I. Adab Murid Thoriqoh kepada Dirinya Sendiri.
1. Melatih dan membiasakan diri untuk sering lapar
Lapar adalah pilar tarekat yang paling utama, seperti halnya wukuf di padang Arafah sebagai rukun utama dari pelaksanaan ibadah haji. Pilar
tarekat ada empat : lapar, uzlah ( mengasingkan diri ), waro' dan sedikit berbicara. Jika seorang murid terbiasa menahan lapar, maka tiga pilar lainnya akan mengikutinya. Bahkan dasar-dasar kewalian itu dibangun berdasarkan keempat pilar ini.
Setahap demi setahap seorang murid harus membiasakan diri mengurangi makannya, hingga ia hanya makan sekali dalam sehari semalam. Karena ketika Allah SWT menciptakan Hawa Nafsu, Allah
bertanya, "Siapa kamu ?", maka Nafsu menjawab, "Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau". Kemudian Allah perintahkan para malaikat untuk memasukkannya ke dalam neraka lapar selama 1000 tahun, dan kembali Allah bertanya, "Siapa kamu ?", maka kemudian Nafsu menjawab, "Aku adalah hamba-Mu dan Engkau adalah Tuhanku".
Syekh Abu Sulaiman ad-Darani berkata, "Kunci dunia adalah
kenyang dan kunci akhirat adalah lapar." Kenyang bagaikan api sedangkan syahwat bagaikan kayu bakar. Apabila syahwat keinginan untuk makan kenyang selalu dituruti, maka api syahwat pun akan terus membakar hatinya dan apabila hati seseorang sudah terbakar oleh nafsu syahwat, maka sangat sulit untuk dipadamkan.
2. Sedikit Berbicara
Sedikit bicara merupakan riyadah ( olah jiwa ) yang penting dalam bertarekat. Syekh Bisyr al-Harits berkata : "Jika berbicara membuatmu menjadi bangga, maka diamlah. Dan jika diam membuatmu menjadi bangga maka bicaralah".
Nabi saw bersabda : "Manusia dilemparkan ke neraka dalam posisi tertelungkup di sebabkan karena lidahnya". Bahkan Saidina Abu Bakar ra pernah meletakkan batu kerikil selama setahun didalam mulutnya, untuk mencegahnya banyak bicara yang sia-sia.
3. Hanya Memiliki Seorang Syeikh
Diantara adab murid dalam bertarekat adalah ia hanya dibolehkan memiliki seorang syeikh. Seperti halnya seorang wanita tak boleh memiliki suami lebih dari satu, juga sebagaimana di alam semesta ini tidak boleh ada dua Tuhan. Murid yang mengabdi penuh hanya kepada seorang Syeikh akan lebih terjamin keselamatannya. Dia akan terpelihara dari perasaan bimbang dan bingung dalam beribadah. Oleh sebab itu barangsiapa berguru kepada beberapa orang syeikh, hendaklah ia menentukan satu syeikh yang sesuai didalam hatinya.
4. Tidak Menikah atau Bercerai Tanpa Izin dari Syeikhnya
Jika ia masuk tarekat dalam keadaan telah menikah, maka ia tidak boleh bercerai kecuali atas izin dari Syaikhnya. Atau bila ia masuk tarekat belum menikah, maka ia tidak boleh menikah kecuali dengan izinnya.
Pada saat seorang murid telah berumah tangga, perhatiannya terhadap syekh tidak boleh berkurang, Di awal perjalanan ruhani, Syaikh tidak menyuruh muridnya untuk meninggalkan perkerjaan atau menceraikan istrinya, karena ia berada dalam tataran pembentukan. Tarekat kaum sufi bukanlah kerahiban. Seorang murid harus memelihara waktunya agar tidak sia-sia dalam permainan dan kelalaian. Syaikh dalam awal perjalanan tidak memberatkan muridnya akan tetapi Syaikh mulai bekerja untuk menghilangkan berbagai ketergantungan sedikit demi sedikit sehingga hijabnya tersingkap dan berada diluar perkara keduniaan.
5. Bersikap Hati-hati dalam Agama
Bersikap hati-hati dalam beragama dengan menghindari hal-hal yang diperselisihkan oleh para ulama serta mencari hal-hal yang mereka sepakati. Berkeyakinan bahwa semua ibadah yang dilakukannya benar menurut madzhab atau mayoritas madzhab, karena keringanan hanya diberikan kepada orang yang lemah atau dalam keadaan terpaksa dan sibuk.
6. Menunjukkan Keadaannya sesuai Maqomnya
Ia melihat keadaannya dalam setiap maqom yang diklaimnya atau yang ditampakkannya. Jika ia mengaku mencintai Allah maka wajahnya cenderung pucat. Bila ia mengaku zuhud dunia, maka ia menjauhi orang jahat. Jika ia mengaku lapar, maka jasmaninya cenderung menutup diri.
Ketika kami mengunjungi kumpulan orang saleh, kami melihat seorang anak muda dalam keadaan menutup dirinya, wajahnya pucat dan tampak garis-garis kesalehan pada dirinya. Anak muda itu menjerit sambil memukulkan tangannya keatas dan kebawah sehingga menggerakkan perasan kerinduan kepada semua orang yang berada didekatnya.
7. Menyembunyikan Keadaannya Sedapat Mungkin
Diantara adab murid adalah menyembunyikan keadaan
dirinya dan Allah sedapat mungkin, sehingga ia
meneguhkan maqam pemeliharaan dari Allah saja dan
bukan dari mahlukNya. Seseorang hampir tidakmengetahui
maqam seorang yang Faqir, keadaanya tidak diketahui
karena sangat tersembunyi.
Para Syaikh sepakat jika seorang murid suka
menampakkan keadaannya dan memperlihatkan
kesempurnaannya, maka ia terputus dengannya. Terutama
ketika orang lain meminta berkah kepadanya, maka iapun
binasa karenanya.
8. Siap menderita dalam ber-tarekat
Diantara adab murid adalah mampu menanggung derita
dalam tarekat. Murid tidak berpaling meskipun
diberikan penderitaan, penyakit, kemiskinan dan cobaan
hidup. Murid juga akan sering memperoleh keadaan
ketidaksenangan orang-orang kepadanya. Bahkan setanpun
membisikinya, untuk apa engkau masuk tarekat, sekarang
engkau susah, padahal dahulu hidupmu tenang dan tidak
susah. Hendaklah murid berpendirian teguh dalam
tarekat.
9. Memalingkan Pandangan dari Rupa yang Indah
Sebisa mungkin murid memalingkan pandangan dari wajah
yang cantik, karena memandangnya adalah seperti anak
panah yang menancap dihatinya sehingga mematikannya.
Terlebih lagi bila pandangan itu disertai syahwat.
Selama seseorang dapat membedakan rupa yang indah dan
buruk maka ia masih dipengaruhi syahwat, oleh karena
itu ia tidak boleh melihat wajah yang cantik yang tak
boleh dilihat menurut syariat. Demikian juga tidak
boleh melihat wajah anak lelaki yang belum tumbuh
jenggotnya hingga membangkitkan syahwat.
10. Memberikan Bimbingan Hanya Atas Seizin Syaikh
Murid tidak boleh memberikan bimbingan dan pelajaran
dalam ilmu lahir dan batiniah sampai syaikhnya
bersaksi tentang keikhlasannya dalam hal itu. Demikian
pula ia tidak boleh mengambil murid. Jika setiap murid
mengajarkan tarekat sebelum api syahwatnya padam dan
ada izin dari gurunya, maka ia terputus dari
syaikhnya, sesat dan menyesatkan sehingga cerminnya
menghilangkan cahaya.
11. Pendek Angan-angan
Panjang angan-angan biasanya membuat orang suka
menunda-nunda kebaikan. Orang faqir adalah anak waktu,
tidak memandang waktu yang telah lalu dan tidak pula
yang akan datang, karena pandangannya menggunakan
waktu untuk mendapatkan hasil. Barangsiapa memandang
perbuatannya dengan penundaan , maka umurnya berlalu
dengan sia-sia dan ladangnya hilang hingga ia menyesal
dunia dan akhirat.
12. Selalu Giat dalam Memerangi Kemalasan
13. Banyak Menunduk dan Sedikit Berpaling
14. Menghindari Perbantahan dan Segala Hal yang
disertai Nafsu
15. Menjauhi Orang yang Mencela Tarekat
16. Berkemauan Tinggi Membaca Wirid Tarekat
17. Bersabar Menanggung Derita dan Menekuni Ibadah
18. Menghilangkan Keinginan Mendapat Pahala
19. Bersabar Menghadapi Ujian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar