berdiri termasuk Imam Assubkiy
dan seluruh Imam imam yg hadir bersamanya, dan didapatkan kesejukan yg
luhur dan cukuplah perbuatan mereka itu sebagai panutan,
dan berkata Imam Ibn Hajar Alhaitsamiy rahimahullah bahwa Bidah hasanah
sudah menjadi kesepakatan para imam bahwa itu merupakan hal yg sunnah,
(berlandaskan hadist shahih muslim no.1017 yg terncantum pd Bab Bidah)
yaitu bila dilakukan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak mendapat
dosa, dan mengadakan maulid itu adalah salah satu Bidah hasanah,
Dan berkata pula Imam Assakhawiy rahimahullah bahwa mulai abad ketiga
hijriyah mulailah hal ini dirayakan dengan banyak sedekah dan perayaan
agung ini diseluruh dunia dan membawa keberkahan bagi mereka yg
mengadakannya. (Sirah Al Halabiyah Juz 1 hal 137)
Pada hakekatnya, perayaan maulid ini bertujuan mengumpulkan muslimin
untuk Medan Tablig dan bersilaturahmi sekaligus mendengarkan ceramah
islami yg diselingi bershalawat dan salam pada Rasul saw, dan puji pujian
pada Allah dan Rasul saw yg sudah diperbolehkan oleh Rasul saw, dan untuk
mengembalikan kecintaan mereka pada Rasul saw, maka semua maksud ini
tujuannya adalah kebangkitan risalah pada ummat yg dalam ghaflah, maka
Imam dan Fuqaha manapun tak akan ada yg mengingkarinya karena jelas
jelas merupakan salah satu cara membangkitkan keimanan muslimin, hal
semacam ini tak pantas dimungkiri oleh setiap muslimin aqlan wa syarâan
(secara logika dan hukum syariah), karena hal ini merupakan hal yg
mustahab (yg dicintai), sebagaiman kaidah syariah bahwa Maa Yatimmul
waajib illa bihi fahuwa wajib, semua yg menjadi penyebab kewajiban
dengannya maka hukumnya wajib.
contohnya saja bila sebagaimana kita ketahui bahwa menutup aurat dalam
shalat hukumnya wajib, dan membeli baju hukumnya mubah, namun suatu
waktu saat kita akan melakukan shalat kebetulan kita tak punya baju
penutup aurat kecuali harus membeli dulu, maka membeli baju hukumnya
berubah menjadi wajib, karena perlu dipakai untuk melaksanakan shalat yg
wajib .
contoh lain misalnya sunnah menggunakan siwak, dan membuat kantong
baju hukumnya mubah saja, lalu saat akan bepergian kita akan membawa
siwak dan baju kita tak berkantong, maka perlulah bagi kita membuat
kantong baju untuk menaruh siwak, maka membuat kantong baju di pakaian
kita menjadi sunnah hukumnya, karena diperlukan untuk menaruh siwak yg
hukumnya sunnah.
Maka perayaan Maulid Nabi saw diadakan untuk Medan Tablig dan Dakwah,
dan dakwah merupakan hal yg wajib pada suatu kaum bila dalam
kemungkaran, dan ummat sudah tak perduli dg Nabinya saw, tak pula
perduli apalagi mencintai sang Nabi saw dan rindu pada sunnah beliau saw,
dan untuk mencapai tablig ini adalah dengan perayaan Maulid Nabi saw,
maka perayaan maulid ini menjadi wajib, karena menjadi perantara Tablig
dan Dakwah serta pengenalan sejarah sang Nabi saw serta silaturahmi.
Sebagaimana penulisan Alquran yg merupakan hal yg tak perlu dizaman nabi
saw, namun menjadi sunnah hukumnya di masa para sahabat karena sahabat
mulai banyak yg membutuhkan penjelasan Alquran, dan menjadi wajib
hukumnya setelah banyaknya para sahabat yg wafat, karena ditakutkan
sirnanya Alquran dari ummat, walaupun Allah telah menjelaskan bahwa
Alqur’an telah dijaga oleh Allah.
Hal semacam in telah difahami dan dijelaskan oleh para khulafaurrasyidin,
sahabat radhiyallahuanhum, Imam dan Muhadditsin, para ulama, fuqaha dan
bahkan orang muslimin yg awam, namun hanya sebagian saudara saudara
kita muslimin yg masih bersikeras untuk menentangnya, semoga Allah
memberi mereka keluasan hati dan kejernihan, amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar