Manaqib Sayyid Idris Al-Iraqi Al-Hussaini Al-Tijani.
Riwayat hidup Allamah al-Wali al-Kabir al-Imam Sayyid Sheikh Idris bin Muhammad al-Abid al-
Husayni al-Iraqi radliyallahu anhu, kami susun berdasarkan keterangandari berbagai sumber.
Terutama dari guru kami, Sharif El-Hassan bin Abdul Aziz ad-Debbagh al-Hassani al-Idrissi
radliyallahu anhu, juga keterangan dari Al-Imam Sayyid Fakhrouddin bin Ahmad al-Owaisi
radliyallahu anhu, berikut keterangan dari Ustadz Abdul Ghani Baidlowi dalam buku susunan beliau :
Thoriqoh Tijaniyah di Indonesia dan dari buku berjudul : KH Badri Mashduqi Kiprah dan Keteladanan
susunan al-Ustadz Saifullah.
ALLAMAH SAYYID SHEIKH AL-IMAM IDRIS BIN MUHAMMAD AL-ABID AL-HUSAYNI AL-IRAQI
Nasab dan Asal-Muasal
Sayyid Hassan bin Abdul Aziz ad-Debbagh r.a menyampaikan kepada para ikhwan, bahwa
berdasarkan kitab yang berjudul “Masabih al-Bashariya Fi Abna’ Khayr al-Bariya” susunan Syaikh
Ahmad Syaibani al-Idrissi al-Hassani r.a. Di dalam kitab tersebut disampaikan ahwa di Maroko
terdapat 2 keluarga keturunan/zurriyah Rasulullah SAW dari jalur Sayyidina Hussein putera dari
Sayyidna Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu dengan Sayyidah Fathimah al-Zahra al-Zakiyyah
radliyallahu anha. Keluarga tersebut adalah keluarga al-SAQALLI (melalui nasab Sayyidna Ali al-
Uradhi r.a) dan keluarga al-IRAQI (melalui nasab Sayyidna Musa al-Kadzim r.a).
Syaikh Ahmad Syaibani r.a menceritakan bahwa pada zaman dahulu, ketika keluarga keturunan
Sayyidina Hussein bin Ali Karramallahu Wajhahu berencana hijrah ke Maroko, Sultan Maroko (saat
itu) bermimpi berjumpa Rasulullah SAW dan memerintahkan Sultan untuk mengurus cucu-cucu
Beliau SAW yang akan hijrah ke Maroko. Saat terbangun, Sultan kemudian berjalan tanpa alas kaki
dan mencari cucu-cucu Rasulullah SAW tersebut. Kemudian Sultan menemukan cucu Rasulullah
SAW (dari Sayyidina Hussein R.A) didekat sebuah sungai bernama Sabu (tempat ini adalah tempat
rekreasi yang disenangi oleh Sayyidna Ahmad al-Tijani Qaddasallahu Sirrahu).
Kemudian Sultan memberinya sebuah rumah, uang belanja bulanan dan juga terbebas dari pajak
negara. Karena keturunan Sayyidna Hussein ini berasal dari negara Iraq, maka keluarga dan
keturunannya digelari dengan nama AL-IRAQI dan berlanjut sampai sekarang. Beberapa anggota
keluarga al-Iraqi al-Hussaini telah memberikan kontribusi untuk pengajaran dan penyebaran Tariqah
Tijaniyyah ini.
Diantara sahabat-sahabat dari Sayyidina Abul Abbas al-Tijani r.a yang berasal dari
keluarga al-Iraqi diantaranya adalah (sebagaimana disebutkan dalam kitab Kashful Hijab li Syeikh
Ahmad Sukairij r.a) bernama Sayyid al-Arabi al-Iraqi r.a, Sayyid Umar al-Iraqi r.a dan Sayyid al-
Walid al-Iraqi r.a (wafat 1850 m).
Diantara murid-murid dari Syaikh al-Allamah Ahmad Sukairij al-Iyyashi r.a adalah tokoh-tokoh
besar seperti Sayyid Syeikh Muhammad bin al-Abid al-Iraqi r.a (wafat 1950 m) dan putranya Sayyid
Syeikh Idris bin Muhammad al-Iraqi al-Hussayni r.a, yang dilahirkan di kota Fez Maroko pada tahun
yang barokah yaitu tahun 1337 Hijriyah atau 1918 Masehi.
Pendidikan dan Karir
Sayyid Idris al-Iraqi r.a, belajar pertama kali kepada ayah dan keluarganya sendiri.
Beliau telah hafal
al-Quran al-Karim sejak usia 14 tahun. Sayyid Idris al-Iraqi kemudian melanjutkan pendidikan ke
Universitas al-Qarauwiyyin, salah satu universitas tertua (didirikan pada abad ke-3 Hijriyah) dalam
dunia Islam. Sayyid Idris r.a tidak hanya belajar ilmu-ilmu agama namun mempelajari pula ilmu-
ilmu lainnya seperti Falak(perbintangan) dan Matematika. Sampai akhirnya beliau memperoleh gelar
Bachelor of Arts (B.A). Universitas Qarawiyyin kemudian mengangkat Sayyid Idris menjadi salah
satu staf pengajar tetep disana. Untuk diketahui bahwa tidak mudah dan sangat sukar untuk dapat
menjadi staf pengajar di Universitas sekelas Qarawiyyin, namun beliau mampu melewati ujian-ujian
yang berat sehingga beliau diangkat menjadi Pengajar dan Guru tetap disana.
Dedikasi yang tinggi dari Sayyid Idris terhadap pendidikan dan dunia Islam akhirnya membuahkan
penghargaan dari Raja Maroko (saat itu) yaitu Raja Muhammad ke-5. Sayyid Idris al-Iraqi r.a pun
memiliki banyak sekali karya tulis dari berbagai disiplin ilmu. Diperkirakan sudah mencapai 110 buah
karangan dan banyak diantara kitab tersebut yang belum dicetak.
Sanad dalam Tariqah Tijaniyyah
Sayyid Idris al-Iraqi sebagaimana ayahandanya, kemudian belajar dan dibaiat kedalam tariqah al-
Tijaniyyah yang dibangsakan kepada Sayyidna Sheikh Abul Abbas Ahmad bin Muhammad al-Tijani
Qaddasallahu Sirrahu. Beliau pertama kali dibaiat kedalam tariqah Tijaniyyah melalui al-Muqaddam
al-Barakah al-Arif Bi-Llah Sayyid At-Thayyib bin Ahmad bin Thoyyib al-Wadzghiri r.a yang
dimahsyurkan dengan gelar “Al-Sufyani”. Sayyid Idris kemudian memperoleh banyak sekali Ijazah
tariqah Tijaniyyah, diperkirakan lebih dari 50 ijazah, diantaranya adalah:
1. Dari ayahandanya, Sayyid Muhammad bin al-Abid al-Husayni al-Iraqi r.a, Imam Zawiyah Kubro
Fez Maroko (pada masa itu)
2. Dari Sayyid Allamah Haj Ahmad Sukairij al-Iyyashi r.a, Khalifah besar Tariqah Tijaniyyah
3. Dari al-Allamah al-Muhaqqiq Syaikh al-Haj Hasan bin Umar al-Mazur r.a
4. Dan lain-lainnya dengan sanad muttashil kepada Sayyidna Abul Abbas al-Tijani r.a dan
Rasulullah SAW
Imamah di Zawiyah Kubro Fez Maroko
Menurut keterangan dari Sayyid al-Imam Fakhrouddin bin Ahmad al-Owaisi r.a, bahwa Imamah
(imam Zawiyah) di masa Sayyidina Sheikh Abul Abbas al-Tijani r.a adalah sahabat besar beliau yang
bernama al-Arif Bi-Llah Sayyidi Sheikh Muhammad bin Mishri r.a kemudian Imamah dipegang oleh
para pembesar Tariqah Tijaniyyah ini diantaranya adalah Mawlay al-Thahir bin al-Mutawwakil
kemudian diwariskan kepada Sayyid Ahmad Banani Kalla dan Sayyid Syaikh Muhammad Gannoun
kemudian kepada Sayyid Muhammad bin al-Abid al-Iraqi al-Hussayni r.a. Semasa ayahandanya
menjabat sebagai Imam di Zawiyah Kubro, Sayyid Idris sudah berkedudukan sebagai wakil dari
ayahandanya. Sepeninggal ayahandanya, Sayyid Idris kemudian mewarisi Imamah dari Ayahandanya
dan juga berkedudukan sebagai Muqaddam Mutlaq atau Khalifah di Zawiyah Kubro sebagai Zawiyah
Induk dari seluruh zawiyah Tijaniyyah di dunia. Allahu Akbar.
Anak Murid beliau di Indonesia
Sayyid Idris al-Iraqi r.a sempat berkunjung ke Indonesia pada tahun 1995. Disamping memberi
pengajaran tariqah dan memberi baiat/talqin tariqah Tijaniyyah. Beliau juga mengangkat banyak
sekali ulama-ulama besar sebagai Muqaddam diantara anak murid beliau adalah : almarhum KH
Mas Umar Baidhowi Basyaiban (Jawa Timur), almarhum KH Badri Mashduki (Kraksaan Jawa
Timur),Al - Habib Abdul Aziz Bin Mukhsin Al Hamdani Condet Jakarta Selatan,
Al-Habib Jafar bin Ali Baharun al-Hussaini (Probolinggo Jawa Timur) dan KH Anshori (Kalimantan)
Penutup
Sayyid Idris al-Iraqi r.a, dikenal memiliki banyak karamah. Yang teragung diantara karamah beliau
adalah ‘bertemu dengan Rasulullah SAW dalam kondisi sadar/Yaqdah bukan mimpi. Dan beliau
sering berkonsultasi dengan Rasulullah SAW dalam berbagai permasalahan.
Al-Alim Allamah, al-Sayyid, al-Imam, al-Wali al-Shalih, Abul Fath, Abul Barakat Sayyid Idris bin
Muhammad al-Abid al-Hussayni al-Iraqi Qaddasallahu Sirrahu. Telah wafat meninggalkan kita
semua pada bulan Oktober 2009. Namun Ruhani beliau yang disucikan Allah, bersama guru-gurunya
dan guru kita semua Sayyidna Abul Abbas Ahmad al-Tijani radliyallahu anhu akan selalu
membimbing kita semua dunia dan akhirat. Insha Allah….
Wa Shollalohu Ala Sayyidna Muhammad al-Fatih al-Khatim Wa Alihi wa Shahbihi Wa Sallam
Walhamdu Lillahi Rabbil Alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar