Al Masyrab Al Kitmani artinya telaga
(tempat minum) ilmu kewalian yang dirahasiakan oleh Allah SWT dari
pandangan dan pengetahuan seluruh makhluk-Nya, baik kepada para malaikat
maupun para nabi dan para wali, kecuali Rasulullah SAW dan Wali yang
mendapat amanat untuk menjaga telaga tersebut yaitu Sayyidi Syeikh Ahmad
bin Muhammad At Tijani ra. Telaga ini berhubungan langsung dengan induk
telaga ilmu kenabian yang diamanatkan oleh Allah SWT kepada Al Khatmul
Anbiya' wal Mursyaliin Rasulullah SAW. Untuk lebih jelasnya, secara
global dan sedikit penjelasan akan kami paparkan hal tersebut untuk
sidang pembaca, dengan catatan jika tidak faham tanyakan pada ahlinya.
Untuk menjelaskan dimana dan bagaimana status posisi telaga ilmu
kewalian yang dirahasiakan tersebut, berikut ini kami sajikan sebuah
skema global yang terkenal dengan sebutan Al Hadharat Al Mustafidlatu
Sab'ah.
الحَضَرَاتُ المُستَفِضَةُ سَبعَ
Al Hadharat Al Mustafidlatu Sab'ah.
Al Hadharat Al Mustafidlatu Sab'ah kalau kita terjemahkan dengan
bahasa yang bebas dan lugas adalah susunan birokrasi kepangkatan bagi
pejabat ruhani, yaitu yang berjalan diantara para nabi dan para wali
Allah SWT. Karena hakekat dari mereka ini adalah orang orang yang
dipilih oleh Allah SWT sebagai pemangku amanah jabatan serta tugas
uluhiyah dan rabubiyyah.
Secara global susunan jabatan tersebut
terbagi dalam beberapa eselon, yang mana dalam bahasa arabnya disebut
sebagai Hadarah yang terbagi dalam tujuh tingkatan.
1. Hadarah Al
Haqiqah Al Ahmadiyyah. Adalah sebuah tingkatan martabat yang sangat
ghaib dari keghaiban Allah SWT. Pada posisi yang amat sangat tinggi dan
sakral ini, tak ada seorangpun dari para nabi dan rasul yang tahu
hakekatnya baik dalam masalah pengetahuan (ma'rifah), ilmu, asrar,
karunia, tajalliyat, ahwal al 'aliyah (tata krama kelas tinggi) dan
ahlak suci. kecuali Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Posisi ini
dikhususkan oleh Allah SWT untuk Rasulullah SAW karena tinggi dan
sempurnanya martabat dan kemulyaannya. Inilah hadrah Al Barzahul Akbar
(sekat pemisah terbesar) antara Dzat Pencipta dan seluruh ciptaannya.
yang juga dikhususkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam
kapasitasnya sebagai Al Khatmul Anbiya' wal Mursaliin.
2.
Hadarah Al Haqiqah Al Muhammadiyyah. Adalah sebuah medan rahasia hakekat
Nabi Muhammad SAW yang bisa dicapai atau dijangkau oleh kemampuan
intelektual, emosional dan spiritual para nabi dan rasul alaihimus
shalaatu wassalam, juga oleh para pembesar malaikat (malaikat al
muqarrabiin), para wali quthub, para shiddiqiin, para wali dan ahli
ma'rifah sesuai daya kemampuan mereka masing masing.
Dijelaskan
dalam kitab Jawaahirul Ma'ani bahwa, setiap fenomena yang mampu
dijangkau oleh seluruh makhluk baik berupa ilmu, ma'rifah, karunia,
tajalliyat, taroqqiyat, ahwal, maqaamat dan akhlak semuanya itu
merupakan aliran dari Hakekat Al Muhammadiyyah.
3. Hadaraat
Para Nabi dan Rasul 'alaihimus shalaatu was salaam dalam menerima
limpahan berbagai jenis karunia yang mengalir dari Hadrah Haqiqah Al
Muhammadiyyah sesuai tingkat kekuatan dan daya jangkau (intelektual,
emosional dan spiritual) mereka masing masing. Sebagaimana dijelaskan
oleh Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra dalam kitab Jawaahirul Ma'ani
dalam menjelaskan ahli hadarah ini, dikatakan bahwa: Setiap karunia yang
mengalir dari Dzat Sayyidul Wujud Rasulullah SAW diterima oleh Dzat
para Anbiya'. Dan arwah para Anbiya' bergantung pada ruh Al Khatmul
Anbiya' yang juga sebagai Sayyidul Anbiya'.
4. Hadarah Al
Khatmul Awliya' Al Quthbul Maktuum. Adalah medan (martabat) yang menjadi
tempat penghulu dan penutup puncak martabat para awliya' yang
berpangkat Al Quthbul Maktuum (wali quthub yang dirahasiakan). Dimana
beliau juga bertugas sebagai Barzakhul Baraazakh yaitu sekat / pemisah
terbesar yang menjadi hijab antara para anbiya' dan para Wali Quthub,
Arifiin, Shiddiqiin serta seluruh makhluk yang ada di jagad raya ini.
Al Khatmul Auliya' mendapatkan dua macam aliran karunia khususiyah
sekaligus, yang pertama adalah seluruh karunia yang mengalir dan
memancar dari Sayyidul Wujud Rasulullah SAW kepada para Nabi,
selanjutnya terhimpun jadi satu lagi dan mengalir seluruhnya masuk
kedalam telaga Al Khatmul Awliya', yang kedua adalah berbagai karunia
khususiyah yang memancar langsung dari Dzat Sayyidul Wujud Rasulullah
SAW dalam kapasitasnya sebagai Al Khatmul Anbiya'. Seluruhnya diterima
langsung oleh Dzat Al Khatmul Awliya' yang memang menjadi pewaris
khususnya.
Arwah para wali seluruhnya bergantung dibawah panji
Al Khatmul Awliya', sama seperti arwah para nabi bergantung di bawah
panji Al Khatmul Anbiya'. Al Khatmul Awliya' adalah Sayyidul Awliya'
atau imam dan tempat rujukan seluruh awliya' sejak diciptakannya alam
raya ini sampai ditiupnya sangkakala. Dan Al Khatmul Awliya' secara
hakekat sudah menjabat dan melaksanakan tugas kewaliannya sejak sebelum
Nabi Adam as diciptakan. Demikian juga Al Khatmul Anbiya' secara hakekat
sudah menjabat dan melaksanakan tugas kenabiannya sejak sebelum Nabi
Adam as diciptakan.
قَالَ سَيِّدُنَا الشَّيخِ أَحمَدَ اِبْنِ
مُحَمَّدَ التِّجَانِي رَضِيَ اللهُ عَنهُ: كُنْتُ وَلِيًّا وَأَدَمَ بَينَ
الْمَاءِ وَالطِّينِ كَمَا قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: كُنتُ
نَبِيًّا وَأَدَمَ بَينَ الْمَاءِ وَالطِّينِ.(رماح: 2\493)
Berkata
Sayyiduna Asy Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra: "Aku sudah jadi
wali sedangkan Nabi Adam masih berada diantara air dan tanah (belum
diciptakan)" sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:" Aku sudah jadi nabi
sedangkan Nabi Adam masih berada diantara air dan tanah (belum
diciptakan)".)Rimah Edisi terbaru Juz 2/493)
قَالَ سَيِّدُنَا
الشَّيخِ أَحمَدَ بنِ مُحَمَّدَ التِّجَانِي رَضِيَ اللهُ عَنهُ: أَنَا
سَيِّدُ الأَولِيَاءِ كَمَا كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سَيِّدُ
الأَنبِيَاءِ. (رماح: 2\495)
Berkata Sayyiduna Asy Syeikh Ahmad bin
Muhammad At Tijani ra: "Aku adalah penghulu para wali" sebagaimana
Rasulullah SAW sebagai penghulu para nabi".)Rimah Edisi terbaru Juz
2/495)
Dan perkara yang lebih besar lagi adalah sabda Rasulullah SAW yang menyatakan:
إِنَّ لَهُ ثَلاَثَمِائَةِ خُلُقٍ مَنْ تَخَلَّقَ بِوَاحِدٍ مِنْهَا أَدْخَلَهُ اللهُ الَجنَّةَ
(رماح : 2\495)
"Sesungguhnya bagi Allah SWT itu ada tiga ratus macam akhlak,
barangsiapa yang berakhlak dengan salah satu dari tiga ratus akhlak
tersebut, maka Allah SWT masukkan dia kedalam surga". (Rimah edisi
terbaru: 2/495)
Sayyidi Syeikh dalam kapasitasnya sebagai Al
Khatmul Awliya' Al Quthbul Maktuum adalah satu satunya Wali Allah yang
menguasai seluruh akhlak tersebut secara sempurna. Sedangkan para wali
lainnya menguasai ahlak tersebut hanya sebagian sebagian saja sesuai
dengan tingkat kemampuan (daya idrak) dan maqam atau martabat mereka.
Dan sebenarnya masih banyak khususiyah Al Khatmul Awliya' yang belum
kami sebutkan dalam buku ini, namun kami berharap semoga keterangan yang
sangat sedikit ini bisa menggugah pembaca untuk mencari dari sumber
lain yang lebih lengkap.
5. Hadrah para pengikut Thariqah At
Tijani. Adalah medan martabat yang menjadi tempat para pengikut atau
pengamal Thariqah At Tijaniyah, adapun khususiyah atau keistimewaan
menjadi pengikut Thariqah At Tijaniyah sangat banyak, dari sesuatu yang
masih bisa dicerna oleh akal sampai pada hal hal yang tidak dapat lagi
untuk dijangkau, walaupun oleh akal orang paling genius sekalipun, yang
mampu menjangkaunya hanyalah tingginya kadar iman kepada Allah SWT
dengan segala kemurahan dan kasih sayang-Nya yang tanpa batas. Untuk itu
berikut ini kami kutip beberapa pernyataan Sayyidi Syeikh yang tersebar
di berbagai kitab thariqah tijani, antara lain:
أَشَارَالشَيخِ
رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنهُ وَأَرْضَاهُ وَعَنَّابِهِ بِقَولِهِ: لَو
أَطْلَعَ أَكَابِرَ الأَقْطَابِ عَلَى مَا أَعَدَّ اللهُ لِأَهلِ هَذِهِ
الطَّرِيقَةِ لَبَكُوا, وَقَالُوا يَارَبَّنَا مَا أَعْطَيْتَنَا شَيْأً.
بِقَولِهِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنهُ وَأَرضَاهُ وَعَنَّابِهِ:
لاَمَطْمَعَ لِأَحَدٍ مِنَ الأَولِيَاءِ فِى مَرْتَبَةِ أَصْحَابِنَا
حَتَّى أَقطَابِ الْكِبَارِ, مَاعَدَا أَصْحَابُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ (رماح: 2\497)
Sayyiduna Asy Syeikh Ahmad bin
Muhammad At Tijani ra memberi isyarah dengan pernyataannya: "Andaikan
para pembesar Wali Quthub itu melihat terhadap apa yang diberikan oleh
Allah terhadap pengamal Thariqah At Tijaniyah ini niscaya mereka akan
menangis, dan mereka akan mengatakan 'Wahai Tuhanku, Engkau tidak
memberi apa apa (yang berarti) pada kami". (maksudnya jika karunia Allah
yang ada pada mereka tidak berarti apa apa dibanding apa yang didapat
oleh pengamal Thariqah At Tijaniyah walaupun mereka bukan wali quthub).
Dan Sayyiduna Asy Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra menyatakan:
"Tidak ada suatu apapun yang bisa dicapai oleh para wali dalam martabat
yang dimiliki oleh para sahabat kami (pengamal thariqah At Tijaniyah),
bahkan oleh para pembesar wali quthub sekalipun, kecuali oleh para
sahabat Rasulullah SAW". (Rimah: 2 / 497).
وَبِقَولِهِ رَضِيَ
اللهُ عَنهُ وَأَرضَاهُ وَعَنَّابِهِ: مَنْ تَرَكَ وِرْدًا مِن أَوْرَادِ
الْمَشَايِخِ لِأَجْلِ الدُّخُولِ فِى طَرِيقَتِنَا هَذِهِ
اَلْمُحَمَّدِيَّةِ اَلَّتِى شَرَّفَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَى جَمِيعِ
الطُّرُقِ أَمَّنَهُ اللهُ تَعَالَى فِى الدُّنْيَا وَالأَخِرَةِ, فَلاَ
يَخَاَفُه مِنْ شَيئٍ يُصِيْبَهُ, لاَمِنَ اللهِ وَلاَ مِنْ رَسُولِهِ
وَلاَ مِن شَيْخِهِ أَيًّا كَانَ مِنَ الأَحْيَاءِ أَوِ الأَمْوَاتِ،
وَأَمَّا مَنْ دَخَلَ فِى زُمْرَتِنَا وَتَأَخَّرَ عَنْهَا وَدَخَلَ
غَيرَهَا تَحِلُّ بِهِ الْمَصَائِبِ دُنْيًا وَأُخْرَى وَلاَ يَفْلُحُ
أَبَدًا. (رماح: 2\497)
(Dalam kesempatan yang lain), Sayyiduna Asy
Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra menyatakan: "Barangsiapa yang
meninggalkan wirid dari wiridnya para masyayikh (thariqah) karena (untuk
memenuhi syarat) masuk kedalam thariqah kami ini yakni Thariqah Al
Muhammadiyyah (aT Tijaniyah) yang dimulyakan (diunggulkan) oleh Allah
atas semua thariqah yang lain, maka Allah SWT menjamin aman baginya
dalam kehidupan dunia dan akhirat, maka tidak ada yang perlu ditakuti
oleh mereka akan adanya musibah (dalam bahasa lugasnya kuwalat) baik
dari Allah, dan dari Rasulullah SAW, juga dari syeikh (guru mereka
sebelumnya), baik mereka itu masih hidup ataupun sudah wafat. Sedangkan
bagi mereka yang masuk kedalam rombongan kami (thariqah At Tijaniyah)
lalu keluar dari thariqah, walaupun masuk thariqah yang lain maka dia
akan kena musibah dunia dan akhirat, dan tidak akan pernah beruntung
selamanya". (Rimah : 2 / 497)
Hal tersebut diatas itu bisa
terjadi karena jaminan Rasulullah SAW yang disampaikan secara khusus
kepada Sayyidi Syeikh dalam keadaan sadar bukan mimpi, diantaranya
adalah:
قال صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: فُقَرَائُكَ
فُقَرَائِ وَتَلاَمِيْذُكَ تَلاَمِيذِي وَأَصْحَابُكَ أَصْحَابِي،
فَمَاأَسْرَفُ هَذِهِ الْإِضَافَ؟ ( الفيض الرباني : 28)
Artinya :
Bersabda Rasulullah SAW (kepada Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra) :
“Para fuqara’ (yang menjadi tanggunganmu) itu adalah fuqara’ku juga
(tanggunganku juga), murid muridmu itu semua adalah murid muridku,
sahabat sahabatmu adalah sahabat sahabatku”. Adakah tempat bersandar
yang lebih mulya dari Rasulullah ?...(Al Faidlur Rabbani:28).
فَعَلِمَ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ بَينَ أَصْحَابِهِ
وَبَينَ أَصْحَابِ هَذَا الشَّيْخِ مُنَاسَبَةً تَامَةً، وَبِتِلْكَ
الْمُنَاسَبَةِ كَانُوا عِنْدَاللهِ أَكْبَرُمِنْ أَكَابِرِ الأَقْطَابِ
وَالعَارِفِينَ وَالأَغوَاثِ وَإِن كَانُوا فِى الظَّاهِرِ مِنْ جُمْلَةِ
العَوَامِ.(الفيض الرباني : 28)
Rasulullah Saw. Memberi tahu kepada
Syeikh Ahmad At Tijany Ra. bahwa antara sahabat Rasululullah dan
sahabatnya Syeikh Ahmad At Tijany mempunyai persamaan yang sempurna dan
dengan kesamaan inilah ihwan Thariqah At Tijaniyah bagi Allah Swt. lebih
tinggi nilainya dari pada para wali Qutub, Arifin dan Al Ghauts
walaupun tampang dhohir mereka hanyalah sebagai orang awam. (Al Faidlur
Rabbani : 28)
Dan satu lagi dari sekian banyak keistimewaan
Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra, yang tidak terhitung
jumlahnya dan tidak bisa dibayangkan betapa tinggi kwalitasnya, adalah
karunia Allah SWT dalam hal "Hak untuk membela dan membebaskan para
pengikutnya dari ancaman siksa neraka". Dijelaskan dalam kitab Rimah
(edisi terbaru) jilid 2 halaman 497:
وَبِقَولِهِ رَضِيَ اللهُ
عَنهُ وَأَرضَاهُ وَعَنَّابِهِ: وَلَيسَ لِأَحَدٍ مِنَ الرِّجَالِ أَنْ
يَدْخُلَ كَافَةَ أَصْحَابِهِ الجَنَّةَ بِغَيرِحِسَابٍ وَلاَ عِقَابٍ،
وَلَوْ عَمِلُوا مِنَ الذُّنُوبِ مَاعَمِلُوا، وَبَلَغُوا مِنَ الْمَعَاصِي
مَابَلَغُوا إِلاَّ أَنَا وَحدِي، وَوَرَاءَ ذَلِكَ مِمَّا ذَكَرَ لِي
فِيْهِم وَضَمَنَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَمْرٌ لاَيَحِلُّ لِي
ذَكَرَهُ وَلاَ يُرَى وَلاَ يُعْرَفٌ إِلاَّ فِى الْأَخِرَةِ. (رماح:
2\497)
"Dan dengan penjelasan Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani
Radliyallaahu 'anhu wa ardha wa 'anna bihi: dan tidak ada seorang
walipun (sejak zaman nabi Adam sampai kiamat, yang dapat jaminan) bisa
memasukkan seluruh pengikutnya ke dalam surga tanpa disiksa (lebih
dulu), walaupun mereka (sebelum masuk thariqah) telah berbuat dosa
sebanyak apapun, dan telah berbuat maksiat sebesar apapun, kecuali aku
sendiri (Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra). Dan dibalik itu semua masih
banyak jaminan Rasulullah SAW (untuk Sayyidi Syeikh dan pengikutnya)
yang tidak boleh disampaikan, dimana hal tersebut tidak akan dilihat dan
diketahui kecuali kelak setelah di akhirat".(Rimah edisi terbaru : 2 /
497)
6. Hadaraat para wali quthub. Adalah medan martabat
(maqam) yang menjadi tempat para wali quthub sejak zaman Nabi Adam as
sampai ditiupnya sangkakala (kiamat). Dimana mereka baik secara sadar
atau tidak sadar, tahu maupun tidak tahu, pada hakekatnya bersandar
kepada Sayyidul Auliya' Al Quthbul Maktuum yang bertugas sebagai Khatmul
Awliya'. Dan seluruh karunia yang mereka dapatkan baik berupa ilmu,
ma'rifah, asrar, tajalliyaat dan taraqqiyaat serta berbagai karunia
lainnya adalah karunia yang mengalir, memancar dan berpencar kepada
mereka masing masing dari telaga Al Khatmul awliya'. Sebagaimana
dikabarkan oleh Al Khatmul Auliya' Al Quthbul Maktuum Sayyidi Syeikh
Ahmad At Tijani ra.
وَقَد ثَبَّتَ عَن شَيخِنَا رَضِيَ اللهُ
عَنهُ أَنَّ سَيِّدَ الوُجُودِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَخبَرَهُ
يَقظَةً بِأَنَّهُ الخَتْمُ الْمُحَمَّدِي الْمَعْرُوفُ عِنْدَ جَمِيْعِ
الأَقْطَابِ وَالصِّدِّقِينَ. بِأَنَّ مَقَامَهُ لاَمَقَامَ فَوقَهُ فِى
بِسَاطِ الْمَعْرِفَةِ بِاللهِ تَعَالَى َوهَذَا الخَتمُ هُوَ
الْمُتَلَقَّى لِجَمِيعِ مَا يُفِيضُ مِنْ ذَوَاتِ الأَنْبِيَاءِ
عَلَيْهِمُ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ مِنَ الإِمْدَادِ وَهُوَ الْمُفِيْضُ
لِتِلْكَ الإِمْدَادِ عَلَى جَمِيْعِ الأَوْلِيَاءِ وَإِنْ لَم يَعْلَمُوا
بِهِ. وَفَضْلُ سَيِّدُنَا الشَّيخِ رَضِيَ اللهُ عَنهُ لاَيُحْصِرُ
بِالعَدَدِ وَلاَ يُدْرِكُ بِالْقِيَاسِ وَلاَيُحِيْطُ بِهِ الأَقْلاَمُ
وَلاَ يَعلَمُ حَقِيْقَةُ فَضْلِهِ إِلاَّ اللهُ اَلَّذِي تَفَضَّلَ بِهِ
عَلَيْهِ وَرَسُولُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ. (الخلاصة الوافية:
76)
"Dan benar benar telah ditetapkan, (sebuah) kabar dari Sayyidi
Syeikh radliyallaahu 'anhu, bahwa sesungguhnya Sayyidul wujuud SAW
memberinya kabar dalam keadaan sadar (bukan mimpi) bahwa dia adalah Al
Khatmul Auliya' yang terkenal di kalangan para wali quthub dan para
shiddiqiin. Bahwa sesungguhnya maqam beliau adalah maqam yang tidak ada
lagi maqam diatasnya dalam masalah kema'rifahan kepada Allah SWT, dan
(pemilik maqam) Al Khatmu ini adalah Dia yang menerima langsung (aliran)
madaad yang turun dari para nabi alaihimus shalatu was salaam, dan dia
pula yang membagi (aliran madad) tersebut kepada para setiap wali
(quthub) walaupun mereka tidak tahu (hal tersebut)". (Al Khalashatul
Waafiah :76).
Selanjutnya berkenaan dengan kedudukan / maqam
para wali quthub ini, berkata Sayyidi Syekh Ahmad At Tijani ra dalam
kitab Jawahirul Ma'ani dan dikutip oleh pengarang kitab Rimah sebagai
berikut:
فَلِكُلِّ شَيخٍ مِنْ أَهلِ اللهِ تَعَالَى حَضَرَةً لاَ يُشَارِكُهُ فِيهَا (رماح: 2 \ 497)
"Maka bagi setiap Syeikh (guru thariqah) dari para ahlullaahi ta'ala
mempunyai hadrah (medan martabat) yang tidak dibagi bagi (maksudnya:
masing masing). (Rimah : 2 / 497).
7. Hadaraat bagi murid murid
para Wali Quthub. Adalah medan martabat yang menjadi tempat bagi para
murid masing masing wali quthub. Mereka mendapatkan karunia sesuai
dengan kwalitas dan kwantitas karunia yang dicapai dan didapat oleh guru
guru mereka masing masing, dimana seluruh karunia tersebut sebenarnya
berasal dari telaga Al Khatmul Awliya'.
K e s i m p u l a n.
Dari berbagai keterangan yang kami sajikan dari awal sampai akhir, dan
diperjelas lagi dengan struktur medan martabat yang disebut Al Masyrabul
Kitmaani yang didalamnya terdapat Hadrah Al Mustafidlatu Sab'ah, maka
kami mencoba menarik beberapa kesimpulan berkenaan dengan Al Khatmul
Anbiya' dan Al Khatmul Awliya' sebagai berikut:
Rasulullah SAW dalam posisinya sebagai Al Khatmul Anbiya' wal Mursaliin mempunyai khasyiah / keistimewaan sebagai berikut:
1. Dia adalah pemegang mahkota Haqiqah Al Ahmadiyyah dan Haqiqah
Muhammadiyyah, dimana pada posisi tersebut salah satu tugasnya adalah
sebagai Barzakhul Akbar (barzah / hijab terbesar) antara Allah SWT
sebagai Al Khaliq dengan seluruh makhluk-Nya.
2. Seluruh karunia
Allah SWT yang dilimpahkan ke seluruh alam semesta ini diberikan
seluruhnya kepada Rasulullah SAW, dan dari Dzat suci beliau memancar
kepada seluruh makhluk melalui para nabi dan Al Khatmul Auliya' sejak
alam pertama kali diciptakan sampai di akhirat kelak.
3. Kepada ruh suci Rasulullah SAW bersandar arwah para nabi dan rasul semuanya.
4. Rasulullah SAW pada hakekatnya sudah menjadi nabi dan telah
melaksanakan tugas kenabiannya sejak sebelum Nabi Adam as diciptakan.
5. Para nabi sejak Nabi Adam as sanpai dengan Nabi Isa bin Maryam as
mendapat karunia khususiyah dari telaga kenabian Nabi Muhammad SAW. Dan
mereka hakekatnya mewakili atau menjadi pelaksana tugas kenabian
Rasulullah SAW yang berjalan pada zaman mereka masing masing.
6. Rasulullah SAW dalam kapasitasnya sebagai Al Khatmul Anbiya' wal
Mursaliin adalah Nabi dan Rasul yang paling utama, demikian juga ummat
beliau adalah ummat paling utama juga dibanding ummat para nabi
sebelumnya.
Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra.
Dalam kapasitasnya sebagai Al Khatmul Awliya' Al Quthbul Maktuum
mempunyai khasyiah / keistimewaan dan jaminan sebagai berikut:
1.
Dia adalah pemegang mahkota Al Khatmul Awliya' Al Quthbul Maktuum,
dimana pada posisi tersebut salah satu tugasnya adalah sebagai Barzakhul
barazah (barzah / hijab terbesar) yang menjadi pembatas antara para
nabi dengan para wali quthub semuanya.
2. Seluruh karunia Allah SWT
yang dilimpahkan ke seluruh alam semesta ini diberikan seluruhnya kepada
Rasulullah SAW, dan dari Dzat suci beliau memancar kepada para nabi,
kemudian dari para nabi disatukan kembali lalu dialirkan menuju telaga
Khatmul Awliya' ditambah karunia khusus yang langsung dari Dzat
Rasulullah SAW. Kemudian dari telaga beliau tersebut segenap karunia itu
memancar dan berpencar ke seluruh wali quthub, dan dari mereka masing
masing memancar kepada seluruh makhluk sejak alam pertama kali
diciptakan sampai di ahirat kelak.
3. Kepada ruh suci Al Khatmul
Awliya' yang merupakan Sayyidul Awliya', Sayyidi Syeikh Ahmad bin
Muhammad At Tijani ra. bersandar arwah para awliya' semuanya.
4.Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra. pada hakekatnya sudah menjadi wali
dan telah melaksanakan tugas kewaliannya sejak sebelum Nabi Adam as
diciptakan.
5. Para wali sejak zaman Nabi Adam as sampai dengan Nabi
Isa bin Maryam as mendapat karunia khususiyah dari telaga kewalian
Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra. Dan mereka hakekatnya mewakili atau
menjadi pelaksana tugas kewalian Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra.
yang berjalan pada zaman dan daerah mereka masing masing.
6. Sayyidi
Syeikh Ahmad At Tijani ra. Dalam kapasitasnya sebagai Al Khatmul
Awliya' Al Muhammadiy adalah Wali Allah yang paling utama, demikian juga
murid murid beliau adalah murid murid paling utama juga dibanding murid
para wali sebelumnya.
7. Karena keutamaan dan ketinggian
martabatnya yang sangat agung disisi Allah SWT dan Rasulullah SAW, maka
para sahabat, para murid dan para fuqara yang menjadi pengikut Sayyidi
Syeikh Ahmad At Tijani ra diakui sebagai sahabat, murid dan faqara'
Rasulullah SAW oleh Rasulullah SAW sendiri. Dan disebabkan oleh adanya
pengakuan tersebut, maka martabat sahabat, murid dan Fuqara' Tijaniyin
mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, bahkan berada di atas kedudukan
para wali quthub walaupun tampang dzahir mereka hanyalah sebagai orang
awam saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar