Duhai laut Tak bertepi
Kusauk airmu walau setetes
Ku jadikan tinta
Tuk mengukir huruf menjelma kata
Menorehkan asa merajut sukma
Duh kawan
Ini bukan badai
yang coba menggulung gelombang
Ini bukan ombak
yang coba pecahkan karang
Ini hanya setetes embun
sebagai bingkisan rindu
pada kawan yang berlayar meniti buih
Menyongsong harapan
Raih mutiara kasih
Duhai laut tak bertepi
Di depanmu setetes embun tak punya arti
Namun..
Ku berharap menjadi penyejuk
Sukma yang lara menanggung rindu
Tuk tenggelam dalam laut kas
BINGKISAN RINDU : RENUNGAN KEMATIAN
Kalimat Terakhir
Mungkin kita pernah menyaksikan bagaimana tetangga, saudara, atau orang tua kita ketika sakaratul maut (menjelang kematian). Atau mungkin juga kita takut, karenanya kita tidak pernah tahu dan tidak mau tahu bagaimana kondisi orang menjelang kematian.
Apa untungnya mengetahui hal sedemikian? Tentu saja sebagai bahan renungan bagi kita untuk berhati-hati dalam meniti kehidupan di dunia ini, demi keselamatan dunia dan akhirat.
Ada sahabat Rasul yang menggambarkan sakitnya mati bagai tebasan seribu pedang, ada juga yang bilang seperti kambing yang dikuliti seratus kali, ada juga yang mengatakan andai semua air yang ada di dunia ini habis diminum orang yang menjelang kematian, semua itu tidaklah dapat menghilangkan rasa hausnya.
Kita yang masih hidup dan menikmati indahnya dunia ini, tentu belum pernah merasakan bagaimana sakitnya sakaratul maut. Ini memang urusan gaib, urusan yang akan datang, namun pasti dan kita semua akan menemuinya.
Firman Allah : كل نفس ذائقة الموت
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian”
Adakah orang tidak merasakan sakit ketika ajal menjemput? Semuanya akan merasakan sakit, namun, ada sebagian hamba Allah yang tidak dirasakan sakitnya, karena terhibur dengan melihat wajah kekasihnya, yakni Rasulullah. Sakit tidak terasa karena asyik memandang wajah Rasulullah yang semulia dan seindah makhluk. Serta melihat gambaran syurga yang akan ditempatinya nanti.
Bandingkan dengan peristiwa yang terjadi pada perempuan-perempuan yang melihat ketampanan Nabi Yusuf. Mereka tidak merasa sudah mengiris jari-jari mereka ketika mengupas buah. Lalu bagaimana dengan orang yang sakaratul maut yang ketika itu melihat keelokan wajah Rasulullah, tentu tidak akan merasakan sakit.
Teringat riwayat Nabi Ibrahim yang berdialog dengan Malakal Maut (Ijrail), Bagaimana Malakal maut mencabut orang-orang yang beriman dan saleh, ternyata Malakal Maut berubah bentuk dengan rupa seorang pemuda tampan dan bercahaya dengan senyum yang ramah dan mengeluarkan bau yang sangat harum, namun sebaliknya ketika ditanya bagaimana dia mencabut orang-orang kafir dan orang yang senang bermaksiat, Malakal Maut mengubah bentuknya menjadi orang buruk rupa dan menjijikkan serta menebar bau yang sangat busuk, sehingga Nabi Ibrahim langsung pingsan karena mencium bau busuk dan rasa takut yang teramat sangat.
Apakah kita termasuk orang yang akan didatangi Malakal Maut dengan rupa yang menyenangkan ataukah dengan rupa yang menjijikkan. Apakah kita akan termasuk orang yang akan menyaksikan video yang menggambarkan keindahan kenikmatan syurga ataukah menyaksikan gambaran neraka. Termasukkah kita orang yang ketika menjelang ajal, Rasul hadir dan memberikan bimbingan talkin dengan mengucapkan kalimat taibah la ilaha illallah. Dan kita mampu menuturkan kalimat itu dengan keyakinan yang mantap.
Inilah kalimat terakhir yang harus kita ucapkan. Kata Rasul: Siapa yang akhir perkataannya La ilaha illallah masuk syurga.
Kalimat ini yang diperjuangkan dan didakwahkan Rasul pada awal-awal kerasulan beliau. Oleh karena itu sepatutnyalah kita sebagai umat beliau mencontoh perilaku beliau untuk menanamkan kalimat itu pada anak cucu kita diawal-awal kelahirannya.
Hal ini sudah menjadi sunnah Rasul dengan mengazankan bayi yang baru dilahirkan ibunya. Bahkan ajaran ketauhidan itu mesti sudah dimulai sejak dalam kandungan, Perdengarkan lantunan ayat-ayat suci Al Qur`an, dan kalimat Tauhid ini. Maaf, bukan musik klasik dan sejenisnya yang katanya akan meningkatkan kecerdasan anak. Saya justeru lebih percaya dan yakin terhadap kemukjizatan Al Qur`an dan kedakhsyatan kalimatuttauhid ketimbang musik klasik.
Berpijak dari keutamaan kalimatuttauhid inilah para Ahli Tarekat mengembangkan metode zikir untuk melatih jiwa dan raga agar senantiasa mentauhidkan Allah disetiap langkah dan derap kehidupan, dengan harapan kalimat inilah yang akan menyudahi akhir kehidupannya. Berakhir dengan kesudahan yang baik atau husnul khatimah.
Sebaliknya. Berapa banyak orang yang mati suulkhatimah, kesudahan yang jelek. Mati ketika melakukan zina di atas tubuh perempuan lacur, mati setelah menenggak minuman keras, mampus karena bunuh diri. Sempatkah mereka menuturkan kalimat syakral itu? Sempatkah Tobat? Wallahu a`lam.
Jangan heran kalau ulama pun bisa mati suulkhatimah. Ada diantara ulama memanggil kerabatnya dan minta saksikan saat menjelang ajalnya. Ia pun berkata: Saksikanlah bahwa Tuhan itu Dua” Setelah mengucapkan kalimat itu, ia pun meninggal dunia. Na`udzubillah min dzalik. Selidik punya selidik ternyata ulama tersebut pernah mengi`tiradh Wali Allah ta`ala dan tetap pada pendiriannya tidak sempat tobat dari kesalahannya.
Sahabat Nabi yang bernama Al Qamah menjelang ajalnya tak mampu menuturkan kalimat La ilaha illallah walau dibimbing oleh Rasulullah, disebabkan durhaka kepada ibunya. Kedurhakaan Al Qamah, tidaklah terlalu berat, hanya sebab terlalu sayang kepada isteri sehingga orang tuanya tidak terperhatikan, dan itu membuat sakit hati sang ibu dan tidak ridha pada anaknya.
Oleh Rasulullah, kalau ibunya tidak meridhai anaknya, maka anaknya akan dibakar hidup-hidup, lebih baik dipanggang api di dunia ketimbang dilahap api neraka di akhirat. Sang ibu tidak lah tega melihat anaknya akan dibakar, akhirnya sang ibu pun meridhai Al qamah. Dan Al Qamah pun dapat mengucapkan kalimat La ilaha illallah.
Alangkah indahnya ketika melihat sahabat atau keluarga kita yang meninggal dunia dalam keadaan salat. Meninggal dunia dalam keadaan bertakbir Allahu Akbar. dan mengucapkan kalimat La ilaha illallah.
Kematian saudara, orang tua, anak-anak kita tentu membuat kita bersedih. Kesedihan itu manusiawi, namun, kesedihan itu tentu akan terobati dengan melihat keadaan akhir hayatnya dapat menuturkan kalimat taibah. Wajahnya terlihat putih kuning berseri, seolah tersenyum tanda kebahagiaan. Semua orang bilang bahwa ia itu nyaman, enak, semua orang memuji kebaikan-kebaikannya.
Alangkah sedihnya, kalau saudara kita atau kita nanti mati dalam keadaan yang mengenaskan. Sehabis berbuat maksiat, mengumbar nafsu syahwat, atau setelah menenggak minuman keras, dan sabu-sabu. Orang yang tahu enggan melaksanakan/ mengurus jenazahnya, kalau tidak memandang keluarganya, mungkin dibuang saja ke laut tanpa dimandikan dan tidak pula disalatkan.
Oooh, Tidak ada jalan lain, melainkan kita harus kembali, bertobat kepada Allah, dan mengisi hidup ini dengan amal-amal yang saleh, serta memperbanyak zikir kepada Allah, sehingga lisan ini akan terlatih mengucapkan kalimat La ilaha illallah.
Allah memang menguji kita dengan mati dan kebinasaan, untuk membuktikan siapakah diantara kita yang mempunyai amal yang terbaik.
وقهر العباد بالموت والفناء ليبلوكم ايكم احسن عملا
Kini saatnya kita mulai memperbaiki diri, senang berbuat kebaikan dan kebajikan, senang dengan orang yang berbuat kebaikan dan kebajikan, benci hati ini berbuat maksiat dan kemungkaran dan kekufuran.
Kini saatnya kita memperbanyak tobat dan mohon ampun kepada Allah, memperbanyak bersalawat kepada Rasulullah, semoga dengan itu Allah karuniakan kepada kita berjumpa dengan Rasulullah walau saat ajal datang menjemput sehingga sakit pun tak akan dirasakan. Perbanyak mengingat Allah dengan kalimat ikhlas La ilaha illallah, hingga terbiasa lisan ini menuturkannya sampai akhir hayat pun kalimat itu yang akan mengalir dari mulut kita. Dan sempurnakanlah ikhtiar kita dengan mengambil salah satu tarekat aulia Allah yang muktabarah, semoga dengan itu memperbanyak harapan kita untuk husnul khatimah, Amin.
Takutlah dengan kesudahan yang jelek, suulkhatimah, dan senantiasa takut kalau-kalau kita termasuk orang yang kurang beruntung. Saidina Umar pernah berkata: Seandainya Allah memberitahukan bahwa semua penduduk Madinah ini masuk syurga dan salah satu diantaranya ada yang masuk neraka, aku khawatir akulah orangnya yang seorang itu.
Begitulah buah iman dan ketauhidan para sahabat yang tidak diragukan lagi. Bagaimana dengan kita, adakah rasa kekhwatiran semacam itu, atau bahkan kita tenang-tenang saja, merasa aman dengan makrillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar