يَا رَبَّنَا بِجَاهِ تَاجِ الْعَارِفِيْنَ ï وَجَاهِ حَامِلِ لِوَاءِ الْوَاصِلِيْنَ

Ya Allah, Ya Tuhan kami dengan pangkat kebesaran pemilik mahkota ahli ma'rifah dan pangkat pemegang bendera kelompok manusia yang telah wushul (sampai ke puncak keyakinan)


قُدْوَتِنَا وَشَيْخِنَا التِّجَانِي ï قَائِدِنَا لِمَنْهَجِ الْعَدْنَانِي

Panutan dan guru kami yakni Syekh Ahmad Tijani, seorang pemandu yang menyampaikan kami kepada tuntunan Nabi Muhammad

يَا رَبِّ ثَبِّتْنَا عَلَى اْلإِيْمَانِ ï وَاحْفَظْ قُلُوْبَنَا مِنَ الْكُفْرَانِ

Ya Tuhanku tetapkan kami atas iman dan jaga hati kami dari segala bentuk kekufuran

وَاحْمِ جَمِيْعَنَا مِنَ الشَّيْطَانِ ï وَحِزْبِهِ مِنْ إِنْسٍ أَوْ مِنْ جَانِّ

Lindungi kami dari kejahatan syetan dan kelompoknya dari bangsa manusia dan jin


نَسْأَلُكَ التَّوْبَةَ وَالتَّوْفِيْقَ ï وَالْعِلْمَ وَالْعَمَلَ وَالتَّحْقِيْقَ

Kami mohon kepada-Mu taubat dan mendapat kekuatan untuk melakukan kebaikan, ilmu dan pengamalan serta ketepatan dalam segala hal


وَالصَّبْرَ وَالنَّصْرَ عَلَى اْلأَعْدَاءِ ï وَالْجَمْعَ فِي الذِّكْرِ عَلَى الْوِلاَءِ

Berikan kami kesabaran dan kemenangan atas musuh-musuh. Dan jadikan kami selalu berkumpul bersama dalam melakukan dzikir


وَالْفَوْزَ بِالنَّعِيْمِ فِي الْجِنَانِ ï مَعَ النَّبِيّ وَشَيْخِنَا التِّجَانِي

Mendapat kesuksesan dengan mendapat ni'mat di surga bersama Nabi Muhammad dan guru kami Syekh Ahmad Tijani


مَا لَنَا فِي الْكَوْنِ سِوَى الرَّحْمَانِ ï وَالْمُصْطَفَى وَشَيْخِنَا التِّجَانِي

Kami tidak memiliki harapan apa-apa di alam ini melainkan kepada-Mu Ya Allah (Yang Maha Pengasih), manusia terpilih Nabi Muhammad dan guru kami Syekh Ahmad Tijani

هَذِي هَدِيَّةٌ بِفَضْلِ اللهِ ï مِنَّا إِلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ

Dzikir ini merupakan hadiah untukmu Ya Rasulullah dari kami yang semata-mata merupakan pemberian Allah


هَدِيَّةً لِلْمُصْطَفَى الْعَدْنَانِي ï نِيَابَةً عَنْ شَيْخِنَا التِّجَانِي

Hadiah penghormatan buat manusia terpilih Nabi Muhammad keturunan Adnan juga sebagai mandate dari guru kami syekh Ahmad Tijani

آميْنَ آميْنَ اسْتَجِبْ دُعَانَا ï وَلاَ تُخَيِّبْ سَيِّدِي رَجَانَا

Terimalah, terimalah dan kabulkan Ya Allah, doa-doa kami. Jangan Kau kecewakan segala harapan kami

Doa ini merupakan Qashidah tawassul kepada Syekh Ahmad Tijani Radhiyallahu Anhu. qashidah ini biasanya dibaca setelah selesai membaca wirid lazimah dan wazhifah.

Dikutip dari kitab Ghayatul Muna Wal Murad Fima Littijaniy Minal Aurad halaman 27.

Rabu, 08 Mei 2013

Al Masyrabul Kitmaani.

Al Masyrab Al Kitmani artinya telaga (tempat minum) ilmu kewalian yang dirahasiakan oleh Allah SWT dari pandangan dan pengetahuan seluruh makhluk-Nya, baik kepada para malaikat maupun para nabi dan para wali, kecuali Rasulullah SAW dan Wali yang mendapat amanat untuk menjaga telaga tersebut yaitu Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra. Telaga ini berhubungan langsung dengan induk telaga ilmu kenabian yang diamanatkan oleh Allah SWT kepada Al Khatmul Anbiya' wal Mursyaliin Rasulullah SAW. Untuk lebih jelasnya, secara global dan sedikit penjelasan akan kami paparkan hal tersebut untuk sidang pembaca, dengan catatan jika tidak faham tanyakan pada ahlinya.

Untuk menjelaskan dimana dan bagaimana status posisi telaga ilmu kewalian yang dirahasiakan tersebut, berikut ini kami sajikan sebuah skema global yang terkenal dengan sebutan Al Hadharat Al Mustafidlatu Sab'ah.

الحَضَرَاتُ المُستَفِضَةُ سَبعَ

Al Hadharat Al Mustafidlatu Sab'ah.

Al Hadharat Al Mustafidlatu Sab'ah kalau kita terjemahkan dengan bahasa yang bebas dan lugas adalah susunan birokrasi kepangkatan bagi pejabat ruhani, yaitu yang berjalan diantara para nabi dan para wali Allah SWT. Karena hakekat dari mereka ini adalah orang orang yang dipilih oleh Allah SWT sebagai pemangku amanah jabatan serta tugas uluhiyah dan rabubiyyah.

Secara global susunan jabatan tersebut terbagi dalam beberapa eselon, yang mana dalam bahasa arabnya disebut sebagai Hadarah yang terbagi dalam tujuh tingkatan.

1. Hadarah Al Haqiqah Al Ahmadiyyah. Adalah sebuah tingkatan martabat yang sangat ghaib dari keghaiban Allah SWT. Pada posisi yang amat sangat tinggi dan sakral ini, tak ada seorangpun dari para nabi dan rasul yang tahu hakekatnya baik dalam masalah pengetahuan (ma'rifah), ilmu, asrar, karunia, tajalliyat, ahwal al 'aliyah (tata krama kelas tinggi) dan ahlak suci. kecuali Allah SWT dan Rasulullah SAW. Posisi ini dikhususkan oleh Allah SWT untuk Rasulullah SAW karena tinggi dan sempurnanya martabat dan kemulyaannya. Inilah hadrah Al Barzahul Akbar (sekat pemisah terbesar) antara Dzat Pencipta dan seluruh ciptaannya. yang juga dikhususkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam kapasitasnya sebagai Al Khatmul Anbiya' wal Mursaliin.

2. Hadarah Al Haqiqah Al Muhammadiyyah. Adalah sebuah medan rahasia hakekat Nabi Muhammad SAW yang bisa dicapai atau dijangkau oleh kemampuan intelektual, emosional dan spiritual para nabi dan rasul alaihimus shalaatu wassalam, juga oleh para pembesar malaikat (malaikat al muqarrabiin), para wali quthub, para shiddiqiin, para wali dan ahli ma'rifah sesuai daya kemampuan mereka masing masing. Dijelaskan dalam kitab Jawaahirul Ma'ani bahwa, setiap fenomena yang mampu dijangkau oleh seluruh makhluk baik berupa ilmu, ma'rifah, karunia, tajalliyat, taroqqiyat, ahwal, maqaamat dan akhlak semuanya itu merupakan aliran dari Hakekat Al Muhammadiyyah.

3. Hadaraat Para Nabi dan Rasul 'alaihimus shalaatu was salaam dalam menerima limpahan berbagai jenis karunia yang mengalir dari Hadrah Haqiqah Al Muhammadiyyah sesuai tingkat kekuatan dan daya jangkau (intelektual, emosional dan spiritual) mereka masing masing. Sebagaimana dijelaskan oleh Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra dalam kitab Jawaahirul Ma'ani dalam menjelaskan ahli hadarah ini, dikatakan bahwa: Setiap karunia yang mengalir dari Dzat Sayyidul Wujud Rasulullah SAW diterima oleh Dzat para Anbiya'. Dan arwah para Anbiya' bergantung pada ruh Al Khatmul Anbiya' yang juga sebagai Sayyidul Anbiya'.

4. Hadarah Al Khatmul Awliya' Al Quthbul Maktuum. Adalah medan (martabat) yang menjadi tempat penghulu dan penutup puncak martabat para awliya' yang berpangkat Al Quthbul Maktuum (wali quthub yang dirahasiakan). Dimana beliau juga bertugas sebagai Barzakhul Baraazakh yaitu sekat / pemisah terbesar yang menjadi hijab antara para anbiya' dan para Wali Quthub, Arifiin, Shiddiqiin serta seluruh makhluk yang ada di jagad raya ini. Al Khatmul Auliya' mendapatkan dua macam aliran karunia khususiyah sekaligus, yang pertama adalah seluruh karunia yang mengalir dan memancar dari Sayyidul Wujud Rasulullah SAW kepada para Nabi, selanjutnya terhimpun jadi satu lagi dan mengalir seluruhnya masuk kedalam telaga Al Khatmul Awliya', yang kedua adalah berbagai karunia khususiyah yang memancar langsung dari Dzat Sayyidul Wujud Rasulullah SAW dalam kapasitasnya sebagai Al Khatmul Anbiya'. Seluruhnya diterima langsung oleh Dzat Al Khatmul Awliya' yang memang menjadi pewaris khususnya. Arwah para wali seluruhnya bergantung dibawah panji Al Khatmul Awliya', sama seperti arwah para nabi bergantung di bawah panji Al Khatmul Anbiya'. Al Khatmul Awliya' adalah Sayyidul Awliya' atau imam dan tempat rujukan seluruh awliya' sejak diciptakannya alam raya ini sampai ditiupnya sangkakala. Dan Al Khatmul Awliya' secara hakekat sudah menjabat dan melaksanakan tugas kewaliannya sejak sebelum Nabi Adam as diciptakan. Demikian juga Al Khatmul Anbiya' secara hakekat sudah menjabat dan melaksanakan tugas kenabiannya sejak sebelum Nabi Adam as diciptakan.

قَالَ سَيِّدُنَا الشَّيخِ أَحمَدَ اِبْنِ مُحَمَّدَ التِّجَانِي رَضِيَ اللهُ عَنهُ: كُنْتُ وَلِيًّا وَأَدَمَ بَينَ الْمَاءِ وَالطِّينِ كَمَا قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: كُنتُ نَبِيًّا وَأَدَمَ بَينَ الْمَاءِ وَالطِّينِ.(رماح: 2\493) Berkata Sayyiduna Asy Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra: "Aku sudah jadi wali sedangkan Nabi Adam masih berada diantara air dan tanah (belum diciptakan)" sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:" Aku sudah jadi nabi sedangkan Nabi Adam masih berada diantara air dan tanah (belum diciptakan)".)Rimah Edisi terbaru Juz 2/493) قَالَ سَيِّدُنَا الشَّيخِ أَحمَدَ بنِ مُحَمَّدَ التِّجَانِي رَضِيَ اللهُ عَنهُ: أَنَا سَيِّدُ الأَولِيَاءِ كَمَا كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سَيِّدُ الأَنبِيَاءِ. (رماح: 2\495) Berkata Sayyiduna Asy Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra: "Aku adalah penghulu para wali" sebagaimana Rasulullah SAW sebagai penghulu para nabi".)Rimah Edisi terbaru Juz 2/495)

Dan perkara yang lebih besar lagi adalah sabda Rasulullah SAW yang menyatakan: إِنَّ لَهُ ثَلاَثَمِائَةِ خُلُقٍ مَنْ تَخَلَّقَ بِوَاحِدٍ مِنْهَا أَدْخَلَهُ اللهُ الَجنَّةَ (رماح : 2\495) "Sesungguhnya bagi Allah SWT itu ada tiga ratus macam akhlak, barangsiapa yang berakhlak dengan salah satu dari tiga ratus akhlak tersebut, maka Allah SWT masukkan dia kedalam surga". (Rimah edisi terbaru: 2/495)

Sayyidi Syeikh dalam kapasitasnya sebagai Al Khatmul Awliya' Al Quthbul Maktuum adalah satu satunya Wali Allah yang menguasai seluruh akhlak tersebut secara sempurna. Sedangkan para wali lainnya menguasai ahlak tersebut hanya sebagian sebagian saja sesuai dengan tingkat kemampuan (daya idrak) dan maqam atau martabat mereka.

Dan sebenarnya masih banyak khususiyah Al Khatmul Awliya' yang belum kami sebutkan dalam buku ini, namun kami berharap semoga keterangan yang sangat sedikit ini bisa menggugah pembaca untuk mencari dari sumber lain yang lebih lengkap.

5. Hadrah para pengikut Thariqah At Tijani. Adalah medan martabat yang menjadi tempat para pengikut atau pengamal Thariqah At Tijaniyah, adapun khususiyah atau keistimewaan menjadi pengikut Thariqah At Tijaniyah sangat banyak, dari sesuatu yang masih bisa dicerna oleh akal sampai pada hal hal yang tidak dapat lagi untuk dijangkau, walaupun oleh akal orang paling genius sekalipun, yang mampu menjangkaunya hanyalah tingginya kadar iman kepada Allah SWT dengan segala kemurahan dan kasih sayang-Nya yang tanpa batas. Untuk itu berikut ini kami kutip beberapa pernyataan Sayyidi Syeikh yang tersebar di berbagai kitab thariqah tijani, antara lain:

أَشَارَالشَيخِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنهُ وَأَرْضَاهُ وَعَنَّابِهِ بِقَولِهِ: لَو أَطْلَعَ أَكَابِرَ الأَقْطَابِ عَلَى مَا أَعَدَّ اللهُ لِأَهلِ هَذِهِ الطَّرِيقَةِ لَبَكُوا, وَقَالُوا يَارَبَّنَا مَا أَعْطَيْتَنَا شَيْأً. بِقَولِهِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنهُ وَأَرضَاهُ وَعَنَّابِهِ: لاَمَطْمَعَ لِأَحَدٍ مِنَ الأَولِيَاءِ فِى مَرْتَبَةِ أَصْحَابِنَا حَتَّى أَقطَابِ الْكِبَارِ, مَاعَدَا أَصْحَابُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ (رماح: 2\497)

Sayyiduna Asy Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra memberi isyarah dengan pernyataannya: "Andaikan para pembesar Wali Quthub itu melihat terhadap apa yang diberikan oleh Allah terhadap pengamal Thariqah At Tijaniyah ini niscaya mereka akan menangis, dan mereka akan mengatakan 'Wahai Tuhanku, Engkau tidak memberi apa apa (yang berarti) pada kami". (maksudnya jika karunia Allah yang ada pada mereka tidak berarti apa apa dibanding apa yang didapat oleh pengamal Thariqah At Tijaniyah walaupun mereka bukan wali quthub). Dan Sayyiduna Asy Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra menyatakan: "Tidak ada suatu apapun yang bisa dicapai oleh para wali dalam martabat yang dimiliki oleh para sahabat kami (pengamal thariqah At Tijaniyah), bahkan oleh para pembesar wali quthub sekalipun, kecuali oleh para sahabat Rasulullah SAW". (Rimah: 2 / 497).

وَبِقَولِهِ رَضِيَ اللهُ عَنهُ وَأَرضَاهُ وَعَنَّابِهِ: مَنْ تَرَكَ وِرْدًا مِن أَوْرَادِ الْمَشَايِخِ لِأَجْلِ الدُّخُولِ فِى طَرِيقَتِنَا هَذِهِ اَلْمُحَمَّدِيَّةِ اَلَّتِى شَرَّفَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَى جَمِيعِ الطُّرُقِ أَمَّنَهُ اللهُ تَعَالَى فِى الدُّنْيَا وَالأَخِرَةِ, فَلاَ يَخَاَفُه مِنْ شَيئٍ يُصِيْبَهُ, لاَمِنَ اللهِ وَلاَ مِنْ رَسُولِهِ وَلاَ مِن شَيْخِهِ أَيًّا كَانَ مِنَ الأَحْيَاءِ أَوِ الأَمْوَاتِ، وَأَمَّا مَنْ دَخَلَ فِى زُمْرَتِنَا وَتَأَخَّرَ عَنْهَا وَدَخَلَ غَيرَهَا تَحِلُّ بِهِ الْمَصَائِبِ دُنْيًا وَأُخْرَى وَلاَ يَفْلُحُ أَبَدًا. (رماح: 2\497)

(Dalam kesempatan yang lain), Sayyiduna Asy Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra menyatakan: "Barangsiapa yang meninggalkan wirid dari wiridnya para masyayikh (thariqah) karena (untuk memenuhi syarat) masuk kedalam thariqah kami ini yakni Thariqah Al Muhammadiyyah (aT Tijaniyah) yang dimulyakan (diunggulkan) oleh Allah atas semua thariqah yang lain, maka Allah SWT menjamin aman baginya dalam kehidupan dunia dan akhirat, maka tidak ada yang perlu ditakuti oleh mereka akan adanya musibah (dalam bahasa lugasnya kuwalat) baik dari Allah, dan dari Rasulullah SAW, juga dari syeikh (guru mereka sebelumnya), baik mereka itu masih hidup ataupun sudah wafat. Sedangkan bagi mereka yang masuk kedalam rombongan kami (thariqah At Tijaniyah) lalu keluar dari thariqah, walaupun masuk thariqah yang lain maka dia akan kena musibah dunia dan akhirat, dan tidak akan pernah beruntung selamanya". (Rimah : 2 / 497)

Hal tersebut diatas itu bisa terjadi karena jaminan Rasulullah SAW yang disampaikan secara khusus kepada Sayyidi Syeikh dalam keadaan sadar bukan mimpi, diantaranya adalah:

قال صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: فُقَرَائُكَ فُقَرَائِ وَتَلاَمِيْذُكَ تَلاَمِيذِي وَأَصْحَابُكَ أَصْحَابِي، فَمَاأَسْرَفُ هَذِهِ الْإِضَافَ؟ ( الفيض الرباني : 28) Artinya : Bersabda Rasulullah SAW (kepada Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra) : “Para fuqara’ (yang menjadi tanggunganmu) itu adalah fuqara’ku juga (tanggunganku juga), murid muridmu itu semua adalah murid muridku, sahabat sahabatmu adalah sahabat sahabatku”. Adakah tempat bersandar yang lebih mulya dari Rasulullah ?...(Al Faidlur Rabbani:28).

فَعَلِمَ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ بَينَ أَصْحَابِهِ وَبَينَ أَصْحَابِ هَذَا الشَّيْخِ مُنَاسَبَةً تَامَةً، وَبِتِلْكَ الْمُنَاسَبَةِ كَانُوا عِنْدَاللهِ أَكْبَرُمِنْ أَكَابِرِ الأَقْطَابِ وَالعَارِفِينَ وَالأَغوَاثِ وَإِن كَانُوا فِى الظَّاهِرِ مِنْ جُمْلَةِ العَوَامِ.(الفيض الرباني : 28)

Rasulullah Saw. Memberi tahu kepada Syeikh Ahmad At Tijany Ra. bahwa antara sahabat Rasululullah dan sahabatnya Syeikh Ahmad At Tijany mempunyai persamaan yang sempurna dan dengan kesamaan inilah ihwan Thariqah At Tijaniyah bagi Allah Swt. lebih tinggi nilainya dari pada para wali Qutub, Arifin dan Al Ghauts walaupun tampang dhohir mereka hanyalah sebagai orang awam. (Al Faidlur Rabbani : 28)

Dan satu lagi dari sekian banyak keistimewaan Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra, yang tidak terhitung jumlahnya dan tidak bisa dibayangkan betapa tinggi kwalitasnya, adalah karunia Allah SWT dalam hal "Hak untuk membela dan membebaskan para pengikutnya dari ancaman siksa neraka". Dijelaskan dalam kitab Rimah (edisi terbaru) jilid 2 halaman 497:

وَبِقَولِهِ رَضِيَ اللهُ عَنهُ وَأَرضَاهُ وَعَنَّابِهِ: وَلَيسَ لِأَحَدٍ مِنَ الرِّجَالِ أَنْ يَدْخُلَ كَافَةَ أَصْحَابِهِ الجَنَّةَ بِغَيرِحِسَابٍ وَلاَ عِقَابٍ، وَلَوْ عَمِلُوا مِنَ الذُّنُوبِ مَاعَمِلُوا، وَبَلَغُوا مِنَ الْمَعَاصِي مَابَلَغُوا إِلاَّ أَنَا وَحدِي، وَوَرَاءَ ذَلِكَ مِمَّا ذَكَرَ لِي فِيْهِم وَضَمَنَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَمْرٌ لاَيَحِلُّ لِي ذَكَرَهُ وَلاَ يُرَى وَلاَ يُعْرَفٌ إِلاَّ فِى الْأَخِرَةِ. (رماح: 2\497)

"Dan dengan penjelasan Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani Radliyallaahu 'anhu wa ardha wa 'anna bihi: dan tidak ada seorang walipun (sejak zaman nabi Adam sampai kiamat, yang dapat jaminan) bisa memasukkan seluruh pengikutnya ke dalam surga tanpa disiksa (lebih dulu), walaupun mereka (sebelum masuk thariqah) telah berbuat dosa sebanyak apapun, dan telah berbuat maksiat sebesar apapun, kecuali aku sendiri (Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra). Dan dibalik itu semua masih banyak jaminan Rasulullah SAW (untuk Sayyidi Syeikh dan pengikutnya) yang tidak boleh disampaikan, dimana hal tersebut tidak akan dilihat dan diketahui kecuali kelak setelah di akhirat".(Rimah edisi terbaru : 2 / 497)

6. Hadaraat para wali quthub. Adalah medan martabat (maqam) yang menjadi tempat para wali quthub sejak zaman Nabi Adam as sampai ditiupnya sangkakala (kiamat). Dimana mereka baik secara sadar atau tidak sadar, tahu maupun tidak tahu, pada hakekatnya bersandar kepada Sayyidul Auliya' Al Quthbul Maktuum yang bertugas sebagai Khatmul Awliya'. Dan seluruh karunia yang mereka dapatkan baik berupa ilmu, ma'rifah, asrar, tajalliyaat dan taraqqiyaat serta berbagai karunia lainnya adalah karunia yang mengalir, memancar dan berpencar kepada mereka masing masing dari telaga Al Khatmul awliya'. Sebagaimana dikabarkan oleh Al Khatmul Auliya' Al Quthbul Maktuum Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra.

وَقَد ثَبَّتَ عَن شَيخِنَا رَضِيَ اللهُ عَنهُ أَنَّ سَيِّدَ الوُجُودِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَخبَرَهُ يَقظَةً بِأَنَّهُ الخَتْمُ الْمُحَمَّدِي الْمَعْرُوفُ عِنْدَ جَمِيْعِ الأَقْطَابِ وَالصِّدِّقِينَ. بِأَنَّ مَقَامَهُ لاَمَقَامَ فَوقَهُ فِى بِسَاطِ الْمَعْرِفَةِ بِاللهِ تَعَالَى َوهَذَا الخَتمُ هُوَ الْمُتَلَقَّى لِجَمِيعِ مَا يُفِيضُ مِنْ ذَوَاتِ الأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ مِنَ الإِمْدَادِ وَهُوَ الْمُفِيْضُ لِتِلْكَ الإِمْدَادِ عَلَى جَمِيْعِ الأَوْلِيَاءِ وَإِنْ لَم يَعْلَمُوا بِهِ. وَفَضْلُ سَيِّدُنَا الشَّيخِ رَضِيَ اللهُ عَنهُ لاَيُحْصِرُ بِالعَدَدِ وَلاَ يُدْرِكُ بِالْقِيَاسِ وَلاَيُحِيْطُ بِهِ الأَقْلاَمُ وَلاَ يَعلَمُ حَقِيْقَةُ فَضْلِهِ إِلاَّ اللهُ اَلَّذِي تَفَضَّلَ بِهِ عَلَيْهِ وَرَسُولُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ. (الخلاصة الوافية: 76)

"Dan benar benar telah ditetapkan, (sebuah) kabar dari Sayyidi Syeikh radliyallaahu 'anhu, bahwa sesungguhnya Sayyidul wujuud SAW memberinya kabar dalam keadaan sadar (bukan mimpi) bahwa dia adalah Al Khatmul Auliya' yang terkenal di kalangan para wali quthub dan para shiddiqiin. Bahwa sesungguhnya maqam beliau adalah maqam yang tidak ada lagi maqam diatasnya dalam masalah kema'rifahan kepada Allah SWT, dan (pemilik maqam) Al Khatmu ini adalah Dia yang menerima langsung (aliran) madaad yang turun dari para nabi alaihimus shalatu was salaam, dan dia pula yang membagi (aliran madad) tersebut kepada para setiap wali (quthub) walaupun mereka tidak tahu (hal tersebut)". (Al Khalashatul Waafiah :76).

Selanjutnya berkenaan dengan kedudukan / maqam para wali quthub ini, berkata Sayyidi Syekh Ahmad At Tijani ra dalam kitab Jawahirul Ma'ani dan dikutip oleh pengarang kitab Rimah sebagai berikut:

فَلِكُلِّ شَيخٍ مِنْ أَهلِ اللهِ تَعَالَى حَضَرَةً لاَ يُشَارِكُهُ فِيهَا (رماح: 2 \ 497) "Maka bagi setiap Syeikh (guru thariqah) dari para ahlullaahi ta'ala mempunyai hadrah (medan martabat) yang tidak dibagi bagi (maksudnya: masing masing). (Rimah : 2 / 497).

7. Hadaraat bagi murid murid para Wali Quthub. Adalah medan martabat yang menjadi tempat bagi para murid masing masing wali quthub. Mereka mendapatkan karunia sesuai dengan kwalitas dan kwantitas karunia yang dicapai dan didapat oleh guru guru mereka masing masing, dimana seluruh karunia tersebut sebenarnya berasal dari telaga Al Khatmul Awliya'.

K e s i m p u l a n. Dari berbagai keterangan yang kami sajikan dari awal sampai akhir, dan diperjelas lagi dengan struktur medan martabat yang disebut Al Masyrabul Kitmaani yang didalamnya terdapat Hadrah Al Mustafidlatu Sab'ah, maka kami mencoba menarik beberapa kesimpulan berkenaan dengan Al Khatmul Anbiya' dan Al Khatmul Awliya' sebagai berikut: Rasulullah SAW dalam posisinya sebagai Al Khatmul Anbiya' wal Mursaliin mempunyai khasyiah / keistimewaan sebagai berikut:

1. Dia adalah pemegang mahkota Haqiqah Al Ahmadiyyah dan Haqiqah Muhammadiyyah, dimana pada posisi tersebut salah satu tugasnya adalah sebagai Barzakhul Akbar (barzah / hijab terbesar) antara Allah SWT sebagai Al Khaliq dengan seluruh makhluk-Nya.

2. Seluruh karunia Allah SWT yang dilimpahkan ke seluruh alam semesta ini diberikan seluruhnya kepada Rasulullah SAW, dan dari Dzat suci beliau memancar kepada seluruh makhluk melalui para nabi dan Al Khatmul Auliya' sejak alam pertama kali diciptakan sampai di akhirat kelak.

3. Kepada ruh suci Rasulullah SAW bersandar arwah para nabi dan rasul semuanya.

4. Rasulullah SAW pada hakekatnya sudah menjadi nabi dan telah melaksanakan tugas kenabiannya sejak sebelum Nabi Adam as diciptakan.

5. Para nabi sejak Nabi Adam as sanpai dengan Nabi Isa bin Maryam as mendapat karunia khususiyah dari telaga kenabian Nabi Muhammad SAW. Dan mereka hakekatnya mewakili atau menjadi pelaksana tugas kenabian Rasulullah SAW yang berjalan pada zaman mereka masing masing.

6. Rasulullah SAW dalam kapasitasnya sebagai Al Khatmul Anbiya' wal Mursaliin adalah Nabi dan Rasul yang paling utama, demikian juga ummat beliau adalah ummat paling utama juga dibanding ummat para nabi sebelumnya.

Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra. Dalam kapasitasnya sebagai Al Khatmul Awliya' Al Quthbul Maktuum mempunyai khasyiah / keistimewaan dan jaminan sebagai berikut: 1. Dia adalah pemegang mahkota Al Khatmul Awliya' Al Quthbul Maktuum, dimana pada posisi tersebut salah satu tugasnya adalah sebagai Barzakhul barazah (barzah / hijab terbesar) yang menjadi pembatas antara para nabi dengan para wali quthub semuanya.

2. Seluruh karunia Allah SWT yang dilimpahkan ke seluruh alam semesta ini diberikan seluruhnya kepada Rasulullah SAW, dan dari Dzat suci beliau memancar kepada para nabi, kemudian dari para nabi disatukan kembali lalu dialirkan menuju telaga Khatmul Awliya' ditambah karunia khusus yang langsung dari Dzat Rasulullah SAW. Kemudian dari telaga beliau tersebut segenap karunia itu memancar dan berpencar ke seluruh wali quthub, dan dari mereka masing masing memancar kepada seluruh makhluk sejak alam pertama kali diciptakan sampai di ahirat kelak.

3. Kepada ruh suci Al Khatmul Awliya' yang merupakan Sayyidul Awliya', Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra. bersandar arwah para awliya' semuanya.

4.Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra. pada hakekatnya sudah menjadi wali dan telah melaksanakan tugas kewaliannya sejak sebelum Nabi Adam as diciptakan.

5. Para wali sejak zaman Nabi Adam as sampai dengan Nabi Isa bin Maryam as mendapat karunia khususiyah dari telaga kewalian Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra. Dan mereka hakekatnya mewakili atau menjadi pelaksana tugas kewalian Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra. yang berjalan pada zaman dan daerah mereka masing masing.

6. Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra. Dalam kapasitasnya sebagai Al Khatmul Awliya' Al Muhammadiy adalah Wali Allah yang paling utama, demikian juga murid murid beliau adalah murid murid paling utama juga dibanding murid para wali sebelumnya.

7. Karena keutamaan dan ketinggian martabatnya yang sangat agung disisi Allah SWT dan Rasulullah SAW, maka para sahabat, para murid dan para fuqara yang menjadi pengikut Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra diakui sebagai sahabat, murid dan faqara' Rasulullah SAW oleh Rasulullah SAW sendiri. Dan disebabkan oleh adanya pengakuan tersebut, maka martabat sahabat, murid dan Fuqara' Tijaniyin mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, bahkan berada di atas kedudukan para wali quthub walaupun tampang dzahir mereka hanyalah sebagai orang awam saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar