يَا رَبَّنَا بِجَاهِ تَاجِ الْعَارِفِيْنَ ï وَجَاهِ حَامِلِ لِوَاءِ الْوَاصِلِيْنَ

Ya Allah, Ya Tuhan kami dengan pangkat kebesaran pemilik mahkota ahli ma'rifah dan pangkat pemegang bendera kelompok manusia yang telah wushul (sampai ke puncak keyakinan)


قُدْوَتِنَا وَشَيْخِنَا التِّجَانِي ï قَائِدِنَا لِمَنْهَجِ الْعَدْنَانِي

Panutan dan guru kami yakni Syekh Ahmad Tijani, seorang pemandu yang menyampaikan kami kepada tuntunan Nabi Muhammad

يَا رَبِّ ثَبِّتْنَا عَلَى اْلإِيْمَانِ ï وَاحْفَظْ قُلُوْبَنَا مِنَ الْكُفْرَانِ

Ya Tuhanku tetapkan kami atas iman dan jaga hati kami dari segala bentuk kekufuran

وَاحْمِ جَمِيْعَنَا مِنَ الشَّيْطَانِ ï وَحِزْبِهِ مِنْ إِنْسٍ أَوْ مِنْ جَانِّ

Lindungi kami dari kejahatan syetan dan kelompoknya dari bangsa manusia dan jin


نَسْأَلُكَ التَّوْبَةَ وَالتَّوْفِيْقَ ï وَالْعِلْمَ وَالْعَمَلَ وَالتَّحْقِيْقَ

Kami mohon kepada-Mu taubat dan mendapat kekuatan untuk melakukan kebaikan, ilmu dan pengamalan serta ketepatan dalam segala hal


وَالصَّبْرَ وَالنَّصْرَ عَلَى اْلأَعْدَاءِ ï وَالْجَمْعَ فِي الذِّكْرِ عَلَى الْوِلاَءِ

Berikan kami kesabaran dan kemenangan atas musuh-musuh. Dan jadikan kami selalu berkumpul bersama dalam melakukan dzikir


وَالْفَوْزَ بِالنَّعِيْمِ فِي الْجِنَانِ ï مَعَ النَّبِيّ وَشَيْخِنَا التِّجَانِي

Mendapat kesuksesan dengan mendapat ni'mat di surga bersama Nabi Muhammad dan guru kami Syekh Ahmad Tijani


مَا لَنَا فِي الْكَوْنِ سِوَى الرَّحْمَانِ ï وَالْمُصْطَفَى وَشَيْخِنَا التِّجَانِي

Kami tidak memiliki harapan apa-apa di alam ini melainkan kepada-Mu Ya Allah (Yang Maha Pengasih), manusia terpilih Nabi Muhammad dan guru kami Syekh Ahmad Tijani

هَذِي هَدِيَّةٌ بِفَضْلِ اللهِ ï مِنَّا إِلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ

Dzikir ini merupakan hadiah untukmu Ya Rasulullah dari kami yang semata-mata merupakan pemberian Allah


هَدِيَّةً لِلْمُصْطَفَى الْعَدْنَانِي ï نِيَابَةً عَنْ شَيْخِنَا التِّجَانِي

Hadiah penghormatan buat manusia terpilih Nabi Muhammad keturunan Adnan juga sebagai mandate dari guru kami syekh Ahmad Tijani

آميْنَ آميْنَ اسْتَجِبْ دُعَانَا ï وَلاَ تُخَيِّبْ سَيِّدِي رَجَانَا

Terimalah, terimalah dan kabulkan Ya Allah, doa-doa kami. Jangan Kau kecewakan segala harapan kami

Doa ini merupakan Qashidah tawassul kepada Syekh Ahmad Tijani Radhiyallahu Anhu. qashidah ini biasanya dibaca setelah selesai membaca wirid lazimah dan wazhifah.

Dikutip dari kitab Ghayatul Muna Wal Murad Fima Littijaniy Minal Aurad halaman 27.

Minggu, 13 April 2014

QUTHBIL MAKTUM



KOTA FEZ MAROKO
                                          المغرب        
Nama Resmi : Kerajaan Maroko. Ibu Kota : Rabat. Luas : 446.550 kilometer persegi . Kawasan: Afrika Utara PDB : 31,50 milyar $ A.S. (1994) Satuan Mata Uang : 1 dirham Maroko (DH) = sentim. Jumlah Penduduk : 27 juta jiwa (1995). Kota-kota Besar : Kasablanca, Marrakech, Fez, Tanger. Merdeka: 2 Maret 1956 (dari Prancis) Agama : Islam 98,7%, Kristen 1,1%, Yahudi 0,2%. Pertanian : Mempunyai pangsa 20% dari PDB (1991), 50% lapangan kerja, dan 30% nilai ekspor. Bentuk Pemerintahan: Kerajaan Konstitusional. Tingkat Pertumbuhan Penduduk: 2,1% (1990-1995). Kepadatan Penduduk : 61 orang tiap 1 kilometer persegi Hasil Pertanian: Gandum, gula bit, tebu, biji bunga matahari, biji-bijian,tepung jagung, sari buah, anggur, bunjis, sayur-sayuran, zaitun, ternak, kambing, domba, sapi, unggas,daging,susu, wol,kulit, telur, belum swasembada pangan. Komoditi Impor: Bahan-bahan kimia, minyak bumi, besi dan baja, barang-barang setengah jadi, bahan-bahan mentah, makanan dan minuman, barang-barang konsomsi Industri: Pengolahan fosfat, pengolahan makanan, penyulingan minyak bumi, semen, barang-barang dari kulit, tekstil, kaus kaki, wisata. Bahasa : Arab (resmi) , Derija (Arab Maroko), dialek Barbar,

DATA PENDUDUK MAGRIBI/MAROKO

No
Penduduk Maroko
Persen
Terdata
1
Islam
98,70%
26.649.000 Jiwa
2
Kristen
1,10%
297.000      Jiwa
3
Yahudi
0,20%
54.000        Jiwa
4
Jumlah
100%
27.000.000 Jiwa




           



Dinasti-dinasti yang memimpin kota Maroko dari masa kemasa.

DINASTI IDRISIAH

1)       Yahya 1 (234-250 H/849-864 M). Nama lengkapnya adalah Yahya bin Muhammad bin Idris (wafat 250 H/864 M). Beliau sangat menyayangi bidang arsetiktur, sehingga penduduk kota Fez dengan senang menyambut pembangunan kota Fez. Hal ini membuat kota Fez padat karena urbanisasi dari Andalusi (Spanyol), Tunisia, dan negeri-negeri Maroko lainnya. Oleh sebab itu, beliau membangun pemukiman di pinggir kota Fez. Pada masanya di bangun mesjid Qarawiyin. Khalifah ini meninggal di Fez tahun 250 H/854M.

2)       Idris II (188-213 H/802-828 M). Nama lengkapnya adalah Idris bin Abdullah bin Hasan (177-213H/793-828M), raja kedua Dinasti Isrisiah di Maroko Barat. Bapaknya meninggal ketika beliau masih dalam kandungan, sehingga yang mengurus urusan Negara adalah Rasyad, bekas budak bapaknya di lanjutkan oleh Abu Khalid sampai dia berusia sebelas tahun. Pada usia itu, suku Barbar membaiatnya di mesjid Qulili tahun 188 H. Beliau berhasil memimpin Negara dengan baik sehingga Negara-negara Magribi mengadakan integrasi dengan daulatnya, berhasil membangunkota Fez dan menjadikannya sebagai ibu kota.

DINASTI ALAWIAH

3)       Maula Rasyid (1075-1082 H/1664-1672 M): Nama lengkapnya adalah Rasyid bin Muhammad Alawi (1040 – 1082 H/1630-1672M), salah seorang raja Dinasti Alawiah di Maroko Barat yang berhasil menaklukkan Raza, Sijilmasah dan Fez, serta memasuki kota Marakish dan menundukkan kota Sousse. Beliau mengirim pasukan besar ke Tangier . Dia bertempat tinggal di Marakish. Ia banyak melakukan penaklukan dan sangat cinta kepada ilmu pengetahuan. Di antara peninggalannya adalah sekolah Syaratin di kota Fez.

4)       Maula Ismail (1082-1139H/1672-1727M) : Ismail bin Muhammad (1056-1139H/1645-1727M), adalah salah seorang raja terkemuka dari Dinasti Alawiah di Maroko Barat. Pada masa pemerintahannya rakyat merasa lebih senang di banding dengan lainnya. Beliau menguasai atas seluruh maroko sampai ke perbatasan Sudan. Kota Meknases, ibu kota kerajaannya adalah kota termaju dan paling banyak peninggalan bersejarahnya. Beliau membentuk sebuah pasukan besar dan membangun sebuah benteng yang masih ada sampai sekarang.

5)       Maula Muhammad (1171-1204 H/1757-1790 M): Muhammad bin Abdullah bin Ismail (1134-1204H/1721-1790M), adalah salah seorang raja Dinasti Alawiah di Maroko yang banyak melakukan penaklukan dengan armada laut. Banyak membangun kota, mesjid dan sekolah. Ia juga membuat perahu-perahu dalam jumlah yang besar dan mengeluarkan harta yang banyak untuk membebaskan tawanan sekitar 48.000 orang islam dari tentara Salib Prancis.

6)       Maula Abdurrahman (1238 - 1276H / 1819 – 1859 M ) : Abdurrahman bin Hisyam (1204-1276H/1790-1859M) adalah seorang raja Dinasti Alawiah di Maroko yang pernah membangun armada laut untuk menjaga tepi pantai. Beliau sangat interes kepada usaha penyebaran ilmu dan peningkatan produksi pertanian dan perindustrian. Pada tahun 1273 H, dia mengadakan perjanjian dengan tentara Inggris untuk mengatur perdagangan dan keamanan kedua belah pihak. Di antara peninggalannya adalah perbaikan Pelabuhan Tangier, dua menara (tower) di Sale, rumah sakit besar dan sejumlah mesjid.
Data-data tentang kota Maroko tersebut menunjukkan bahwa Maroko adalah salah satu negara islam yang terbanyak penduduknya  beragama islam setelah Indonesia kemudian Mekkah dan Madinah.

NEGARA-NEGARA ISLAM DUNIA


No
Negara
Jumlah Penduduk
Data Tahun
Agama
Persentase

Dalam Jutaan

1
Arab Saudi
17,9
1995
Islam
100

2
Mauritania
2,3
1995
Islam
100

3
Afganistan
20,1
1995
Islam
99

4
Oman
2,2
1995
Islam
99

5
Moroko
27
1996
Islam
98,7

6
Tunisia
8,9
1995
Islam
98

7
Mesir
62,9
1995
Islam
94

8
Sinegel([1])
8,3
1995
Islam
90

9
Indonesia
197,6
1995
Islam
87

10
Kuwait
1,5
1995
Islam
85

11
Gambia
1,1
1995
Islam
85


Dari data tersebut di atas, jelas bahwa negara Indonesia adalah negara terbesar penduduknya yang beragama islam dengan jumlah penduduk 200 jutaan jiwa (2005) dengan jumlah penduduk yang beragama islam sekitar 87 % lebih.
Adapun negara Maroko adalah salah satu negara yang terbanyak penduduk islamnya lebih banyak dari Arab Saudi, karena jumlah penduduk Arab Saudi 17, 9 juta jiwa (100% islam), sedangkan Maroko 27 juta jiwa (dengan 98,7% islam).
Negara Maroko adalah salah satu negara tujuan tokoh-tokoh islam seperti Ibnu Arabi dan tokoh-tokoh lainnya selain Mekkah dan Madinah.
Tersebut dalam sebuah hadist sbb;
سَيَخْرُجُ نَاسٌ اِلَى الْمَغْرِبِ يَأْتُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وُجُوْهُهُمْ عَلَى ضَوْءِ الشَّمْسِ (حم) عن رجل (ض) جامع الصغير /35/2)
Akan keluar manusia menuju ke Magrib, mereka datang pada hari kiamat atas wajah seperti cahaya matahari.
Banyak tokoh-tokoh islam yang (namanya) di nisbahkan dengan “kata Al-Magribi” seperti Aba Abdullah Al-Magribi, Muhammad bin Amar Al-Magribi, Ibrahim Al-Magribi, Zaid bin Ali Al-Magribi, Abu Abdirrahman Al-Magribi, Abu Ustman Al-Magribi dll.
Mereka adalah tokoh-tokoh islam yang banyak  andilnya dalam perkembangan dunia islam, utamanya di negara asal mereka sendiri.
Tokoh Ibnu Arabi  tertarik untuk datang ke kota Maroko (Fez) ketika beliau menemukan sebuah keterangan (yang menurut pandangan ke”ilmu”annya adalah ) hadist Rasulullah SAW berikut ini;
" لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْمَغْرِبِ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ اِلَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ"
“Senantiasa segolongan ummat dari penduduk Magriby (Maroko), mereka itu selalu   mengamalkan kebenaran sampai hari kiamat”
Dalam susunan rangkaian hadist tersebut terdapat kalimat;
"ظاهرين على الحق"

Yang arti umumnya adalah;
 Mereka (Ahlul Magrib) itu dalam keadaaan (konsekwen /istiqamah) menjalankan kebanaran (agama).
Kata demi kata dari kalimat (hadist) tersebut menarik perhatian Ibnu Arabi untuk menyelidiki hingga akhirnya melahirkan inspirasi penyusunan kitabnya yang berjudul; Anqa’u Magrib Fi Khatmil Aulia Wa Syamsil Magrib.
Jauh sebelum masanya Ibnu Arabi,  sekitar abad ketiga tepatnya pada tahun 225 H Syekh Muhammad Ali Al-Hakim At-Turmudzi beliau (juga) mengarang kitab yang berjudul Khatmul Aulia. Kitab ini memberikan isyarat bahwa siapa yang berhasil menjawab 150 maqalah (soal jawab) itu, maka ia adalah Khatmul Aulia. Dan 150 maqalah ini sudah di jawab oleh Ibnu Arabi dengan baik dalam kitabnya Futuhatul Makiah.
Adapun yang akan kita bahas dalam tulisan saya ini hanya yang menyangkut maqalah yang berhubungan dengan Khatmul Aulia nya saja, baik yang terdapat dalam kitab Futuhatul Makiah maupun yang terdapat dalam kitab-kitab lainnya.




Materi (1)
PROFIL IBNU ARABI PENGARANG KITAB
FUTUHATUL MAKIAH
Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang kitab Futuhatul Makiah yang menyangkut masalah KHATMUL AULIA, terlebih dahulu perlu diketahui komentar wali-wali terdahulu tentang figure Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi.
Tersebut dalam kitab Siarussalikin ([2]) Kata Syekh Abd Wahab Asy Sya’rany yang dikutip dari Syekh Muhammad Al Magriby Asy Syazali sebagai berikut;
اَلشَّيْخُ مَحْىُ الدِّيْنْ بِنْ اَلْعَرَبِى مُرَبِّى الْعَارِفِيْنَ كَمَا أَنَّ الْجُنَيْدِى مُرَبِّى الْمُرِيْدِيْنَ
Artinya;
“Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi Murabbil Arifin (pembimbing orang yang arif  billah) sebagaimana Syekh Junaidi Al Bagdadi adalah pembimbing para muridin”.

 Berdasarkan keterangan ahlul ilmi itu kita dapat gambaran yang cukup kuat tentang ke”tokoh”an Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi yang tidak di sangsikan lagi kepiawaiannya itu dalam masalah keilmuan dengan sekian banyak karangan([3]) yang sangat bermanfaat dan menjadi referensi bagi dunia islam dan kitabnya tersebar diseluruh dunia.
Salah satu karya terbesar  beliau adalah kitab FUTUHATUL MAKIAH ([4]). Dalam kitab tersebut beliau banyak mengungkapkan tentang ke”tokoh”an KHATMUL AULIA atau Wali Khatmi pada beberapa bab dalam kitabnya tersebut, bahkan bukan hanya itu saja, beliau ada pula mengarang pula kitab yang berjudul;
 "عنقاء مغرب في ختم الأوليآء وشمس المغرب"
‘Anqa’u Magrib Fi Khatmil Aulia Wa Syamsil Magrib” yang membahas masalah Khatmul Aulia secara lebih khusus yang penuh dengan isyarat-isyarat dan hakikat-hakikat.
Yang menarik dari kitab tersebut ialah pada judulnya terdapat dua kali penyebutan kalimat; Magrib & Al-Magribi dengan pengertian yang berbeda pada kedua kalimat tersebut.

TABEL KETERANGAN
KALIMAT MAGRIB DAN AL-MAGRIBI

No
Kalimat
Identitas Kalimat
Ma’na Kalimat
1
مغرب
Tanpa alif dan lam (ال)
Umum
2
المغرب
Dengan alif dan lam (ال)
Khusus (الإطناب)

Pengertian kalimat “magrib” yang pertama mengandung ma’na yang lebih luas daripada kalimat “magrib” yang kedua. Arti harfiah kalimat pertama adalah; tempat terbenamnya matahari (menurut bahasa kamus). Menurut istilah Ilmu balagah keumuman kalimat Magrib itu disebut dengan istilah;
(ذكر الخاص بعد العام)
Artinya;
Menyebutkan kalimat yang berma’na khusus sesudah kalimat yang berma’na umum.
Maksud dua kali penyebutan ini ialah, untuk menimbulkan perhatian atau isyarat yang mengisyaratkan sesuatu pada kalimat yang dikhususkan itu.
Kalimat magrib yang pertama ini mengandung ”isyarat” bahwa dunia ini sudah berada pada masa akhir zaman, yaitu dekat dengan kiamat seperti dekatnya waktu magrib.
Ampat belas abad yang silam, ketika  Rasulullah SAW di isra’kan dan di mi’rajkan ([5]), ke”tua”an dunia ini sudah di gambarkan seperti seorang “wanita tua” yang masih tetap cantik dan mempesona.  Gambaran ini menunjukkan bahwa dunia  ini (ketika di zaman Nabi SAW) sudah sangat tua sekali. Apalagi dengan zaman sekarang ini.
Ibaratnya dunia ini seperti hari yang sudah senja yang dekat  dengan waktu magrib dan sebentar lagi tiba waktu malam.
Malamnya dunia ini adalah terjadinya kiamat. Sebelum terjadinya kiamat matahari akan terbit dari arah barat dan tenggelam di arah timur.
Gambaran hadist itu menyatakan bahwa akhir umur dunia ini berakhir dengan terbitnya sang surya dari barat (مغرب) dan tenggelam di arah timur. Sesudah itu maka pintu taubat akan ditutup dan dunia akan segera berakhir dengan terjadinya kiamat kubra([6])
Adapun judul kitab ([7]) tersebut juga telah memberikan isyarat bahwa dunia yang sudah  tua (dan akhir zaman) ini di tandai dengan “telah” lahirnya seorang KHATMUL AULIA di dearah Magriby (المغرب) Artinya Mataharinya Wali (syamsil magrib) itu sudah terbit di Magribi (المغرب) tepatnya di kota Fez Maroko.
Judul kitab tersebut seakan-akan memberikan pesan yang tersirat kepada kita bahwa; Pada  zaman sekarang ini “telah” lahir “Tonggaknya Para Aulia dan Peng Khatam (pangkatnya wali) dan  Mataharinya Wali  yang lahir di kawasan Magriby (Maroko). Judul kitab ‘Anqa’u Magrib ini merupakan gaya bahasa atau uslubnya([8]) Ibnu Arabi tentang Al-Magriby (Khatam Al-Magribi) ini.

Materi (2)
JUMLAH WALI MENURUT
SYEKH MAHYUDDIN IBNU ARABI

Menurut Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi jumlah dan jenis kewalian ([9]) itu berjumlah 589 jenis kewalian. Sebagaimana keterangannya berikut ini;
المجموع من الأوليآء الذين ذكرنا أعدادهم فى أول هذا الباب ومبلغ ذلك خمسمائة نفس وتسعة وثمانون نفسا ( 589) منهم واحد لايكون فى كل زمان وهو الختم المحمدى وما بقى فهم فى كل زمان لاينقصون ولا يزيدون . وأما الختم فهذا زمانه وقد رأيناه وعرفناه تمم الله سعادته علمته بفاس سنة خمس وتسعين وخمسمائة (595)  ([10])
Artinya;
Keseluruhan dari wali-wali Allah yang kami sebutkan jumlahnya  pada awal bab mencapai 589 jenis.  Satu diantara mereka  yang tidak pada setiap zaman, yaitu AL KHATMUL MUHAMMADY. Dan adapun selebihnya mereka itu ada disetiap masa tidak berkurang dan tidak bertambah.
 Maka adapun wali al Khatmi itu maka sekaranglah zamannya. Dan sesungguhnya  kami telah mengenalnya (maka)  Allah sempurnakanlah akan kebahagiaannya, aku mengenalnya dinegeri Fas pada tahun 595 H .
Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi dalam karya besarnya (Futuhatul Makiah) menyebutkan jumlah / jenis kewalian itu mencapai 589 jenis kewalian. Dari jumlah tersebut, yang termasuk dalam kategori wali terbesar adalah;


1.      Wali Quthub,
2.    Al-Aimmah,
3.    Al-Autad,
4.    Al-Abdal,                       Wali-wali yang memegang wilayah
5.    An-Nuqaba,
6.    An-Nujaba,
7.    Al-Umana,
8.    Al-Hawariyyun,
9.    Ar-Rajabiyyun,
10.    Rijalul-Ghaib
11.    Rijalul-fath,
12.    Rijalul- 'Ula,
13.    Rijalul-Imdad,
14.    Rijalul-Ma,
15.    Rahmaniyyun,
16.    Az-Zuhhad,
17.    Al-Qurra,
18.    Al-Ahbab,
19.    Al-Muhaddatsun,
20.    Al-Akhilla,
21.    As-Samra,
22.    Al-Waratsah,
23.    Dan lain-lain
Kesemua wali-wali tersebut di atas dijelaskan dengan rinci oleh Syekh Yusuf An-Nabhany dalam kitabnya yang berjudul;
(جامع كرمات الأوليآء)
yang materi pembicaraannya khusus mengenai para wali-wali dan segala macam jenis-jenisnya. Dari sekian banyak jumlah wali-wali tersebut diatas, ada satu wali yang tidak bertambah, yaitu (jenis) wali Khatmul Muhammady (Wali Khatmi). Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi mengaku sudah mengetahui tanda-tanda Wali Khatmi ini sebagaimana pengakuannya berikut ini;
ورأيت العلامة التى له قد أخفاها الحق فيه عن عيون عباده وكشفها الى بمدينة فاس حتى رأيت خاتم الولاية منه ([11])
Dan aku melihat tanda-tanda yang Allah sembunyikan pada dirinya dari pandangan (kasyaf) kebanyakan hamba-hamba-Nya, dan Allah berkenan membukakan (tabir ini) kepadaku dikota Fes Maroko sehingga aku melihat akan pangkat kewalian itu dari  dirinya”.
Dalam pengakuannya tersebut, Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi telah di bukakan oleh Allah tabir hijab (sewaktu di kota Fez Maroko) sehingga dia mengetahui akan figure dan tanda-tanda dari Khatmul Aulia itu yang tidak di ketahui oleh kebanyakan dari hamba-hamba Allah lainnya.
Kita patut bersyukur kepada Allah karena Dia telah memilih di antara sekian banyak hamba-Nya yang dianugerahi kasyaf seperti yang terjadi pada pribadi Ibnu Arabi sehingga dengan perantaraan (karangan)nya jualah kita dapat mengetahui akan gambaran Khatmul Aulia itu sebagaimana tersebut diatas.
Kitab-kitab yang menyebutkan tentang Khatmul Aulia antara lain adalah;
1.      Futuhatul Makiah (Oleh Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi, jilid 1-2-3)
2.      ‘Anqa’u Magrib (Oleh Syekh Mahyuddin Ibnu ‘Araby, Pembahasan khusus tentang Khatmul Aulia)
3.      Insanul kamil (Oleh Syekh Abdul Karim Al-Jailani pada bagian akhir kitab)
4.      Khatmul Aulia (Pembahasan khusus tentang Khatmul Aulia)  Oleh Syekh Muhammad Ali Al-Hakim At-Turmudzi.
5.      Dll. Insya Allah



Materi (3)
KHATMUL WILAYAH AL-MUHAMMADIYYAH
SUMBER PANCARAN ILMU
Khatmul Wilayah Al-Muhammadiyyah yang lazim disebut juga dengan istilah (أبو الفيض) Bapak limpahan atau sumber pancaran ilmu pengetahuan sebagaimana pengakuan Ibnu Arabi berikut ini;
وقد أخذنا نحن عنه علوما جمة بمآخذ مختلفة  ولهذا الروح المحمدى مظاهر فى العالم أكمل مظهره فى قطب الزمان وفى الأفراد , وفى الختم الولاية المحمدى , وختم الولاية العامة الذى هو عيسى عليه السلام ([12])
Artinya;
Dan sesungguhnya kami telah mengambil ilmu yang melimpah darinya ([13]), oleh karena itu Roh Muhammady itu mazdhar pada sekalian alam, sepaling sempurna mazdharnya ialah pada wali quthub sepanjang zaman dan pada wali afrad dan pada wali;
"الختم الولاية المحمدى"  ) أبو الفيض(
Tokoh Khatmul Wilayah Al-Muhammadiyyah ini lah pantulan pertama dari limpahan madadiahnya para Nabi & Mursalin dan memancarkannya lagi kepada Hadhratul Aulia di permukaan bumi ini.
Dikitab Jawahirul Ma’any Wali Al-Khatmi ini disebut dengan sebutan (ابو الفيض) Abul-Faidh ([14]). Dinamakan dengan Abul-Faidh karena beliau adalah  bapak limpahan yang diterima oleh sekalian wali-wali Allah darinya. Artinya  Abul Faidh ini adalah tokoh pertama yang menerima limpahan FAIDHAH yang memancar dari sekalian Nabi-nabi (dan juga Nabi Muhammad SAW) kemudian memancarkannya lagi kepada sekalian wali-wali Allah dipermukaan bumi ini secara rohaniah. Oleh karena itulah tokoh Abul Faidh ini disebut sebagai Bapak Limpahan (Sumber Limpahan) ilmu.
Ungkapan Ibnu Arabi tersebut senada dengan ungkapan Syekh Umar Al-Futi dalam kitab Rimahnya tentang Al-Khatmul Wilayah Al-Muhammadiyyah berikut ini;
إن الفيوض التي تفيض من ذات سيد الوجود صلى الله عليه وسلم تتلقاها ذوات الأنبياء وكل ما فاض وبرز من ذوات الأنبياء تتلقاها ذاتي ومني يتفرق على جميع الخلآئق من نشأة العالم إلى النفخ في الصور
Sesungguhnya semua limpahan yang melimpah dari Zat Sayyidul Wujud (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wa sallam diterima oleh zat para Nabi-nabi, dan tiap-tiap limpahan yang mengalir keluar dari zat para Nabi-nabi mengalir kepada zatku dan dari akulah terpancarnya aliran limpahan itu dari semenjak terciptanya alam ini hingga hari kiamat nanti.
Sebagai gambaran bisa dilihat dalam skema berikut ini;

ختم الأنبيآء   حضرات الأنبياء والرسل

ختم الأوليآء = شمس الأوليآء (أبو الفيض)

حضرات الأوليآء

Dari skema tersebut diatas dapat kita pahami bahwa tokoh Khatmul Aulia ini adalah pertemuan dua sumber madadiah yang diterimanya dari Hadhrat Khatmul Anbiya (Nabi Muhammad) dan Hadharatul Anbiya War Rusul (Nabi-nabi dan Rasul-rasul), kemudian dari beliau (lah) memancarnya limpahan-limpahan itu  kepada seluruh wali-wali Allah SWT di permukaan bumi ini dari sejak terciptanya alam ini hingga hari kiamat nanti. Oleh karena itu beliau dinamai dengan Abul Faidh (bapak semua limpahan) karena beliau ini sudah menjadi wali sejak alam arwah. Limpahan-limpahan inilah yang selalu dirindukan dan didambakan oleh sekalian pengamal tarekat Tijaniah yang tercetus dalam ungkapan harapan mereka yang tertuang dalam bait sya’ir berikut ini;
اَللَّهُمَّ احْشُرْنَا فِي زُمْرَةِ أَبِي الْفَيْضِ التِّــــــجَانِي#
 #وَأَمِدَّنَا بِمَدَدِ خَتْمِ اْلأَوْلِيَآءِ الْكِتْمَانِي
Ya Allah masukkanlah kami kedalam zumrahnya (golongan) Abi Faidh Ahmad bin Muhammad Attijani #
Dan limpahilah kami dengan limpahan yang mengalir dari Khatmil Aulia yang tersembunyi ini#
Ungkapan syauqiyyah ini banyak terdapat dalam kitab manakib Faidhur Rabany Lisy Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani  RA
SEBAB-SEBAB KEKHATAMAN
Syaikhul Imam ‘Ali Atturmudzi mengomentari tentang Asbabul Khitam (sebab-sebab kekhataman) ini sbb;
إعلم أن الله تبارك اسمه اصطفى من العباد أنبيآء وأوليآء وفضل بعض النبيين على بعض : فمنهم من فضله بالخلة ([15]) وآخر بالكلام ([16]) وآخر بالثناء وهو الزبور ([17]) وآخر بإحياء الموتى ([18]) وآخر بالعصمة من الذنوب وحياة القلوب ([19]) حتى لا يخطئ ولايهم بخطيئة وكذلك الأوليآء
Ketahuilah !, bahwasanya Allah Yang Maha Suci Nama-Nya memilih diantara hamba-hamba-Nya para Nabi-nabi dan Wali-wali, dan melebihkan diantara para Nabi-nabi itu atas (Nabi) yang lainnya: Diantaranya ada yang dilebihkan dengan makam Al-Khullah seperti nabi Ibrahim, ada yang dilebihkan dengan makam Al-Kalam, seperti nabi Musa, ada yang dilebihkan dengan makam Ast-Stana, yaitu  seperti kitab zabur nabi Daud, ada yang dilebihkan dengan Dapat Menghidupkan orang mati seperti nabi ‘Isa, ada yang dilebihkan dengan Terpelihara dari sekalian dosa dan dapat menghidupkan hati yang mati,  seperti nabi Muhammad SAW, sehingga terpeliharanya wilayah ke”nabi”an mereka dari pada kesalahan. Maka demikian pula dengan para wali-wali itu.
Jadi jika para Nabi-nabi Allah itu dianugerahi dengan kelebihan masing-masing, maka Wali-wali Allah itu pun demikian pula. Ada yang bergelar wali Gaust, ada wali Quthub, ada wali Nujaba, Ruqaba, Abdal, Autad, dan (gelar-gelar kewalian) lain-lainnya([20]), sampai pada gelar kewalian tertinggi, yaitu Khatmul Aulia (pengkhatam makam kewalian tertinggi). Kesemuanya menunjukkan ketinggian martabat masing-masing wali. Dan Allah telah menentukan dalam ilmu-Nya bahwa dari sekian banyak Nabi dan Rasul itu, akan ada yang dapat anugerah makam Khatmul Anbiya, seperti Nabi Muhammad SAW, demikian pula dari sekian banyak Wali-wali Allah itu akan ada tokoh wali yang memperoleh makam Khatmul Aulia. Dan hal ini tidak menyalahi dengan pertimbangan ‘aqal dan naqal, dan hukum sebab dan akibat. Seperti kalau ada awal, ada akhir, ada permulaan ada kesudahan. Ada yang disebut Awwalul Anbiya (seperti nabi Adam) maka ada yang disebut Khatmul Anbiya (seperti nabi Muhammad SAW). Ada pula istilah Awwalul Aulia, maka ada juga istilah Khatmul Aulia (seperti yang sedang kita bahas sekarang ini).
Ini sudah menjadi ketentuan dari Allah SWT. Adapun sebab-sebab kekhataman itu (menurut hukum aqal) ialah sebagai berikut.
Allah menjadikan;
      Ë  Khatamnya Alam ini dengan tejadinya kiamat kubra,
      Ë  Khatamnya usia manusia dengan kematian,
      Ë  Khatamnya hari dengan tenggelammnya matahari,
      Ë  Khatammnya kenabian dengan diutusnya nabi Muhammad (Khatmul Anbiya) Artinya tidak diutus lagi seorang nabi sesudah nabi Muhammad SAW.
      Ë  Khatamnya pangkat kewalian dengan lahirnya Khatmul Aulia.
Artinya masalah ke”Khatam”an ini sudah sesuai dengan pertimbangan hukum akal. Akal kita meyakini adanya permulaan dan ada kesudahan. Ada awal ada pula akhir. Demikian pula dengan masalah kewalian.
Adapun Khatmul Aulia, tentu saja berbeda dengan Khatmul Anbiya, karena pengertian Khatmul Anbiya itu, yaitu (Nabi Muhammad SAW itu adalah) penutup pangkat dan martabat Nabi-nabi dan Rusul, tidak ada lagi nabi sesudah Khatmul Anbiya ini.
Sedangkan maksud Khatmul Aulia itu hanya nisbah kepada pangkat kewalian saja,  bukan diartikan dengan penutup keberadaan Walinya. Artinya pangkat kewalian tertinggi itu sudah dipegang oleh tokoh Khatmul Aulia ini. Tapi wali-wali Allah akan tetap terus ada hingga kiamat nanti, kecuali jenis Wali Khatam ini.
Seperti yang dikhabarkan dalam kitab “Faidhurrabbani” hal 22: berikut ini;
لأن سيد الوجود صلى الله عليه وسلم أخبره رضى الله عنه يقظة ومشافهة بأنه رضى الله عنه هو الختم المحمدي المعلوم  عند جميع الأقطاب والصديقين
Artinya  :
 Karena Sayyidul Wajud SAW (nama kehormatan untuk Nabi Muhammad SAW) telah mengkhabarkan kepada As-Syekh Ahmad At-Tijani r.a. di waktu Beliau jaga dan berbicara langsung, bahwa As-Syekh At-Tijani r.a. adalah pengkhatam martabat Wali Quthub ummat Nabi Muhammad SAW. Yang sudah dima’lumi di kalangan Wali-wali Quthub dan orang-orang  Siddiqin.



Waliyul Khatmi terbagi pada dua bahagi;
1.      Khatmul Khas, yaitu wali khatam yang dilantik([21]) oleh baginda Rasulullah SAW, dari garis keturunan beliau.
2.      Khatmul ‘Amm, yaitu wali khatam yang bersifat umum yang dipegang oleh nabi ‘Isa AS sesudah beliau turun kedunia ini. Sebagaimana penjelasan berikut.

KHATMUL WILAYAH UMUM
Dan adapun Khatmul Wilayah secara umum dijabat oleh Nabi Isa AS ketika beliau turun kedunia ini, yaitu menjelang hari kiamat nanti.  Banyak keterangan yang menjelaskan akan turunnya kembali nabi Isa AS itu. Dan turunnya nabi Isa itu adalah untuk menegakkan kembali syari’at nabi Muhammad SAW dipermukaan bumi ini. Dengan turunnya beliau itu, maka dikhatamkanlah pangkat kewalian yang khas dan yang amm dengan turunnya beliau itu.
Yang pada hakikatnya kekhataman beliau itu dibawah kekhataman nabi Muhammad SAW pula.  Simak keterangan berikut ini;
وكلامنا فى اللواء الخاص بأمته صلى الله عليه وسلم وللولاية المحمدية المخصوصة بهذا الشرع المنزل على محمد صلى الله عليه وسلم ختم خاص هو فى الرتبة دون عيسى عليه السلام لكونه رسولا وقد ولد فى زماننا ورأيته أيضا واجتمعت به , ورأيت العلامة الختمية التى فيه , فلا ولى بعده إلا وهو راجع اليه  ([22])
Artinya;
Dan adapun perkataan kami pada masalah LIWAUL KHAS dengan ummat Rasulullah SAW dan bagi kewalian ummat Muhammadiyyah yang khusus dengan ini syariat yang diturunkan kepada Muhammad SAW adalah khatam yang khusus, yaitu dia yang dalam martabat (kekhususan) yang selain nabi Isa, karena nabi Isa itu adalah rasul. Dan sesungguhnya dia sudah lahir dizaman kita ini, dan  aku pernah “melihatnya” dan berhimpun dengan dia ([23]). Dan aku melihat tanda-tanda ke”wali khatmi”an padanya. Maka tidak ada wali yang sesudahnya kecuali kembali kepadanya.  (Maksudnya mengambil  madadiah kepada  wali khatmi khas ini).
LIWA’UL KHAS, maksudnya adalah zumrah wali yang menaungi orang-orang yang ketika didunia dahulu mengikutinya.
Liwa’ul Khas ini adalah Liwa’ (panji-panji) yang menaungi para murid-muridnya, para orang-orang yang muhibbin kepadanya dan orang-orang yang ternisbah kepada dirinya.
Ikhwan pengamal tarekat Tijaniah selalu berharap agar dapat bernaung dibawah LIWA’UL KHAS ini sebagaimana yang tertuang pada bait sya’ir berikut ini;
اَللَّهُمَّ احْشُرْنَا فِي زُمْرَةِ أَبِي الْفَيْضِ التِّــــــجَانِي#
 #وَأَمِدَّنَا بِمَدَدِ خَتْمِ اْلأَوْلِيَآءِ الْكِتْمَانِي
Ya Allah masukkanlah kami kedalam zumrahnya (golongan) Abi Faidh Ahmad bin Muhammad Attijani #
Dan limpahilah kami dengan limpahan yang mengalir dari Khatmil Aulia yang tersembunyi ini#
Ibnu Arabi menjelaskan bahwa tokoh Khatmul Aulia ini sudah lahir pada masa ini([24]), bahkan beliau pernah berhimpun dengan dia dan melihat akan tanda-tanda kekhataman (ke”Wali Khatmi”an) pada dirinya.
Jika kita kaitkan pada materi sebelumnya, yang mana kedudukan Makamul Khitam ini sudah terisi dengan dilantiknya Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani sebagai Wali Khatmi, maka ungkapan Ibnu Arabi pada materi ini mengandung suatu isyarat yang halus yang mengarah pada kedudukan makamul khitam itu sendiri. Simaklah pembahasan pada tabel berikut ini;




































KALIMAT BAHASAN
Status Kalimat
Artinya

Bahasan
No
Kalam Khabar
Dan sungguh dia sudah lahir pada zaman ini,

قَدْ وُلِدَ فِى زَمَانِنَا
1


Qad yang masuk kepada fi’il madhi, ma’nanya Littahqiq (Artinya; sungguh-sungguh/atau mengandung pengertian hakikat (Lil hakikat)
قَدْ
2
I’tibar Fi’il yang digunakan adalah fi’il madhi, tapi waktu yang diinginkan adalah masa mudhari’ (masa sekarang)
إعتبار ما كان وإرادة ما يكون
Fi’il madhi lil majhul
وُلِدَ
3
Fi’il yang digunakan pada lafadz (قَدْ وُلِدَ فِى زَمَانِنَا) ini adalah fi’il madhi yang masanya masa madhi (masa telah lewat). Dengan metode ilmu balagah (إعتبار ما كان وإرادة ما يكون)
Barangkali tujuan pengunaan istilah (fi’il madhi) ini agar memudahkan bagi kita, si pembaca (kitabnya) yang sesudah tahun 1150 H atau sesudah kelahiran tokoh Wali Khatmi itu sendiri.
Jadi istilah (ولد) ini belum berlaku sebelum tahun 1150 H keatas atau sebelum kelahiran tokoh Khatmul Aulia itu sendiri.
Karena seandainya Ibnu Arabi menggunakan fi’il Mudhari’ (masa lil hal  atau lil Istiqbal)  misalnya;
وَيُلَدُ فِي زَمَانِنَا
Dan dilahirkanlah ia (Khatmul Aulia) itu pada zaman sekarang ini. Atau akan lahir tokoh Khatmul Aulia ini pada zaman kita sekarang ini.
Maka sudah tentu para pembaca yang sesudah kelahiran Wali Khatmi (1150 H) itu akan bingung dan akan bertanya-tanya; siapa gerangan yang “akan” menjadi Khatmul Aulia, sebagaimana yang diperkirakan oleh Ibnu Arabi itu ?
Hal ini “tidak” akan terjadi apabila Ibnu Arabi menggunakan fi’il Madhi yang bermasa telah lewat.
Dengan pertimbangan pembaca kitab-Futuhatul Makiah-nya sesudah tahun 1150 H dan seterusnya.

Materi (4)
SEBAB-SEBAB LOGIS KEKHATAMAN
Allah menciptakan segala sesuatu dimuka bumi ini beserta dengan sebab-sebabnya. Sebagaimana dunia ini ada permulaannya dan ada juga kesudahannya yang disebut dengan kiamat. Begitu juga dengan masalah kewalian. Ada yang disebut dengan bad’u ada yang disebut khatmu. Khatmu atau Khatmul Wilayah inilah yang menjadi pokok bahasan kita. Ibnu Arabi memaparkan masalah sebab Al-Khatam ini dalam ulasannya berikut ini;
فإن قلت : ما سبب الخاتم وما معناه ؟ فلنقل في الجواب : كمال المقام سببه والمنع والحجر معناه , وذلك أن الدنيا لما كان لها بدء ونهاية وهو ختمها قضى الله سبحانه أن يكون جميع ما فيها بحسب نعتها له بدء وختام ، وكان من جملة ما فيها تنزيل الشرائع ، فختم الله هذا التنْزيل بشرع محمد صلى الله عليه وسلم فكان خاتم النبيين (وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا) وكان من جملة ما فيها الولاية العامة ، ولها بدء من آدم فختمها الله بعيسى فكان الختم يضاحي البدء (إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ) فختم بمثل ما به بدأ ، فكان البدء لهذا الأمر بنبي مطلق وختم به أيضا
ولما كانت أحكام محمد صلى الله عليه وسلم عند الله تخالف أحكام سائر الأنبياء والرسل في البعث العام وتحليل الغنائم وطهارة الأرض واتخاذها مسجدا وأوتي جوامع الكلم ونصر بالمعنى وهو الرعب ، وأوتي مفاتيح خزائن الأرض وختمت به النبوة عاد حكم كل نبي بعده حكم ولي ، فأنزل في الدنيا من مقام اختصاصه ، واستحق أن يكون لولايته الخاصة ختم يواطئ اسمه اسمه صلى الله عليه وسلم ويحوز خلقه، وما هو بالمهدي المسمى المعروف المنتظر ، فإن ذلك سلالته وعترته ، والختم ليس من سلالته الحسية ولكنه من سلالة أعراقه وأخلاقه صلى الله عليه وسلم ([25])
Jika angkau ditanya; Apakah sebab peng “khatam”an dan apa ma’nanya ? Jawablah demikian; Kesempurnaan makam lah sebabnya,  dan alman’u ([26])  dan al hajar ([27]) lah ma’nanya.
Terlahirnya (pemahaman) ke”Khatam’an itu ialah sebagaimana (logikanya) dunia ini ada permulaannya, dan ada pula kesudahannya, yaitu yang disebut dengan KHATAMUDDUNYA / kiamat.
Semuanya sudah Allah tentukan bahwa segala sesuatu yang di ciptakan-Nya bersifat dengan ada permulaan dan ada (pula) kesudahan (ke”khatam”an). Yang demikian itu merupakan dari jumlah turunnya  syari’at-syari’at. Maka Allah mengkhatamkannya dengan syari’at Muhammad SAW, beliau  adalah peng KHATAm sekalian nabi-nabi. Firman Allah (Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu) ([28]). Dan adalah Rasulullah SAW termasuk dalam jumlah wilayah umum (karena beliau adalah Khatmul Anbiya Amm dan Khas). Dan Wilayatul Anbiya sejak nabi Adam AS hingga di khatamkan oleh nabi Isa As([29]).
Adalah Al-Khatam itu menyerupai dengan Al-Bad’u([30]). Firman Allah (Sesungguhnya) misal (penciptaan) ‘Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam ([31]). Maka di Khatamkanlah (tatanan) kenabian itu dengan di turunkannya Nabi ‘Isa (yang tanpa bapak) sebagaimana di mulainya kenabian Adam AS (yang juga tanpa bapak). Artinya si peng-Khatam itu seperti si BAD’U (permulaan) pula.
Maka di mulai  perkara ke”Khatam”an ini dengan nabi yang muthlak dan di akhiri dengan nabi pula.
Dan tatkala hukum-hukum Muhammad SAW disisi Allah merombak (menyempurnakan) hukum sekalian Nabi-nabi Rasul terdahulu, (yang mana) Rasulullah SAW di utus secara umum kepada sekalian manusia, dan halalnya harta rampasan perang dan hukum sucinya permukaan bumi (untuk melaksanakan salat) dan didirikannya mesjid dan (Rasulullah) di beri sekalian kalimah-kalimah ([32]) dan di jauhkan dari ketakutan dan terbuka baginya kunci-kunci perbendaharaan langit dan bumi dan di KHATAM kan dengannya akan kenabian, kembalilah (jadilah) hukum tiap nabi sesudahnya (Rasulullah) akan hukum wali. (maksudnya hukum kebidayahan nabi Adam dan kenihayahan nabi ‘Isa terjadi pada hukum kewali “KHATMI”an ini). Maka Allah menurunkan/ menjadikan pada dunia ini dari makam kekhususannya, dan berhaklah DIA menempati kedudukan WALI KHAS yang di khatamkan padanya dan menyamailah namanya akan nama Nabi (Muhammad) SAW dan DIA menghimpunkan sifat-sifat Rasulullah SAW. Si DIA itu bukan (imam) Mahdi yang di tunggu-tunggu itu, karena Al-Mahdi adalah dari garis keturunan Rasulullah , sedangkan si AL-KHATAM ini bukan dari garis keturunan Rasulullah tetapi DIA berasal dari PANGKAL ASAL dan dari pancaran AKHLAK Rasulullah SAW.
Pada materi ke 4 ini hampir terjawab misteri siapa Khatmul Aulia itu. Ibnu Arabi memberi gambaran bahwa nama si tokoh Khatmul Aulia itu dari salah satu nama Rasulullah SAW. Berikut dikutipkan Nama-nama Rasulullah SAW

أسماء رسول الله صلى الله عليه وسلم
مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم.اَحْمَدُ صلى الله عليه وسلم.حَامِدٌ صلى الله عليه وسلم مَحْمُوْدٌ صلى الله عليه وسلمأحِيْدُ صلى الله عليه وسلم وَحِيْدٌ صلى الله عليه وسلم مَاحٍ صلى الله عليه وسلم حَاشِرٌ صلى الله عليه وسلم عَاقِبٌ صلى الله عليه وسلم طه صلى الله عليه وسلم يس صلى الله عليه وسلم طَاهِرٌ صلى الله عليه وسلم مُطَهَّرٌ صلى الله عليه وسلم طَيِّبٌ صلى الله عليه وسلم سَيِّدٌ صلى الله عليه وسلم رَسُوْلٌ صلى الله عليه وسلم نَِبىٌ صلى الله عليه وسلم رَسُوْلُ الرَّحْمَةِ صلى الله عليه وسلم قَيِّمٌ صلى الله عليه وسلم جَامِعٌ صلى الله عليه وسلم مُقْتَفٍ صلى الله عليه وسلم مُقَفَّى صلى الله عليه وسلم رَسُوْلُ الْمَلاَحِمِ صلى الله عليه وسلم رَسُوْلُ الرَّاحَةِ صلى الله عليه وسلم كاَمِلٌ صلى الله عليه وسلم. إِكْلِيْلٌ صلى الله عليه وسلم مُدَّثِرٌ صلى الله عليه وسلم مُزَمِّلٌ صلى الله عليه وسلم عَبْدُاللهِ صلى الله عليه وسلم. حَبِيْبُ اللهِ صلى الله عليه وسلم. صَفِىُّ اللهِ صلى الله عليه وسلم.  نَجِىُّ اللهِ صلى الله عليه وسلم. كَلِيْمُ اللهِ صلى الله عليه وسلم.خَاتَمُ اْلأَنْبِياَءِ صلى الله عليه وسلم.خَاتَمُ الرُّسُلِ صلى الله عليه وسلم. مُحْيٍ صلى الله عليه وسلم. مُبْحٍ صلى الله عليه وسلم. مُذَكِّرٌ صلى الله عليه وسلم. ناَصِرٌ صلى الله عليه وسلم. مَنْصُوْرٌ صلى الله عليه وسلم. نَبِىُّ الرَّحْمَةِ صلى الله عليه وسلم. نَبِىُّ التَّوْبَةِ صلى الله عليه وسلم حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ صلى الله عليه وسلم مَعْلُوْمٌ صلى الله عليه وسلم شَهِيْرٌ صلى الله عليه وسلم شَاهِدٌ صلى الله عليه وسلم.شَهِيْدٌ صلى الله عليه وسلم مَشْهُوْدٌ صلى الله عليه وسلم بَشِيْرٌ صلى الله عليه وسلم مُبَشِّرٌ صلى الله عليه وسلم نَذِيْرٌ صلى الله عليه وسلم.مُنْذِرٌ صلى الله عليه وسلم نُوْرٌ صلى الله عليه وسلم سِرَاجٌ صلى الله عليه وسلم مِصْبَاحٌ صلى الله عليه وسلم هُدًى صلى الله عليه وسلم مَهْدِىٌ صلى الله عليه وسلم مُنِيْرٌ صلى الله عليه وسلم دَاعٍ صلى الله عليه وسلم مَدْعُوٌّ صلى الله عليه وسلم مُجِيْبٌ صلى الله عليه وسلم مُجَابٌ صلى الله عليه وسلم حَفِىٌّ صلى الله عليه وسلم عَفُوٌّ صلى الله عليه وسلم وَلِىٌّ صلى الله عليه وسلم حَقٌّ صلى الله عليه وسلم قَوِىٌّ صلى الله عليه وسلم أَمِيْنٌ صلى الله عليه وسلم مَأْمُوْنٌ صلى الله عليه وسلمكَرِيْمٌ صلى الله عليه وسلم مُكَرَّمٌ صلى الله عليه وسلم مَكِيْنٌ صلى الله عليه وسلم مَتِيْنٌ صلى الله عليه وسلم مُبِيْنٌ صلى الله عليه وسلم مُؤَمِّلٌ صلى الله عليه وسلم وَصُوْلٌ صلى الله عليه وسلم ذُوْقُوَّةٍ صلى الله عليه وسلم ذُحُزْمَةٍ صلى الله عليه وسلم ذُومَكَانَةٍ صلى الله عليه وسلم ذُوعِزٍّ صلى الله عليه وسلم ذُوفَضْلٍ صلى الله عليه وسلم مُطَاعٍ صلى الله عليه وسلم مَطِيْعٌ صلى الله عليه وسلم قَدَمُ صِدْقٍ صلى الله عليه وسلم رَحْمَةٌ صلى الله عليه وسلم بُشْرًى صلى الله عليه وسلم غَوْثٌ صلى الله عليه وسلم غَيْثٌ صلى الله عليه وسلم غِيَاثٌ صلى الله عليه وسلم.نِعْمَةُ اللهِ صلى الله عليه وسلم هَدِيَّةُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عُرْوَةٌ وُثْقَى صلى الله عليه وسلم صِرَاطُ اللهِ صلى الله عليه وسلم صِرَاطٌ مُسْتَقِيْمٌ صلى الله عليه وسلم ذِكْرُاللهِ صلى الله عليه وسلم سَيْفُ اللهِ صلى الله عليه وسلم حِزْبُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اَلنَّجْمُ الثَّاقِبْ صلى الله عليه وسلم مُصْطَفَى صلى الله عليه وسلم مُجْتَبَى صلى الله عليه وسلم مُنْتَقَى صلى الله عليه وسلم أُمِّىٌّ صلى الله عليه وسلم مُخْتَارٌ صلى الله عليه وسلم أَجِيْرٌ صلى الله عليه وسلم جَبَّارٌ صلى الله عليه وسلم أَبُوالْقَاسِمِ صلى الله عليه وسلم أَبُوالطَّاهِرِ صلى الله عليه وسلم أَبُوالطَّيِّبِ صلى الله عليه وسلم أَبُوإِبْرَاهِيمَ صلى الله عليه وسلم مُشَفَّعٌ صلى الله عليه وسلم شَفِيْعٌ صلى الله عليه وسلم صَالِحٌ صلى الله عليه وسلم مُصْلِحٌ صلى الله عليه وسلم مُهَيْمِنٌ صلى الله عليه وسلم صَادِقٌ صلى الله عليه وسلم مُصَدَّقٌ صلى الله عليه وسلم صِدْقٌ صلى الله عليه وسلم.سَيِّدُ الْمُرْسَلِيْنَ صلى الله عليه وسلم إِمَامُ الْمُتَّقِيْنَ صلى الله عليه وسلم قَائِدُ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِيْنَ صلى الله عليه وسلم خَلِيْلُ الرَّحْمَنِ صلى الله عليه وسلم. بَرٌّ صلى الله عليه وسلم مُبَرٌّ صلى الله عليه وسلم وَجِيهٌ صلى الله عليه وسلم نَصِيْحٌ صلى الله عليه وسلم. ناَصِحٌ صلى الله عليه وسلم وَكِيْلٌ صلى الله عليه وسلم مُتَوَكِّلٌ صلى الله عليه وسلم كَفِيْلٌ صلى الله عليه وسلم شَفِيْقٌ صلى الله عليه وسلم مُقِيْمُ السُّنَّةِ صلى الله عليه وسلم مُقَدَّسٌ صلى الله عليه وسلم رُوحُ الْقُدْسِ صلى الله عليه وسلم.رُوحُ الْحَقِّ صلى الله عليه وسلم رُوحُ الْقِسْطِ صلى الله عليه وسلم كاَفٍ صلى الله عليه وسلم مُكْتَفٍ صلى الله عليه وسلم. باَلِغٌ صلى الله عليه وسلم. مُبَلِّغٌ صلى الله عليه وسلم شَافٍ صلى الله عليه وسلم وَاصِلٌ صلى الله عليه وسلم مَوْصُوْلٌ صلى الله عليه وسلم سَابِقٌ صلى الله عليه وسلم. سَائِقٌ صلى الله عليه وسلم هَادٍ صلى الله عليه وسلم. مُهْدٍ صلى الله عليه وسلم. مُقَدَّمٌ صلى الله عليه وسلم عَزِيْزٌ صلى الله عليه وسلم فَاضِلٌ صلى الله عليه وسلم مُفَضَّلٌ صلى الله عليه وسلم فَاتِحٌ صلى الله عليه وسلم مِفْتاَحٌ صلى الله عليه وسلم مِفْتاَحُ الرَّحْمَةِ صلى الله عليه وسلم مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ صلى الله عليه وسلم عَلَمُ اْلإيْمَانِ صلى الله عليه وسلم عَلَمُ الْيَقِيْنِ صلى الله عليه وسلم دَلِيْلُ الْخَيْرَاتِ صلى الله عليه وسلم مُصَحِّحُ الْحَسَنَاتِ صلى الله عليه وسلم مُقِيْلُ الْعَثَرَاتِ صلى الله عليه وسلم صَفُوحٌ عَنِ الزَّلاَّتِ صلى الله عليه وسلم.صَاحِبُ الشَّفَاعَةِ صلى الله عليه وسلم صَاحِبُ الْمَقَامِ صلى الله عليه وسلم صَاحِبُ الْقَدَمِ صلى الله عليه وسلم مَخْصُوْصٌ بِالْعِزِّ صلى الله عليه وسلم .مَخْصُوصٌ بِالْمَجْدِ صلى الله عليه وسلم مَخْصُوصٌ بِالشَّرْفِ صلى الله عليه وسلم صَاحِبُ الْوَسِيْلَةِ صلى الله عليه وسلم صَاحِبُ السَّيْفِ صلى الله عليه وسلم صَاحِبُ الْفَضِيْلَةِ صلى الله عليه وسلم.صَاحِبُ اْلإزَار صلى الله عليه وسلم ِصَاحِبُ الْحُجَّةِ صلى الله عليه وسلم صَاحِبُ السُّلْطَانِ صلى الله عليه وسلم صَاحِبُ الرِّدَاءِ صلى الله عليه وسلم.صَاحِبُ الدَّرَجَةِ الرَّفِيْعَةِ صلى الله عليه وسلم.صَاحِبُ التَّاجِ صلى الله عليه وسلم صَاحِبُ الْمِغْفَر صلى الله عليه وسلم صَاحِبُ اللِّوَاءِ صلى الله عليه وسلم صَاحِبُ الْمِعْرَاجِ صلى الله عليه وسلم صَاحِبُ الْقَضِيْبِ صلى الله عليه وسلم صَاحِبُ الْبُرَاقِ صلى الله عليه وسلم.صَاحِبُ الْخَاتِمِ صلى الله عليه وسلم صَاحِبُ الْعَلاَمَةِ صلى الله عليه وسلم.صَاحِبُ الْبُرْهَانِ صلى الله عليه وسلم صَاحِبُ الْبَيَانِ صلى الله عليه وسلم.فَصِيْحُ اللِّسَانِ صلى الله عليه وسلم.مُطَهَّرُ الْجَنَانِ صلى الله عليه وسلم رَؤُوفٌ صلى الله عليه وسلم رَحِيْمٌ صلى الله عليه وسلم أُذُنُ خَيْر صلى الله عليه وسلم صَحِيْحُ اْلاِسْلاَمِ صلى الله عليه وسلم سَيِّدُالْكَوْنَيْنِ صلى الله عليه وسلم.عَيْنُ النَّعِيْمِ صلى الله عليه وسلم.عَيْنُ الْغُرِّ صلى الله عليه وسلم سَعْدُ اللهِ صلى الله عليه وسلم.سَعْدُ الْخَلْقِ صلى الله عليه وسلم.خَطِيْبُ اْلأُمَّةِ صلى الله عليه وسلم.عَلَمُ الْهُدَى صلى الله عليه وسلم كاَشِفُ الْكُرَبِ صلى الله عليه وسلم رَافِعُ الرُّتَبِ صلى الله عليه وسلم عِزُّالْعَرَبِ صلى الله عليه وسلم.صَاحِبُ الْفَرَجِ صلى الله عليه وسلم كَرِيْمُ الْمَخْرَجِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

«««««
Pada materi tersebut diatas, hampir saja Ibnu Arabi memecahkan misteri siapa tokoh Khatmul Aulia itu, yaitu dengan menyebutkan diantara tanda-tandanya.
1.      Namanya adalah dari salah satu nama Rasulullah SAW.
2.      Dia bukan dari garis keturunan Rasulullah SAW.
Dari 201 nama Rasulullah tersebut, terdapat didalamnya nama dari tokoh Khatmul Aulia ini. Perkiraan Ibnu Arabi benar. Hanya saja nama yang mana yang dimaksud itu. Dia tidak menentukan nama yang mana yang menjadi nama dari tokoh Khatmul Wilayah ini. Sehingga tokoh Khatmul Aulia itu baginya masih tetap misteri yang tak terungkap. Sehingga dalam fasal-fasal kitabnya terdapat satu fasal yang berjudul ISMUL KHAFI (Nama yang tersembunyi/ISMUL KAHFI). Sebagaimana pembahasan yang akan datang.
Kecuali pada satu hal, Ibnu Arabi menyebutkan bahwa Khatmul Aulia itu “bukan” dari garis keturunan (nasab) Rasulullah SAW. Keterangan Ibnu Arabi ini berbeda dengan keterangan yang terdapat dalam kitab-kitab Tijaniah bahwa Wali Al-Khatam itu dari nasabnya Rasulullah SAW. Tidak kurang dari baginda Rasulullah sendiri yang menyatakan kepada Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani dalam sabdanya berikut ini;
وقال له صلى الله عليه وسلم : نَسَبُكَ اِلَى الْحَسَنِ بْنِ عَلِى صَحِيْحٌ (جوهر المعاني/31/1)
Telah bersabdalah Rasulullah kepada Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani; Nasab (keturunan)mu benar tersambung kepada Hasan bin Ali.
Pengukuhan nasab Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani (si penyandang gelar Khatmul Aulia) ini terjadi pada pertemuan (secara jaga) beliau dengan baginda Rasulullah, Artinya beliau bertemu dengan Rasulullah secara sadar. Bukan pertemuan dalam mimpi.
Tidak mengapa terjadinya perbedaan-perbedaan ini, karena perbedaan itu adalah rahmat. Untuk itu sebaiknya kita kembali kepada Allah dan Rasul-Nya. Firman Allah;
وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukum-Nya.
Memang sudah menjadi ciri khas dari Khatmul Aulia itu, bahwa pribadinya, pangkatnya, namanya, menjadi rahasia Ilahy sehingga tidak mudah diramal ataupun diperkirakan. Ibnu Arabi sendiri mengaku bahwa figure Wali Khatam ini ibarat  salah satu rambut dari sekian banyak bulu rambut tubuh Rasulullah SAW.
Adalah hal yang harus saja pangkat ke”khatam”an itu dipegang oleh orang yang bukan dari kalangan Ahlul Bait Nabi, tapi sebagai keluarga yang paling banyak menerima khazanah ilmu (yang bergelar pintunya ilmu dan kotanya ilmu)([33]) dari Rasulullah, tentu saja sangat patut kalau yang memegang pangkat ke”WALI”an tertinggi ini dari kalangan Ahlul Bait Nabi pula. Tersebut dalam sebuah hadist   Rasulullah SAW (Jawahirul Bihar-251) sbb;
إن الله قسم الخلق قسمين فجعلني في خيرهم قسما فذلك قوله تعالى وَأَصْحَابُ الْيَمِيْنِ وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ فأنا من أصحاب اليمين وأنا خير أصحاب اليمين ثم جعل القسمين أثلاثا فجعلني في خيرهم ثلاثا وذلك قوله فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ وَأَصْحَابُ الْمَشْاَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْاَمَةِ ثم جعل الأثلاث قبائل فجعلني في خيرهم قبيلة فذلك قوله وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ (الآية ) فانا اتقى ولد آدم وأكرمهم على الله ولا فخر ثم جعل القبائل بيوتا فجعلني في خيرهم بيتا فذلك قوله إِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ (الآية)
Rasulullah bersabda; Bahwasanya Allah itu membagi makhluk ini menjadi dua bahagi, maka Allah menjadikan aku termasuk dalam bagian yang terbaik, itulah yang dimaksud dalam Firman-Nya berikut; Dan golongan kanan dan golongan kiri. Maka aku digolongan kanan itu, dan aku adalah yang terbaik digolongan kanan itu, kemudian Allah menjadikan kedua golongan itu menjadi tiga-tiga, maka Allah menjadikan golongan aku adalah golongan tiga yang terbaik, itulah yang dimaksud dengan Firman-Nya berikut; Yaitu golongan kanan. Dan golongan kiri. Alangkah mulianya golongan  kanan itu.  Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Kemudian Allah menjadikan golongan yang tiga-tiga itu menjadi kabilah-kabilah, maka Allah menjadikan aku pada kabilah yang terbaik, itulah yang dimaksud dalam Firman Allah berikut ini;Dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Aku adalah orang yang paling taqwa dari sekalian anak Adam dan sepaling mulia disisi Allah, dan aku tidak membanggakan diri (sombong), kemudian Allah menjadikan kabilah-kabilah itu menjadi rumah-rumah, maka aku termasuk dalam rumah (keluarga) terbaik diantara sekalian rumah-rumah itu. Itulah  yang dimaksud dalam Firman Allah; Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.








RUMUSAN TABEL
وَأَصْحَابُ الْيَمِيْنِ وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ
قسمين
1
فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ وَأَصْحَابُ الْمَشْاَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْاَمَةِ
أثلاثا
2
فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ وَأَصْحَابُ الْمَشْاَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْاَمَةِ
ثلاثا
3
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ
قبائل
4
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ
قبيلة
5
بُيُوْتًا
بيوتا
6
إِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ
بيتا
7

Dengan keterangan dalil tersebut diatas maka sudah jelas bahwa Rasulullah SAW adalah insan termulia didunia dan di akhirat , dan keturunan(Ahlul Bait)nya adalah keturunan yang terbaik yang melahirkan insan-insan terbaik, mereka itu menjadi cerminan pribadi Rasulullah bagi insan di dunia ini. Ada anjuran bagi kita ummat islam untuk menilik kepribadian Rasulullah pada prilaku para Ahlul Baitnya, simak keterangan berikut.
باب إكرام أهل
بيت رسول الله صلى الله عليه وسلم  وبيان فضلهم
 قال الله تعالى إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا الأحزاب وقال تعالى ومن يعظم شعائر الله فإنها من تقوى القلوب الحج وعن يزيد بن حيان قال انطلقت أنا وحصين بن سبرة وعمرو بن مسلم إلى زيد بن أرقم رضي الله عنهم فلما جلسنا إليه قال له حصين لقد لقيت يا زيد خيرا كثيرا رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وسمعت حديثه وغزوت معه وصليت خلفه لقد لقيت يا زيد خيرا كثيرا حدثنا يا زيد ما سمعت من رسول الله صلى الله عليه وسلم قال يا ابن أخي والله لقد كبرت سني وقدم عهدي ونسيت بعض الذي كنت أعي من رسول الله صلى الله عليه وسلم فما حدثتكم فاقبلوا ومالا فلا تكلفونيه ثم قال قام رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما فينا خطيبا بماء يدعي خماء بين مكة والمدينة فحمد الله وأثنى عليه ووعظ وذكر ثم قال أما بعد ألا أيها الناس فإنما أنا بشر يوشك أن يأتي رسول ربي فأجيب وأنا تارك فيكم ثقلين أولهما كتاب الله فيه الهدى والنور فخذوا بكتاب الله واستمسكوا به فحث على كتاب الله ورغب فيه ثم قال وأهل بيتي أذكركم الله في أهل بيتي أذكركم الله في أهل بيتي فقال له حصين ومن أهل بيته يا زيد أليس نساؤه من أهل بيته قال نساؤه من أهل بيته ولكن أهل بيته من حرم الصدقة بعده قال ومن هم قال هم آل علي وآل عقيل وآل جعفر وآل عباس قال كل هؤلاء حرم الصدقة قال نعم رواه مسلم وفي رواية ألا وإني تارك فيكم ثقلين أحدهما كتاب الله وهو حبل الله من اتبعه كان على الهدى ومن تركه كان على ضلالة وعن ابن عمر رضي الله عنهما عن أبي بكر الصديق رضي الله عنه موقوفا عليه أنه قال ارقبوا محمدا صلى الله عليه وسلم في أهل بيته رواه البخاري معنى ارقبوا راعوه واحترموه وأكرموه والله أعلم
(رياض الصالحين الجزء : 1   الصفحة : 106)
Arti(seperlu)nya;
Tersebut hadist mauquf dari Sayyidina Abu Bakar RA; kata beliau; Intailah (hormatilah, muliakanlah)  Muhammad SAW pada )kepribadian(  Ahlul Baitnya.
Dalam hadist/keterangan tersebut diatas, nyata bahwa Ahlul Bait Nabi SAW itu menjadi cerminan untuk semua ummat Nabi SAW di dunia ini. Dengan demikian sungguh pantas sekali kalau pangkat ke”Khatam”an (Khatmul Aulia) ini di pegang oleh para Ahlul Bait pula, karena mereka adalah orang-orang yang tahu banyak tentang kerasulan Muhammad SAW yang tidak diketahui oleh orang-orang selain para Ahlul Bait.  Tokoh Khatmul Aulia yang sedang kita bahas sekarang adalah dari garis keturunan Ahlul Bait Rasul, dari garis keturunan kota ilmu (Rasulullah) dan pintunya (Sayyidina Ali).
Adalah sangat wajar kalau kepemimpinan Wali tertinggi (KHATMUL AULIA) ini kembali dijabat oleh orang-orang yang terpilih itu pula.  Yaitu keturunan yang terbaik dari nabi yang terpilih yang penuh dengan pancaran ilmu dan hikmah. Ibnu Arabi sendiri mengakui bahwa tokoh Khamtul Aulia ini dari garis keturunan yang termulia.

Materi (5)
Siapakah yang berhak menduduki pangkat Khatmul Aulia ini ?.

Simak lah keterangan lanjutan berikut ini;
ومن الذي يستحق خاتم الأوليآء كما يستحق محمد صلى الله عليه وسلم خاتم النبوة ؟ فلنقل فى الجواب : الختم الختمان : ختم يختم الله به الولاية , وختم يختم الله به الولاية المحمدية . فأما ختم الولاية على الإطلاق فهو عيسى عليه السلام فهو الولى بالنبوة المطلقة فى زمان هذه الأمة …. الى …. وأما ختم الولاية المحمدية فهى لرجل من العرب من أكرمها أصلا وبدأ وهو فى زمانا اليوم موجود عرفت به سنة خمس وتسعين و خمسمائة ورأيت العلامة التى له قد أخفاها الحق فيه عن عيون عباده وكشفها الى بمدينة فاس حتى رأيت خاتم الولاية منه ([34])
Artinya;
Siapakah yang berhak menduduki jabatan KHATMUL AULIA  itu, sebagaimana berhaknya Muhammad SAW sebagai KHATMUL ANIBIYA (pengkhatam kenabian) ?. Maka kami jawab; Al Khatmu (wali kahtmi) itu terbagi dua;
1)       Wali Khatmi yang Allah khatamkan kewalian ummat Muhammad kepadanya (secara umum).
2)       Wali Khatmi yang Allah khatamkan kewalian ummat Muhammad kepadanya secara khusus.
 Maka adapun Khatmul Wilayah secara mutlak dijabat oleh nabi Isa AS ([35]), beliau itu adalah wali kerena (pangkat) kenabian ada pada dirinya yang mutlak pada ummat ini. (setiap nabi pasti wali)
Maka adapun Khatmul Wilayah Al Muhammdiah (wali khatmi) maka (pangkat) ini dijabat oleh seseorang berkebangsaan Arab, yang termulia keturunannya dan asal usulnya. Dan dia sudah ada dizaman kita sekarang ini. Aku diperkenalkan kepadanya (secara rohaniah) pada tahun 595 H dan aku melihat tanda-tanda yang Allah sembunyikan pada dirinya dari pandangan kebanyakan hamba-hamba-Nya, dan Allah berkenan membukakan (tabir ini) kepadaku dikota Fes Maroko sehingga aku melihat akan pangkat kewalian itu dari  dirinya”.
Sebagaimana tersebut di atas tadi bahwa Khatmul Wilayah terbagi pada dua macam;
1.      Khatmul Wilayatul Ammah. (Khatmul Wilyah Umum)
2.      Khatmul Wilayah Khas (khusus)
Khatmul Wilayah yang Amm (umum) akan dijabat oleh Nabi Isa AS (sesudah turun kedunia nanti) beliau itu seorang wali karena beliau seorang nabi. Setiap nabi pasti wali, tapi tidak setiap wali itu nabi.
Beliau (nabi Isa AS) adalah pengkhatam seluruh pangkat kewalian karena turunnya beliau itu di akhir zaman otomatis beliau pengkhatam sekalian wali secara Amm.
 Tentang akan turunnya nabi Isa di akhir zaman nanti sudah diberitakan dalam beberapa hadist Rasulullah SAW.
Adapun Khatmul Khas di jabat oleh seseorang yang berkebangsaan Arab, yang termulia keturunannya dan asal usulnya.
Menurut Ibnu Arabi bahwa tokoh Khatmul Aulia ini berasal dari Arab dan nasabnya dari keturunan yang termulia. Siapakah keturunan yang termulia selain keturunan dari nasabnya Rasulullah ?

Materi (6)
PINTU ISMUL KAHFI
أين باب هذا الإسم الخفى على الخلق من أبوابه ؟ . الجواب : بالمغرب . قال رسول الله صلى الله عليه وسلم " لا تزال طائفة من أهل المغرب ظاهرين على الحق الى يوم القيامة " وعليه تطلع الشمس من المغرب عند ما يسدّ باب التوبة ويغلق فلا ينفع نفسا إيمانها ولا ما تكتسبه من خير بذلك الإيمان ……الى ……وجعله الله بالمغرب لأنه محل الأسرار والكتم وهو سر لا يعلمه الا أهل الإختصاص ([36])
Dimanakah pintunya (Ismul Khafi) nama yang tersembunyi pada makhluk ini, dari mana kah pintunya ?.
Jawab; (Pintunya) di Magriby (Maroko), bersabda lah Rasulullah SAW “Senatiasa segolongan ummat dari penduduk Magriby (Maroko), mereka itu selalu   mengamalkan kebenaran sampai hari kiamat”.Dan pada arah barat lah natinya (ketika menjelang kiamat) timbulnya matahari, ketika itu pintu taubat telah ditutup , maka tidak berguna lagi iman seseorang dan tidak diterima lagi semua kebaikan yang dikerjakannya……..dst…….dan Allah telah menempatkan / menjadikan seseorang ([37]) di Magriby, karena kota Magriby ini sebagai tempat rahasia-rahasia dan (tempat) ketersembunyian ([38]). Si “dia” itu adalah rahasia yang tidak diketahui kecuali bagi kalangan khusus (pula).
Ibnu Arabi kembali menyebutkan kekhususan tokoh Wali Khatmi ini dan ketersembunyiannya. Memang benar bahwa tokoh Wali Khatmi adalah tokoh wali yang khusus dan tersembunyi, karena pengangkatan/pelantikan kewalian beliau juga secara khusus, yaitu ketika beliau berjumpa dengan Rasulullah secara jaga dan disaat itulah beliau menerima pangkat Al-Khatam (18 Shafar 1214 H) dari nabi pengkhatam/Khatmul Anbiya untuk Wali Al-Khatam (Khatmul Aulia/ pengkhatam martabat wali-wali). Peristiwa pelantikan ini  biasanya diperingati setiap tahun (oleh Ikhwan Tijaniah) yang disebut dengan ‘Idul Khatmi sebagai tanda syukur kepada Allah atas peristiwa tersebut.
اَلتَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللهِ شُكْرٌ
Menceritakan ni’mat dari Allah itu termasuk tanda syukur.
Acara peringatan tersebut merupakan tanda kesyukuran kita kepada Allah atas dilantiknya beliau sebagai Khatmul Aulia. Pada acara peringatan ‘Idul Khatmi ini biasanya dibacakan kitab manakib tokoh wali khatmi ini oleh para masya’ikh tarekat Tijaniah.

Materi (7)
TABSYIR LEWAT MIMPI IBNU ARABI
Kata Ibnu Arabi selanjutnya ketika beliau ingin menguak tabir tentang tokoh Khatmul Aulia itu,  dengan menceritakan mimpi yang beliau alami   sebagai mana penuturannya berikut ini;
ولقد رأيت رؤيا لنفسي في هذا النوع وأخذتها بشرى من الله فإنها مطابقة لحديث نبوي عن رسول الله صلى الله عليه وسلم حين ضرب لنا مثله في الأنبياء عليهم السلام وفقال صلى الله عليه وسلم : "مثلي في الأنبياء كمثل رجل بنى حائطا فأكمله إلا لَبِنَةً واحدة فكنت أنا تلك اللبنة فلا رسول بعدي ولا نبي" فشبهه النبوة بالحائط , والأنبياء باللبنة التي قام بها هذا الحائط وهو تشبيه في غاية الحسن فإن مسمى الحائط هنا المشار اليه ظهوره إلا باللبن ، فكان صلى الله عليه وسلم خاتم النبيين ، فكنت بمكة سنة (595) أرى يرى النائم الكعبة مبنية بلبن فضة وذهب لبنة فضة ولبنة ذهب  وقد كملت بالبناء وما بقي فيها شي وأنا أنظر اليها والى حسنها ، فالتفت إلى والوجه بين الركن اليماني والشامي أقرب فوجدت موضع لبنتين : لبنة فضة ولبنة ذهب ينقص من الحائط في الصفين في الصف الأعلى ينقص لبنة ذهب ، وفي الصف الذي يليه ينقص لبنة فضة ، فرأيت نفسي قد انتبعت في موضع تلك اللبنتين فكنت أنا عين تيتك اللبنتين وكمل الحائط ولم يبقى في الكعبة شيئ ينقص وأنا واقف أنظر وأعلم أني عين تينك اللبنتين لا أشك في ذلك وأنهما عين ذاتي ، واستيقظت فشكرت الله تعالى وقلت متأولا أني في الأتباع في صنفي كرسول الله صلى الله عليه وسلم في الأنبياء عليهم السلام ، وعسى أن أكون ممن ختم الله الولاية بي ([39])
Artinya;
            Aku telah bermimpi tentang (Khatmul Aulia) ini dan aku jadikan (mimpi) ini sebagai kabar gembira dari Allah, karena mimpi ini telah mensesuai dengan bunyi hadits dari Rasulullah SAW ketika beliau memperumpamakan dirinya dengan Nabi-nabi yang lainnya, maka sabda Rasulullah SAW “ Perumpamaan ku pada nabi-nabi seperti seorang laki-laki yang membangun dinding (Baitullah) maka menyempurnakanlah ia akan satu batu bata (pada dinding Baitullah itu), maka aku adalah batu bata penyempurna dinding (Baitullah)  itu maka tidak ada Rasul dan Nabi sesudah aku” Rasulullah memperumpamakan kenabiannya itu dengan dinding Baitullah.
Adapun nabi-nabi (diumpamakan) seperti susunan bata dari bangunan (Baitullah) itu. Ini adalah sebaik-baik perumpamaan, maka bahwasanya terbentuknya diding itu meng”isyarat”kan nampaknya (susunan) bata-bata. Rasulullah SAW adalah peng’Khatam” sekalian Nabi-nabi dan Rusul.
Ketika aku (Ibnu Arabi) berada di Mekkah tahun 595 H, aku bermimpi (dalam tidur ku) melihat bangunan Ka’bah yang terdiri dari susunan bata-bata dari perak dan emas. Dan sungguh telah sempurnalah bangunan Ka’bah itu, dan aku (terpana) memandang keindahannya, maka (tiba-tiba) terarahlah pandanganku ke arah (antara) rukun Yamani dan Syami (lebih dekat ke arah rukun Syami).
Aku lihat pada deretan susunan batu bata yang teratas kurang bata dari emas, dan pada deretan kedua kurang bata dari perak.
Maka aku melihat diriku (Ibnu Arabi) menjadi kedua buah batu bata (emas dan perak) itu dan menempati tempat yang kurang tadi maka sempurnalah bangunan itu dan tak kurang satu pun darinya. Dan aku tertegun memandangnya dan aku tahu bahwa aku lah yang menjadi kedua buah batu bata (emas dan perak) tadi. Aku tidak ragu, akulah zat kedua buah batu bata tadi. Tiba-tiba aku terbangun (dari tidur ku) aku mengucap syukur kepada Allah lalu menta’wilkan (mimpiku). Aku mengikuti/menyerupai Rasul dalam klasifikasi ke’Khatam”an (Khatmul Wilayah) seperti Rasulullah SAW pada sekalian Anbiya AS.
Dan semoga aku termasuk di antara orang yang Allah khatamkan kewalian itu DENGAN KU.
Ungkapan Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi (pada poin no 7) ini sangat menarik untuk kita ulas isi kandungannya. Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi dengan ungkapan pengharapannya, menggunakan kalimat: عَسَى  . Kalimat yang di pergunakan olehnya menunjukkan bahwa beliau sangat berharap untuk memperoleh makam ini, sehingga beliau mengunakan istilah kalimat;

وعسى أن أكون ممن ختم الله الولاية بي (فتوحات المكية –708-1-)
Semoga aku adalah orang yang termasuk dari yang Allah khatamkan kewalian itu denganku.

Kalimat Bahasan

Thareqahnya
Kategori Kalimat
Kalimat Bahasan
No
للترجيع
Harapan yang mungkin terjadi
إنشاء طلبي
وعسى أن أكون ممن ختم الله الولاية بي
1

Dari ungkapan tersebut nampak beliau berkeinginan untuk meraih makam Al-Khatam ini. Namun beliau samarkan dengan menggunakan kalimat (بي) Karena pada kalimat terakhir beliau menggunakan kalimat (بي) yang artinya denganku. Kalimat (بي) mengandung pengertian kebe”serta”an. Bukan menggunakan kalimat (لي) yang berma’na untukku (untuk kepemilikan)
Jika kita kaitkan dengan materi sebelumnya maka bisa kita ambil kesimpulan bahwa beliau sesungguhnya mengisyaratkan keinginannya untuk bersama dengan tokoh Khatmul Aulia itu, yang tersirat lewat kata (بي), yang artinya; dengan ku. Karena sebelumnya beliau sudah menyatakan pernah bertemu dengannya (secara kasyfiah).

BAHASAN KALIMAT (عَسَى) dan (بِي)
Mathlub
Tamanni
Kata yang dipakai
No
ختم الولاية
Pengharapan yang mungkin terjadi
عَسَى
1
Mana’
Karinah yang dipakai
Kalimat yang dipakai
No
Kebersamaan
Huruf Jar/Ba’ ma’iyah
بِي
2
Dari ungkapan Ibnu Arabi kata-demi kata nampak sekali beliau mengharapkan akan pangkat Khatmul Wilayah ini, namun pada bagian akhir kalimat, beliau tidak menggunakan kata yang bertujuan untuk dirinya. Karena nampaknya beliau sendiri merasa ragu apabila pengakuan itu diarahkan kepada dirinya. Karena walau bagaimanapun pangkat ke”Khatam”an ini harus melalui legalisir dari yang lebih tinggi tingkatannya seperti yang dialami oleh Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani ketika beliau menerima gelar AL-KHATAM ini dari Rasulullah pada 18 Shafar 1214 H.
Jika beliau mengingini (dengan sungguh) akan kepangkatan (Khatmul Aulia) ini untuk dirinya, tentu beliau menggunakan kalimat yang mempunyai pengertian yang lebih terarah pada dirinya, misalnya dengan menggunakan kalimat (لي) seperti pada per”contoh”an berikut ini;
وعسى أن أكون ممن ختم الله الولاية لي
Semoga aku adalah orang yang termasuk dari yang Allah khatamkan kewalian itu untukku.
Kalimat (لي) dalam bahasa Arab mengandung pengertian untuk memiliki (lam littamalluk).
Dengan mengunakan kata (بي) tersebut beliau meng”isyarat”kan bahwa beliau juga termasuk diantara simpatisan (muhibbin) tokoh (Khatmul Aulia) ini.
Adapun kalimat (بي) dalam ungkapan Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi tersebut, terdapat kandungan isyarat yang mengarah kepada tokoh Khatmul Aulia yang lahir pada abad ke 12 hijriah. Karena kalimat (بي) ini nilainya 12.
Kalimat (بي) ini (dihisab dengan hisab jumal) menghasilkan angka 12, dengan perhitungan sebagai  mana pada tabel berikut ini;

TABEL PERHITUNGAN
KALIMAT BIY

No
Kalimat
Huruf
Nilai Perhuruf
Jumlah total
1
بِيْ
ب
2
2 + 10 = 12
2
ي
10

Hasil perhitungan kalimat (بي) (dalam untaian kata Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi) tersebut menghasilkan angka 12. Angka ini meng”isyarat”kan angka abad kelahiran Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani yang lahir pada tahun 1150 H (abad ke 12) di Fez Maroko Al-Magriby.
Dalam buku Kunci Rahmat Ilahi di sebutkan bahwa Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani lahir pada hari Kamis tgl-13- Safar tahun  1150 H atau pada pertengahan abad ke 12.
Tokoh Tijaniah seperti Syekh Ahmad Sukairij ([40]) mengilustrasikan kelahiran Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani ini dengan menyusun bait-bait sya’ir berikut ini;
م) مَوْلاَىَ اَنْتَ الْمُرْتَجَى لِى فِى الْوَرَى         #
                                   وَسِوَاكَ لاَ أَرْجُوْهُ طُوْلَ حَيَاتِى                              و) وَجَّهْتُ آمَـالِى اِلَيْكَ وَحَاشَ  لاَ      #
                                    أَلْقَى مُرَادِى فِى جَمِيْعِ جِهَاتِى                     ل) لَمْ أَحْشَ مِنْ بَيْنِ الْوَرَى كَيْدَ الْـعِدَا   #
                                    مَا دُمْتَ عِنْدِى سَاتِرًا عَوْرَاتِى             د) دُنْيَاىَ تَصْـلُحُ بِالْمَحَبَّةِ فِيْـكَ  وَالْ  #
                                     سَّيِئَاتُ تَرْجِع لِى بِكَمِّ حَسَنَاتِ          ل) للهِ مَا قَدْ نِلْتَـهُ بَيْنَ الْــوَرَى       #
                                   مِنْ رِفْعَةٍ يَا صَفْوَةَ السَّادَاتِ               خ) خَتَمْتَ بِرُتْبَتِكَ الْوِلاَيَةَ وَانْتَهَتْ       #
                                  فِيْكَ السِّيَادَةُ فِى كَمَالِ صِفَاتِ            ت) تَعْنُوْ لَكَ الْقُطَبَآءُ وَاْلأَغْـوَاثُ وَالْ   #
                                   أَبْدَالُ كُلُّهُمْ مَدَى اْلأَوْقَاتِ                 م) مَوْلاَىَ جُدْ لِى بِاْلأَمَانِ وَبِالرِّضَى      #
                                    فَعَلَى النَّبِىِّ وَعَلَيْكَ خَيْرُ صَــلاَةِ
Setiap huruf awal dari bait sya’ir tersebut di atas membentuk kalimat (Maulidul Khatmi) berikut ini;
مولد الختم
Kalimat Maulidul Khatmi ini menghasilkan jumlah (1150) yang sama dengan tahun kelahiran Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani, yaitu 1150 H. Atau abad ke 12 H. Dengan penghitungan sebagaimana pada tabel berikut ini;























TABEL PERHITUNGAN
KALIMAT MAULIDUL KHATMI
Kalimat
Huruf Kalimat
Nilai Perhuruf
Kalimat
مولد الختم
مولد الختم
م
40


Nilai Total Peruruf
1150


و
6
ل
30
د
4
ل
30
خ
600
ت
400
م
40
مولد الختم
Jumlah
1150

Maka dengan demikian, artinya tokoh Khatmul Aulia (Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani) ini sudah di ramalkan kedatangannya oleh Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi beberapa abad sebelumnya, kemudian di perjelas lagi oleh Syekh Ahmad Sukairij dalam kitabnya antara lain seperti Kasyful Hijab, dll.

Sya’ir mahabbah
Ahmad Tijani Waliyul Khatmi
Wali penutup pangkatnya wali
Baik yang dulu maupun kini
Dibawah qadam ([41]) Ahmad Tijani

Ahmad Tijani Waliyul Katmi
Pangkatnya tinggi dan tersembunyi
Yang tau ini hanyalah Nabi
Kita pun wajib mempercayai
Sebagai gambaran ketinggian makam Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani, tersebut dalam Addurratul Kharidah sbb;
فأخبره سيد الوجود صلى الله عليه وسلم : أن الشيخ عبد القادر والحاتمي (الشيخ محي الدين ابن عربي) مقامهما أعلى من جميع الأولياء وأخبرني شيخنا رضى الله عنه أنه زاد على الشيخين المذكورين في المقام بأمر لم يصلاه ولم يظفرابه (الدرة الخريدة/55/1/)
Telah mengkhabarkan Sayyidul Wujud SAW kepadanya (Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani); Bahwasanya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi, makam keduanya lebih tinggi dari sekalian wali-wali, dan mengkhabarkan (Sayyidul Wujud SAW) kepadanya (Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani) bahwasanya makamnya lebih tinggi dari keduannya dengan perkara yang tidak bisa digapai oleh keduanya.
Dalam keterangan lainnya yang tersebut dalam kitab Rimah, Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi (juga) mengungkapkan dua bait sya’ir berikut:

بِنَا خَتَمَ الله ُالْوِلاَيَةَ فَانْتَهَتْ &  اِلَيْنَا فَلاَ خَتْمَ يَكُوْنَ لِمَنْ بَعْدِى
وَمَا فَازَ بِالْخَتْمِ الَّذِى لِمُحَمَّدٍ & مِنْ أُمَّتِهِ وَالْعِلْمِ اِلاَّ اَنَا وَحْدِى
Kamilah yang dijadikan penutup kewalian oleh Allah SWT. Kewalian itu berakhir pada kami. Karena itu tak ada lagi martabat khatam sesudah aku. Dan tak ada ummat Muhammad SAW yang beruntung memperoleh martabah khatam kecuali aku sendiri”.
Kalimat bina dalam bait sya’ir tersebut mengisyaratkan tokoh Khatmul Aulia itu sendiri dengan keterangan sebagai berikut;
Kalimat bina (بِنَا) ini jika dihisab per”huruf”nya akan menghasilkan angka yang sama dengan jumlah nilai perhuruf dari kalimat Ahmad (احمد) dengan perhitungan sebagaimana pada tabel berikut ini;
TABEL PERHITUNGAN
KALIMAT AHMAD DAN BINA

Kalimat
Huruf
Nilai
Kalimat
Huruf
Nilai
احمد
ا
1
بنا
ب
2
ح
8
ن
50
م
40
ا
1
د
4
Jumlah
53
Jumlah
53

Dengan adanya kesamaan perhitungan (antara jumlah nama Ahmad dan kalimat Bina) ini maka ungkapan([42]) ini (pada hakikatnya) di ucapkan oleh tokoh Khatmul Aulia itu sendiri lewat figurnya Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi sebagai tabsyir (kabar gembira) kepada kita.
Jadi kalimat Bina Khatamallah….. dst… itu dengan  penafsiran (kira-kira) sebagai berikut;
بِنَا خَتَمَ اللهُ اَيْ بِ"اَحْمَدَ" خَتَمَ اللهُ الْوِلاَيَةَ الْمُحَمَّدِيَّةَ فَانْتَهَتْ الخ
Dengan kami lah Allah khatamkan, (maksudnya dengan “Ahmad”lah)  pangkat kewalian ummat Muhammad itu berakhir.
Hal ini tidaklah mengherankan, karena tokoh Khatmul Aulia (Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani) itu adalah Abul Faidh. Beliau adalah bapak  sekalian limpahan yang di limpahkan kepada semua wali-wali, yang (senatiasa) beliau terima dari Hadhratun Nabiyyin wal Mursalin secara gaib.
Beliau adalah tokoh yang di istilahkan (oleh Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi) dengan Wilayah Syamsiyyah (wali yang melimpahkan cahaya limpahan, seperti matahari melimpahkan cahayanya kepada bulan). Adapun para wali-wali yang lain, di ibaratkannya dengan wilayah Al-Qamariah (wali-wali yang senantiasa menerima sinaran dari matahari) sebagaimana digambarkan pada skema berikut ini;




  خاتم الأنبيآء محمد صلى الله عليه وسلم
                                 الأنبيآء والرسل
   خاتم الأوليآء = ولاية الشمسية  =  شمس الأوليآء وختم المغرب
       جميع الأوليآء  = ولاية القمر
Istilah Wilayah Asy Syamsiyyah dan Wilayah Al-Qamariah ini di populerkan oleh Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi dalam kitabnya yang berjudul Fushus. Kitab ini secara jelas menggambarkan tentang kedudukan dan ke“tokoh”an Khatmul Aulia itu (sebagai perentara limpahan dari semua limpahan yang di terimanya dari Hadhratun Nabiyyin dan Mursalin kemudian melimpahnya lagi kepada para wali-wali). Oleh karena itu Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi mengambil istilah dengan Wilayah Asy Syamsiyyah dan Wilayah Al-Qamariah sebagaimana keterangannya berikut ini;
وَوِلاَيَتُهُ هِىَ الْمُسَمَّاةُ بِالْوِلاَيَةِ الشَّمْسِيَّةِ وَوِلاَيَةُ سَائِرِ اْلأَوْلِيَآءِ تُسَمَّى بِاْلوِلاَيَةِ الْقَمَرِيَةِ لأَنَّهَا مَأْخُوْذَةٌ مِنْ وِلاَيَتِهِ مُسْتَفِيْدَةٌ مٍنْهَا كَنُوْرِ الْقَمَرِ مِنَ الشَّمْسِ ([43])
“ Adapun wilayah kewaliannya ( Khatmul Aulia ) itu dinamakan (pula) dengan Matahari Kewalian, sedangkan wilayah wali-wali lainnya itu  dinamakan dengan Bulan Kewalian, karena kewalian para wali-wali itu ibarat bulan yang selalu menerima cahaya limpahan dari Kewalian Matahari. Seperti bulan mengambil cahaya dari matahari”.
Ungkapan Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi senada dengan Syekh Muhammad bin Abdullah dalam kitabnya yang berjudul Fathurrabbany hal-21  berikut ini;
لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَهُ بِأَنَّهُ هو القطب المكتوم و"الْخَاتِمُ الْمُحَمَّدِيُّ" المعلوم , اَلْمُمِدُّ لِجَمِيْعِ الْأَوْلِيَآءِ مِنْ لَدُنْ آدَمَ اِلَى النَّفْخِ فِي الصُّوْرِ وهذا كما ترى يَسْتَلْزِمُ أن يكون مَقَامَهُ فَوْقَ جَمِيْعِ مَقَامَاتِ الْأَوْلِيَآءِ , لأنه ما من صفة جمالية أو جلالية نالها الأوليآء إلا وَقَدْ أَمَدَّهُمْ بِهَا هَذَا الْقُطْبُ الْكَبِيْرُ مِنْ حَضْرَةِ سَيِّدِ الْوُجُوْدِ صلى الله عليه وسلم وَمِنْ حَضَرَاتِ إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْن عليهم الصلاة والسلام
Karena Nabi SAW mengkhabarkan kepadanya bahwasanya dia adalah QUTHUB yang TERSEMBUNYI dan PENGKHATAM pangkat kewalian yang di ma’lumi, yang melimpahkan limpahan-limpahan kepada sekalin wali-wali dari masa nabi Adam hingga hari kiamat nanti. Dan ini sebagaimana telah engkau lihat dan ketahui, bahwa sudah pasti makamnya itu lebih tinggi dari sekalin wali-wali, karena tidak satupun dari sifat keelokan dan sifat kemuliaan yang yang di capai oleh para wali-wali itu kecuali melewati limpahan (di limpahkan) oleh wali quthub besar([44]) ini yang bersumber dari limpahan Rasulullah SAW dan limpahan para Nabi-nabi salawat dan salam kepada mereka.
Beberapa keterangan di atas memberikan gambaran yang cukup jelas tentang KEDUDUKAN dan kepangkatan Khatmul Aulia itu. Siapakah si dia itu ?.
Dia adalah Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani yang lahir pada abad ke 12 hijriah/1150 H di kota Fez negara Maroko Al-Magriby. Beliau lah yang “secara resmi” menduduki pangkat tertinggi (Al-Khatam dan Al-Katam) ini yang PANGKATNYA di kukuhkan oleh Rasulullah kepadanya secara jaga ([45]) pada tanggal 18 Shafar tahun 1214 H. Dengan dilantiknya Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani maka resmilah beliau menduduki makam Al-Khatmul Muhammadiyul Ma’lum. Sekaligus terjawablah sudah mesteri Khatmul Aulia yang sebelumnya diberitakan (hingga diakui) oleh beberapa orang tokoh islam.
Dalam hal ini kita ummat islam, tentu saja kita wajib tunduk pada ketentuan yang ada,  sebagai konsepsi dasar islam, ya’ni Al-Qor’an;
)وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا)
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhnlah dia sesat,sesat yang nyata.
           
Kemudian timbul pertanyaan. Tidakkah yang di maksud Khatmul Aulia itu adalah Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi sendiri, atau mengarah pada tokoh yang lain?.
Karena beliau pernah bermimpi melihat ada dua buah batu dinding Baitullah yang kurang. Kemudian (dalam mimpinya itu) seolah-olah dia lah yang menjadi kedua buah batu untuk melengkapi kekurangannya itu, sehingga tidak ada lagi kekurangan pada dinding baitullah itu. Dan mimpinya itu di ta’wilkan olehnya sebagai isyarat bahwa pribadinyalah yang di maksud dengan Khatmul Aulia itu.
Mimpi Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi itu benar. Karena mimpi adalah salah satu bagian dari mu’jizat ke”nabi”an sebagaimana tersebut dalam kitab Syu’bul Iman hal-189 – jilid – 4 sebagai berikut;
قال رسول الله ص رؤيا المؤمن جزء من ستة وأربعين جزءا من النبوة رواه مسلم في الصحيح عن محمد بن رافع عن عبد الرزاق .
Bersabda Rasulullah SAW; Mimpinya orang mu’min (mimpi yang baik) itu adalah satu bagian dari 46 macam (bukti)  mu’jizat kenabian.
Jelasnya mimpinya Ibnu Arabi itu benar atas dasar hadist Rasulullah SAW tersebut.
Mimpi orang yang saleh merupakan kabar gembira, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Sebagaimana yang di maksud dalam hadist berikut ini;
أخبرني عمرو بن الحارث أن دراجا أبا السمح حدثه عن عبد الرحمن بن جبير عن عبد الله بن عمرو بن العاص عن رسول الله ص أنه قال لهم البشرى في الحياة الدنيا الرؤيا الصالحة يبشر بها المؤمن من جزء من ستة وأربعين جزءا من النبوة فمن رأى ذلك فليخبر بها وادا ومن رأى سوى ذلك فإنما هو من الشيطان ليحزنه فلينفث عن يساره ثلاثا وليسكت ولا يخبر بها أحدا
Telah mengkhabarkan kepadaku Amar bin Harist ……..dst…….Rasulullah bersabda; Bagi mereka ada kabar gembira ketika di dunia, yaitu mimpi yang “benar” yang Allah beritakan lewat mimpi orang yang mu’min (saleh) yang merupakan bagian dari 46 macam (bukti)  mu’jizat kenabian.(Mu’jizat Rasulullah SAW). Maka barang siapa yang mimpi (nya) benar maka ceritakanlah mimpi nya itu dengan perlahan-lahan, dan barang siapa yang mimpi (nya) buruk maka jangan diceritakan kepada siapapun karena mimpi (buruk) ini dari syaitan agar kita berduka, maka hendaklah berludah (kecil) kekiri tiga kali.
Berdasarkan keterangan hadist tersebut diatas, mimpi yang di alami oleh Ibnu Arabi merupakan tabsyir (kabar gembira) atau isyarat akan kedatangan Khatmul Aulia itu.
Dengan demikian maka kita tau wacana tentang Khatmul Aulia ini melalui tokoh Ibnu Arabi.
            Lalu bagaimana dengan cerita “mimpi” Ibnu Arabi dengan peristiwa pelantikan Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani “secara bangun” jika ditinjau dari posisi kedudukan hukumnya. Menurut pertimbangan aqal dan naqal peristiwa yang dialami secara “sadar” lebih kuat kedudukannya dibanding dengan peristiwa “mimpi” yang dialami oleh Ibnu Arabi.
Karena;
  1. Berita (Khatmul Aulia) yang dialami oleh Ibnu Arabi bersifat mimpi, sedangkan peristiwa yang terjadi pada Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani dialaminya secara jaga([46])
  2. Peristiwa pelantikan Makamul Khatmi kepada Syekh Ahmad Tijani itu terjadinya sesudah masanya Ibnu Arabi([47]), dengan demikian berlakulah qaidah ushuliah;
رَفْعُ حُكْمٍ شَرْعِيٍ بِدَلِيْلٍ شَرْعِيٍ مُتَأَخِّرٍ
Menghapus/mengangkat hukum syara’ dengan dalil yang datang kemudian
3.      Jenjang bertemu Nabi SAW secara jaga itu, harus melalui pertemuan secara mimpi lebih dahulu. (menurut umum yang terjadi).
4.      Pertemuan Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani secara jaga, adalah pertemuan dengan dialog dan terjadinya peristiwa pelantikan makam Al-Khatam itu  pada dirinya secara jaga.
5.      Makalah yang disampaikan oleh Ibnu Arabi tentang Khatmul Aulia (justru) mengarah kepada tokoh Khatmul Aulia itu sendiri.
Bahkan alam/tempat kelahiran Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani yang bernama, ‘Ainu Madhi, juga turut serta menjadi pendukung dan menjadi saksi bisu atas keberadaan Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani.
Ainu Madhi ((عين ماضى adalah tempat kelahirnya Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani pada tahun 1150 H. Bumi yang bernama Ainu Madhi di Fez Maroko itu menjadi saksi bisu atas kelahirannya. Kalimat Ainu Madhi menurut arti harfiah adalah benda yang sudah ada. Artinya, ma’na kalimat ini bersesuaian dengan keberadaan Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani yang memang sudah menjadi wali sejak alam arwah.
Artinya; (‘Ain) Kewaliannya sudah (Madhi) ada sejak alam arwah.  Sebagaimana halnya Rasulullah yang sudah menjadi Nabi sejak alam arwah. Seperti sabdanya;
كُنْتُ نبَيِاًّ وَآدَمَ بَيْنَ الْمَاءِ وَالطِّيْنِ
“ Aku sudah menjadi nabi semenjak Nabi Adam antara air dan tanah, (dalam proses penciptaan)”.
Demikian pula halnya dengan tokoh Khatmul Aulia ini, ia sudah menjadi wali sejak alam arwah. Jadi nama tempat kelahirannya tersebut seolah-oleh memberitahukan kepada kita bahwa tokoh Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani itu adalah Wali Qadami dan Wali Khatmi.
Dinamakan Wali Qadami karena ia sudah menjadi wali sejak alam arwah, artinya kewaliannya mendahului jasad fisiknya, dinamakan Wali Khatmi karena ia adalah penutup “pangkat martabat” kewalian tertinggi dari semua tingkatan kewalian.

Materi (8)
KE”WALI KHATMI”AN NABI ISA AS
Adapun mengenai kepangkatan ke”wali khatmi”an yang dijabat oleh nabi Isa  AS dapat di simak dalam keterangan berikut ini;
ثم أن عيسى إذا نزل الى الأرض فى آخر الزمان أعطاه ختم الولاية الكبرى من آدم الى آخر نبيّ تشريفا لمحمد صلى الله عليه وسلم حيث لم يختم الله الولاية العامة فى كل أمة إلا برسول تابع إياه صلى الله عليه وسلم وحينئذ فله ختم دورة الملك وختم الولاية أعنى الولاية العامة فهو من الخواتم فى العالم , وأما خاتم الولاية المحمدية وهو الختم الخاص لولاية أمة محمد الظاهرة فيدخل فى حكم ختميته عيسى عليه السلام وغيره كإلياس والحضر وكل ولي لله تعالى من ظاهر الأمة ، فعيسى عليه السلام وإن كان ختما فهو مختوم تحت ختم هذا الختام المحمدي عيسى عليه السلام وغيره كإلياس والحضر وكل ولى لله تعالى من ظاهر الأمة , فعيسى عليه السلام وإن كان ختما فهو مختوم تحت ختم هذا الخاتم المحمدى , وعلمت حديث هذا الختم المحمدى بفاس من بلاد المغرب سنة  أربع وتسعين وخمسمائة (594) عرفنى به الحق وأعطاني علامته ولا أسميه ومنزلته من رسول الله صلى الله عليه وسلم منزلة شعرة واحدة من جسده صلى الله عليه وسلم ولهذا يشعر به إجمالا ولا يعلم به تفصيلا إلا من أعلمه الله به أو من صدقه إن عرفه بنفسه في دعواه ذلك ([48])
Kemudian bahwasanya Nabi Isa AS apabila turun kedunia ini (pada akhir zaman nanti) maka Allah akan memberinya pangkat kewalian (Khatmul Wilayatil Kubra) dari masa Nabi Adam hingga keakhir nabi, karena memuliakan akan kepangkatan Nabi Muhammad SAW, sekira-kira tidak Allah khatamkan wilayah (kubra) ini pada tiap-tiap ummat kecuali mengikut dengan Rasul (Isa AS) yang mengikut akan syari’at nabi Muhammad SAW.
Maka ketika itu baginya (nabi Isa AS) menjabat Khatmul Wilayah ([49])  dan Khatmul Wilayah Amm, maka bahwasanya nabi Isa itu adalah PENGKHATAM kewalian di alam ini.
Adapun Al-Khatimul Wilayah ummat Muhammad itu, dia adalah Khatmul Wilayah Khas (yang khusus) yang nyata bagi ummat Muhammad dan ke”Khatam”annya masuk dalam kekhataman nabi Isa AS. (Yang pada hakikatnya ke”KHATAM”an nabi Isa AS dan ke “Khatam”an Khatmul Wilayah Khas itu tetap dibawah ke”Khatam”an nabi Muhammad SAW). Semua kekhataman itu menunjukkan ketinggian derajat Ke”KHATAM”an nabi kita Muhammad SAW.
Adalah nabi Isa AS dan yang lain darinya, seperti nabi Ilyas dan Al-Hidhir dan wali-wali Allah ummat Rasul yang zahir, maka nabi Isa AS (sekalipun beliau) adalah PENGKHATAM kewalian dari ummat Muhammad , namun keberadaan dan kekhataman nabi Isa AS itu (nisbah waktunya) adalah “sesudah” Khatmul Wilayah Khas ini([50]). Aku (maksudnya Ibnu Arabi) di beritahu   cerita (hadist) tentang Khatmul Muhammady ini ketika aku di Fez di negeri (Maroko) pada tahun 594 H, aku di perkenalkan dengannya oleh Al-haq (Allah) dan Ia berkenan memberitahu akan tanda-tandanya tapi tidak di beritahukan siapa namanya. Pangkatnya (manzilahnya) dari Rasulullah SAW, (DIA) seperti salah satu rambut dari sekian banyak bulu rambut tubuh Rasulullah SAW, oleh karena itu aku di beri isyarat (tentang dirinya) secara jumlah (saja) tidak secara terperinci,  kecuali  bagi orang-orang yang Allah beritahu tentang dirinya atau orang-orang yang membenarkan prihalnya, jika seseorang  mengetahui dengan dirinya (Khatmul Khas)  pada pengakuannya.
Jadi sudah jelas tentang ke”Khatmul Aulia”an Nabi Isa AS dan ke”Khatmul Aulia”an wali khas ini. Dalam pengakuan Ibnu Arabi bahwa beliau hanya mengetahui tentang ke”Khatam”an ini secara jumlah saja, tidak secara terperinci. Menurutnya, si (DIA) bagaikan salah satu rambut dari sekian banyak bulu rambut tubuh Rasulullah SAW. Ungkapan Ibnu Arabi ini menunjukkan ke”KATAM”an (ketersembunyian) tokoh Wali Khatmi ini. Oleh karena itu tokoh Wali Khatmi ini disebut pula dengan Wali Katmi, artinya wali yang tersembunyi.
Kedua istilah ini sangat dikenal dalam kalangan Tijaniyyin, mereka sering menyebutnya secara bersamaan;
اَللَّهُمَّ احْشُرْنَا فِي زُمْرَةِ أَبِي الْفَيْضِ التِّــــــجَانِي#
 #وَأَمِدَّنَا بِمَدَدِ خَتْمِ اْلأَوْلِيَآءِ الْكِتْمَانِي

Sebutan ringkasnya sebagai berikut;
1.      Wali Khatmi, dan
2.      Wali Katmi
Beliau (Ibnu Arabi) sendiri mengaku tidak tahu nama (persis)nya hanya mengetahui bahwa nama si Wali Khatam itu dari (diantara) nama Nabi Muhammad SAW, itu saja.   

TABEL KHATMUL AULIA
Bangsa
Lahir
Kategori Kewalian
Nama
Jenis Wali
No
Golongan kenabian
Akan turun kedunia menjelang kiamat
Amm
Isa AS
Khatmul Aulia
1
Ahlul Bait/AlHasany
1150 H wafat 1230 H
Khas
Ahmad bin Muhammad Attijani
Khatmul Aulia
2

Dari tabel diatas kita dapat gambaran yang jelas bahwa kedudukan kedua  jenis Khatmul Aulia tersebut.





PEMBAHASAN KHUSUS
Landasan Dasar
Kategori
Tahun Dilantik
Nama Pemegang
Jenis Wali
No
Tafsir Shawi hal-295-juz 1 (tentang 3 macam wahyu)
Wahyu Yang Ke 3
18-Shafar 1214 H
Ahmad bin Muhammad Attijani
Khatmul Khas
1

Materi (9)
PERTEMUAN DI BUSTAN BIN HIWAN

Pada materi ke 9 ini Ibnu Arabi mengaku pernah bertemu dengan tokoh Khatmul  Aulia (Quthbuz Zaman) itu disuatu tempat yang bernama Bustan bin Hiwan. Ditahun yang ketika itu tokoh wali Khatam itu sendiri belum lahir secara fisik. Pertemuan ini disebut dengan pertemuan kasyfiah, artinya Ibnu Arabi dibukakan oleh Allah kasyaf sehingga beliau mengetahui dengan tokoh Quthbuz Zaman sebagaimana keterangan berikut ini;
ولما اجتمعت به عرفته بذلك فتبسم وشكر لله تعالى ، وكذلك اجتمعت بقطب الزمان سنة ثلاث وتسعين وخمسمائة بمدينة فاس أطلعنى الله عليه فى واقعة وعرفنى به فاجتمعنا يوما ببستان بن حيوان بمدينة فاس وهو فى الجماعة لا يؤبه له فحضر فى الجماعة وكان غربيا من أهل بجاية أشل اليد ([51])
Dan tatkala aku berhimpun dengannya, aku telah mengenali tentang ke”KHATAM”annya  dan IA tersenyum dan mengucap syukur kepada Allah SWT, demikian pula tatkala aku bertemu  dengan wali Quthbuz Zaman pada tahun 593 H maka (ketika itu) Allah telah memberiku anugerah kasyfiah (keterbukaan) dan aku melihat dengannya ([52]) itu maka kami (pun) berhimpun dengannya di tempat (Bustan bin Hiwan) di kota Fez, dia berada dalam suatu jemaah yang (tidak pulang karena) menunggunya, maka IA pun hadir di tengah-tengah jemaah itu, DIA asing namun teristimewa diantara  mereka yang hadir  ([53]) itu.
            Pertemuan Ibnu Arabi dengan tokoh Quthbuz Zaman([54]) ini adalah pertemuan kasyfiah. Artinya Ibnu Arabi bertemu dialam (keterbukaan mata) batin dengan tokoh tersebut.
Pengalaman rohaniah Ibnu Arabi tersebut menjadi panduan bagi kita untuk mengenali Wali Quthbuz Zaman ini, lewat berita yang tertuang dalam banyak karangannya. Hampir semua kitab yang membicarakan masalah Khatmul Aulia ini mengacu pada kitab Ibnu Arabi. Walaupun diantara kitabnya ada indikasi (pengakuan dirinya akan pangkat Al-Khatam ini) yang mengarah pada pribadinya, seperti misalnya;
ردني برداء الكتم فإني انا الختم ( عنقاء مغرب )
Pakaikan aku dengan pakaian “Al-Katam” maka sesunguhnya aku adalah “Al-Khatam” itu.
Namun nampaknya Ibnu Arabi tidak pernah mantap dalam pengakuannya ini karena tidak ada hal-hal yang mendukung yang meyakinkan dirinya atas pengakuan ini seperti misalnya pelantikan gelar itu atas dirinya, sebagaimana yang terjadi pada pribadi Ayekh Ahmad bin Muhammad Attjiani.
Oleh sebab itu, sebagai konklusi (dari penulis Alm H.Ibrahim) semua yang berkenaan dengan pembicaraan Al-Khatam([55]) dari Ibnu Arabi adalah isyarat kepada Khatmul Aulia yang sesungguhnya, yaitu Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani Al-Magribi ([56]).
Pernah suatu ketika Ibnu Arabi dengan riang melantunkan Nasyid yang intinya mengakui akan ke”Khatam”an ini untuk dirnya, katanya;

بِنَا خَتَمَ الله ُالْوِلاَيَةَ فَانْتَهَتْ &  اِلَيْنَا فَلاَ خَتْمَ يَكُوْنَ لِمَنْ بَعْدِى
وَمَا فَازَ بِالْخَتْمِ الَّذِى لِمُحَمَّدٍ & مِنْ أُمَّتِهِ وَالْعِلْمِ اِلاَّ اَنَا وَحْدِى
Kamilah yang dijadikan penutup kewalian oleh Allah SWT. Kewalian itu berakhir pada kami. Karena itu tak ada lagi martabat khatam sesudah aku. Dan tak ada ummat Muhammad SAW yang beruntung memperoleh martabah khatam ini kecuali aku sendiri”.([57])
Seusai bernasyid tiba-tiba terdengar olehnya suara teguran dari alam gaib (suara yang tidak nampak wujud orangnya);
ليس لك ما ظننت وتمنيت وإنما هو لولي في آخر الزمان ليس ولي أكرم على الله تعالى منه . فعند ذالك قال سلمت الأمور إلى خالقها (الرماح /13/2)
Bukan untukmu apa yang engkau inginkan itu (dari pangkat Wali Khatmi) tetapi pangkat ini untuk wali akhir zaman, tidak ada wali yang termulia disisi Allah selain dia. Maka katanya; Saya serahkan perkara ini kepada Penciptanya.
Teguran atas pengakuan Ibnu Arabi tersebut, semakin memperjelas kedudukan Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani sebagai Khatmul Auliail Muhammady.

Materi (10)
definisi KHATMUL AULIA

Defenisi Khatmul Aulia itu menurut Ibnu Arabi ialah;
الختم الخاص هو المحمدي ختم الله به الأولياء المحمديين أي الذين ورثوا محمدا صلى الله عليه وسلم وعلامته في نفسه أن يعلم قدر ما ورث كل ولي محمدي من محمد صلى الله عليه وسلم فيكون هو الجامع علم كل ولي محمدي لله تعالى ، واذا لم يعلم هذا فليس بختم ، ألا ترى إلى النبي صلى الله عليه وسلم لما ختم به النبيين أوتي جامع الكلم واندرجت الشرائع كلها في شرعه اندرج أنوار الكواكب في نور الشمس ، فيعلم قطعا أن الكواكب قد ألقت شعاعاتها على الأرض وتمنع الشمس أن تميز ذلك فتجعل النور للشمس خاصة ([58])
(Adapun) Khatmul Khas itu ialah (berasal) dari ummat Muhammad SAW yang Allah SWT khatamkan dengannya akan kepangkatan ummat Muhammad SAW, yaitu mereka-mereka yang mewarisi akan Muhammad SAW ([59]). (mereka-mereka itu termasuk dalam daurah wilayah dan yang selalu mengikuti Sunnatullah dan Sunnaturrasul, kepangkatan mereka-mereka ini di Khatamkan oleh Khatmul Khas ini).
Tanda-tanda ke”Khatam”an itu pada dirinya ialah; bahwasanya ia mengetahui akan qadar / tingkatan tiap-tiap wali-wali (yang mengikuti Sunnatullah dan Sunnaturrasul) dari ummat Rasulullah SAW, DIA lah yang menghimpunkan ilmu-ilmu tiap-tiap wali-wali ummat Rasulullah SAW karena Allah SWT. Apabila ia tidak mengetahuinya ([60]) maka dia bukan Wali Khatmi, bukankah kita tahu bahwa Rasulullah SAW tatkala di khatamkan padanya akan pangkat kenabian dan kerasulullan maka Rasulullah SAW di  beri (Jawami’ul Kalimi) sekalian kalimah-kalimah ([61]), dan leburlah sekalian syari’at-syari’at (Anbiya dan Rusul terdahulu) kepada syari’atnya Rasulullah SAW, (seperti) leburnya cahaya bintang gemintang karena cahaya matahari (kenabian)
Maka telah di ketahui secara pasti bahwasanya bintang gemintang itu kelihatan cahayanya dari bumi ini, tatkala muncul mata hari maka tenggelam lah cahaya bintang tadi, maka jadilah yang ada hanya cahaya matahari saja.
Pada materi ke 10 ini dijelaskan bahwa Khatmul Aulia itu ialah tokoh wali yang mengetahui akan kewaliannya dan mengetahui akan kewalian yang meliputi pengetahuan kewalian yang dimiliki oleh sekalian wali-wali. Hal ini senada dengan pemaparan yang terdapat dalam kitab Aqwal Adillah wal Barahin sbb;
 فإن مرتبته جامعة ومحيطة بجميع المراتب . وقال رضى الله عنه نسبة الأقطاب مع القطب المكتوم كنسبة العامة مع الأقطاب لأن مقامه في غيب الغيب (أقوى الأدلة والبراهين/38)
Maka bahwasanya martabatnya (Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani) menghimpunkan dan meliputi sekalian maratabat. Berkatalah Syekh RA; Nisbah Wali Quthub itu dengan Wali Al-Quthbul Maktum seperti nisbah orang awam dengan Wali Quthub, karena makamnya pada “Gaibul Gaib” (artinya tidak diketahui kadarnya kecuali hanya Allah dan Rasul-Nya saja yang mengetahuinya)
Tokoh Al-Quthbul Maktum yang juga adalah Al-Khatimul Muhammadiyul Ma’lum yang martabat beliau meliputi dairah kewalian (Dairatu Wilayatil Kubra), hal ini diisyaratkan dalam sir salawat al-fatih (Salatul Fatih) yang terpatri pada kalimat;
(الخاتم لما سبق)
Perhatikan Kalimat bahasan berikut ini;








KETERANGAN TABEL
4b       
3
2
1
Kalimat Bahasan
No
Rasulullah  SAW adalah       “Pengkhatam sekalian martabat kenabian terdahulu”

1
ا
ا
الخـاتم لــــما سبـــــق
1
2
م
ل
2
3
ع
خ
3
4
ن
ا
4
5
ا
ت
5
6
ا
م
6
7
ا
ل
7
8
م
م
8
9
ز
ا
9
10
ت
س
10
11
غ
ب
11
12
ت
ق
12

1.      Huruf Terpisah dari Kalimat Al-Khatimi Lima Sabaqa
2.      Huruf Makam
3.      Jumlah Huruf
4.      Arti Harfiah
Kalimat Al-Khatimi Lima Sabaqa  yang berjumlah 12 huruf ini meng”isyarat”kan akan abad kelahiran tokoh Al-Khatmul Aulia ini yang lahir pada abad ke 12 atau hari Kamis tgl-13- Safar tahun  1150 H atau pada pertengahan abad ke 12.
Jadi secara tidak langsung ketika kita membaca salatul fatih, disaat kita sedang memuji Rasulullah SAW, pada saat yang sama  kita mengingat Syekh Murabby kita, ya’ni Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani yang lahir pada abad ke 12 yang diisyaratkan dibalik rahasia kalimat Al-Khatimi Lima Sabaqa tersebut, kalimat ini juga bersesuaian dengan jumlah huruf Makam Syekh Ahmad Attijani yang berjumlah 12 huruf, yang mengambarkan ketinggian pangkat dan makam beliau, simak keterangan hadist berikut;
قال لي صلى الله عليه وسلم : مقامك هو مقام ( ا م ع ن ااا م ز ت غ ت)  الدرة الخريدة /54/1)
Berkatalah  Rasulullah SAW kepada ku; Makam engkau (Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani), yaitu makam ; ا م ع ن ااا م ز ت غ ت
Pada penjelasan yang akan datang dijelaskan pula masalah makam 12 huruf ini, insya Allah.
Materi (11)
KHATMUL AULIA DI BAWAH
QALB NABI MUHAMMAD SAW

Sebagaimana telah disebutkan bahwa jenis-jenis kewalian itu banyak. Dan masing-masing mereka di bawah qadam ([62]) para Anbiya atau Rusul. Sebagaimana kutipan berikut ini;
أما المفردون فكثيرون والختمان منهم أي من المفردين فما هما قطبان ، وليس في الأقطاب من هو على قلب محمد صلى الله عليه وسلم  وأما الفردون فمنهم من هو على قلب محمد صلى الله عليه وسلم والختم منهم أعني خاتم الأولياء الخاص ، فأما الأقطاب الإثنا عشر فهم على قلوب الأنبياء عليهم السلام فالواحد منهم على قلب وإن شئت قلت على قدم وهو أولى فإني هكذا رأيته في الكشف بإشبيلية وهو أعظم في الأدب مع الرسل والأدب مقامنا ([63])
Adapun wali afrad, mereka itu jumlahnya banyak, dan kedua wali khatmi ini ([64]) termasuk di antara mereka, keduanya ([65]) bukan wali quthub sebagaimana wali quthub yang lainnya, (karena) tidak ada wali aqthab yang di bawah qadam/hati Muhammad SAW([66]).
 Adapun Wali Afrad, di antara mereka itu ada yang di bawah qadam / hati Muhammad SAW, dan wali khatmi adalah (wali) yang bernaung di bawah qadam Muhammad SAW, yaitu Khamul Aulia yang Khas (Khusus) ini.
Maka adapun wali Aqthab (yang 12) itu, mereka bernaung di bawah qadam/hati Anbiya AS, maka hanya ada satu diantara mereka (wali afrad) itu yang bernaung di bawah satu qadam / hati. DIA itu ialah Khatmul Khas (yang dilantik oleh Nabi Muhammad SAW). Jika engkau inginkan (istilah lain) kau kata; di bawah satu qadam, istilah inilah yang lebih aula (tepat). Maka sesungguhnya aku ([67]) melihat (hal[68]) yang demikian itu dalam kasyaf (ketika aku) di Isybiliyah ([69]), DIA sangat tinggi adabiahnya kepada para Rasul-rasul. Dan adabiah itu adalah makam kami.
Tersebut dalam kitab Rimah hal-21-1 sbb;
روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : يكون في هذه الأمة أربعة على خلق إبراهيم ، وسبعة على خلق موسى ، وثلاثة على خلق عيسى وواحد على خلق محمد صلى الله عليه وسلم
Tersebut riwayat dari Nabi SAW. Beliau bersabda; Akan terjadi pada ummat ini AMPAT wali yang dibawah khalaq/qalb Nabi Ibrahim AS, TUJUH wali atas khalaq/qalb Nabi Musa AS, TIGA WALI atas khalaq/qalb Nabi ‘Isa AS, dan SATU WALI atas khalaq/qalb Nabi Muhammad SAW.


KETERANGAN TABEL
Maksud Membawahi, artinya dibawah Qalb/Qadam
Kategori
Membawahi
Nama Nabi dan Mala’ikatnya
No
والله اعلم
4 atau 7 Wali
Ibrahim AS
1
والله اعلم
7 atau 40 Wali
Musa AS
2
والله اعلم
3 wali
Isa AS atau Mika’il
3
Khatmul Khas dibawah qadam Rasulullah
1 Wali
Muhammad SAW atau Israfil
4

 Dan ia adalah satu-satunya Wali Khas yang dibawah Qalb Nabi Muhammad SAW dan martabatnya melingkupi seluruh martabat kewalian sebagaimana keterangan berikut ini;
فإن مرتبته جامعة ومحيطة بجميع المراتب . وقال رضى الله عنه نسبة الأقطاب مع القطب المكتوم كنسبة العامة مع الأقطاب لأن مقامه في غيب الغيب (أقوى الأدلة والبراهين/38)
Maka bahwasanya martabatnya (Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani) menghimpunkan dan meliputi sekalian martabat. Berkatalah Syekh RA; Nisbah Wali Quthub itu dengan Wali Al-Quthbul Maktum seperti nisbah orang awam dengan Wali Quthub, karena makamnya pada “Gaibul Gaib” (artinya tidak diketahui kadarnya kecuali Allah dan Rasul-Nya saja yang mengetahuinya).

MAKAM SYAIKHINA
Menghubung kepada pemaparan diatas, tersebut dalam kitab Ad-Durratul Kharidah hal-55/1 sbb;
فأخبره صلى الله عليه وسلم : أن الشيخ عبد القادير والحاتمي (الشيخ محي الدين) مقامهما أعلى من جميع الأوليآء وأخبرني شيخنا رضى الله عنه أنه زاد على الشيخين المذكورين في المقام بأمر لم يصلاه ولم يظفرا به (الدرة الخريدة /55/1)
Rasulullah SAW menghabarkan;Bahwasanya Syekh Abdul Qadir dan Syekh Mahyuddin (Ibnu Arabi) makam keduanya itu lebih tinggi dari sekalian wali-wali. Dan Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani mengkhabarkan kepadaku (dari khabar Rasulullah) bahwasanya dirinya itu diberi kelebihan makam yang lebih tinggi dari keduanya ([70]) dengan perkara/kelebihan (makam) yang tidak bisa digapai oleh keduanya.
Dan Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani juga mendapatkan makam 12 huruf sebagaimana yang diterangkan berikut ini;
قال لي صلى الله عليه وسلم : مقامك هو مقام ( ا م ع ن ااا م ز ت غ ت)  الدرة الخريدة /54/1)
Berkatalah  Rasulullah SAW kepada ku; Makam engkau (Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani), yaitu makam ; ا م ع ن ااا م ز ت غ ت
Apa yang tersirat dalam huruf yang 12 itu ?, tidak ada yang tahu kecuali hanya Allah dan Rasul-Nya yang mengetahuinya. Yang jelas ke 12 huruf ini meng”isyarat”kan makam Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani RA. Karena beliau adalah;
à القطب المكتوم
à البرزخ المختوم
à الختم المحمدي المعلوم
à القطب الجامع




















KETERANGAN TABEL
No
Kalimat
Jumlah Huruf Kalimat Al-Quthbul Maktum 12 huruf
Jumlah Huruf Kalimat Al-Khatimi Lima Sabaq
Jumlah Huruf  Makam Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani 12 huruf
1
القـــطــب الـــمــكتوم
ا
ا
ا
2
ل
ل
م
3
ق
خ
ع
4
ط
ا
ن
5
ب
ت
ا
6
ا
م
ا
7
ل
ل
ا
8
م
م
م
9
ك
ا
ز
10
ت
س
ت
11
و
ب
غ
12
م
ق
ت

Dari keterangan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa wali yang memperoleh  makam 12 huruf itu adalah wali Al-Quthbul Maktum (wali yang makamnya tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah dan Rasul-Nya saja). Wali yang  rahasia makamnya tersembunyi dibalik kalimat; Al-Khatimi Lima Sabaqa.
Jumlah huruf kalimat Al-Quthbul Maktum itu sama dengan jumlah huruf makam yang 12 huruf itu. Artinya orang yang menduduki makam 12 huruf itu ialah orang yang bergelar Al-Quthbul Maktum. Siapakah yang menduduki pangkat ini ? Yang menduduki pangkat ini adalah Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani RA sebagaimana telah kami jelaskan sebelumnya.
Semua PANGKAT dan GELAR kewalian dan semua amaliah-amaliah Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani diberikan/ dianugerahkan oleh baginda Rasulullah SAW secara jaga, tanpa tidur dan dalam keadaan sepenuhnya sadar.
Inilah keramat beliau yang terbesar, yaitu bertemu dengan Rasulullah SAW dalam keadaan jaga dan terus menerus. Dan keramat inilah yang didambakan oleh semua wali-wali Allah SWT dipermukaan bumi ini.
Besar kiranya harapan kita untuk dapat bertemu dan berkumpul dan termasuk kedalam zumrahnya (Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani). Yaitu wali yang mendapatkan kekhususan-kekhususan dari Allah, wali yang Allah wakilkan kepadanya untuk memancarkan pancaran-pancaran rahmat-Nya kepada sekalian alam ini.

اَللَّهُمَّ احْشُرْنَا فِي زُمْرَةِ أَبِي الْفَيْضِ التِّــــــجَانِي#
 #وَأَمِدَّنَا بِمَدَدِ خَتْمِ اْلأَوْلِيَآءِ الْكِتْمَانِي
اَللَّهُمَّ احْشُرْنَا فِي زُمْرَةِ أَبِي الْفَيْضِ التِّــــــجَانِي#
 #وَأَمِدَّنَا بِمَدَدِ خَتْمِ اْلأَوْلِيَآءِ الْكِتْمَانِي
اَللَّهُمَّ احْشُرْنَا فِي زُمْرَةِ أَبِي الْفَيْضِ التِّــــــجَانِي#
 #وَأَمِدَّنَا بِمَدَدِ خَتْمِ اْلأَوْلِيَآءِ الْكِتْمَانِي

وتجــاني ذو عز وجاه ورفعة                       وتجاني بالمولى غني عن الغير
وتجــاني ذو علم وحلم ورأفة                      وتجاني طود شامخ عالم مقري
وتجاني في علم التصوف لم يقس                   وتجاني في علم التفاسير كالبحـر
وتجــاني في بحر الحقائق سابح                      وتجاني في علم الشريعة ذو حصر

Telah selesai menyusun buku ‘Ilanubnil ‘Araby Fi Khatmil Magriby pada  hari Senin pagi jam 6.34 WIT tanggal 03-07-2006 bertepatan dengan tgl 07 Jumadil Akhir 1427 H.
Semoga karya al-faqir (Alm H.Ibrahim) ini menjadi sebab bagi terkumpulnya al-faqir, dan kedua orang tua, dan anak-anak dan istri-istri al-faqir, dan kakak dan adik serta keluarga didalam zumrahnya Wali Khatmi Khas Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani RA. Amin Allhumma amin.

اَللَّهُمَّ احْشُرْنَا فِي زُمْرَةِ أَبِي الْفَيْضِ التِّــــــجَانِي#
 #وَأَمِدَّنَا بِمَدَدِ خَتْمِ اْلأَوْلِيَآءِ الْكِتْمَانِي



[1] Penduduk Sinegal yang berjumlah 8, 3 juta, 90 % penduduknya adalah pengamal Tijaniah (atau setara dengan 7.470.000 orang pengamal Tijaniah). Hal ini berkat ke”tokoh”an Syekh Umar Al-Futi pengarang kitab Rimah.
[2] Oleh Syekh Abd Shamad Palembang, hal 202-3-
[3] Ada yang mengatakan 400 macam kitab, ada juga yang 1000 macam kitab.
[4]  (4 jilid atau 8 jilid) فتوحات المكية
[5] Ad Dardir hal 12 oleh Syekh Ahmad Dardir
[6] Kiamat besar, kiamat sesungguhnya
[7] عنقاء مغرب  في ختم  الأوليآء وشمس المغرب
[8] Uslubul hakim (gaya bahasa orang yang bijak). Ilmu Balagah
[9] Dalam karya besarnya Futuhatul Makiah
[10] Bab 73 hal 73 jilid 3
[11] Bab 73 hal 87 jilid 3
[12] Bab 14 hal 383 jilid 1
[13] Khatmul Khas
[14] Bapak Limpahan (madadiah)
[15] هنا يقصد سيدنا إبراهيم الخليل عليه السلام (انظر سورة النساء 125)
[16] وهو سيدنا موسى عليه السلام كما في سورة النسآء 164-الأعراف 143)
[17] وهو سيدنا داود عليه السلام (انظر سورة الإسراء 55)
[18] المقصود سيدنا عيسى (انظر سورة آل عمران 49)
[19] المقصود سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم (سورة الأنفال 24)
[20] Buka kitab Jami’u Karamatil Aulia (Syekh Yusuf an-Nabhani)
[21] Pada tanggal 18 Shafar tahun 1214 H.
[22] Bab 24 hal 447 jilid 1 Futuhatul Makiah
[23] Di suatu tempat bernama Bustan bin Hiwan.
[24] Penggunaan masa madhi untuk mempermudah orang yang membaca (kitabnya)  sesudah tahun 1150 H, yaitu tahun kelahiran Wali Khatam ini.
[25]  Bab 73 hal-89-jilid- 3
[26] Arti harfi pencegahan/Kekuatan . Maksud sesungguhnya Wallahu ‘alam.
[27]  Arti harfi kekerasan. Maksud sesungguhnya Wallahu ‘alam.
[28] Al-Ahzab 40
[29] Semua Nabi & Rasul di bawah Wilayatu Khatmil Anbiya (nya) Rasulullah SAW.
[30] Permulaan penciptaan nabi ‘‘Isa yang tercipta tanpa bapak.
[31] Ali Imran 59
[32] Artinya Rasulullah di beritahu semua perkara kitab nabi-nabi terdahulu dalam sebuah kitab, yaitu Al-Qor’an. Kitab Syu’bul Iman hal 161-1
[33] و للحاكم من حديث ابن عباس أنا مدينة العلم و علي بابها وقال صحيح الإسناد ) إحياء علوم الدين  ) الجزء : 2   الصفحة : 190

[34] Bab 73 hal 87 jilid 3
[35] Ketika turun ke dunia nanti.
[36] Bab 73 hal 214 jilid 3
[37] Tokoh wali yang diistilahkan (oleh Ibnu Arabi)  dengan Wilayah Syamsiyyah (Mataharinya Wali)
[38]  Ketersembunyian Tokoh Khatmul Aulia itu.
[39] Bab 65 hal 708 jilid 1
[40]  Syekh Ahmad Sukairij mengarang kitab sekitar 162 macam karangan.
[41] Pangkat
[42] بِنَا خَتَمَ اللهُ اَيْ بِ"اَحْمَدَ" خَتَمَ اللهُ الْوِلاَيَةَ الْمُحَمَّدِيَّةَ فَانْتَهَتْ
[43] Fushus Ibnu Arabi hal (36) (kitab non Tijani)
[44]  Wali Quthubuz Zaman
[45] Bertemu Rasulullah secara jaga, bukan mimpi.
[46] Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani memperoleh gelar Al Quthbaniatul Uzhma dan gelar Wali Katmi dan Wali Khatmi pada tahun 1214H (595 – 1214 = 619 tahun)
[47]  Ibnu Arabi dibukakan kasyaf tentang Khatmul Aulia pada tahun 595 H
[48] Bab 382 hal 393 jilid 6
[49] Pada akhir zaman nanti akan bangkit kembali kerajaan islam yang akan dipimpin oleh nabi ‘Isa dan imam Mahdi.
[50]Artinya ke”khatam”an nabi ‘Isa itu masanya sesudah beliau turun kedunia ini, yaitu saat dekat kiamat nanti. Oleh karena itu maka ke”KHATAM”an nabi ‘Isa AS itu sesudah KHATMUL KHAS ini karena nabi ‘Isa AS belum turun sedangkan KHATMUL KHAS ini sudah  lahir.  
[51] Bab 462 hal 139 jilid 7
[52] Wali Khatmul Wilayah Al Muhammadiyyah
[53] Yang cacat secara fisik
[54] Khatmul Aulia Khas
[55] Baik yang tercantum dlm Futuhatul Makiah, Fushus, ‘Anqa’u Magrib Dll
[56] Yaitu Khatmul Aulia yang dilantik oleh Rasulullah SAW 18 Shafar 1214 H.
[57]  Rimah hal-12/2 oleh Syekh Umar Al-Futi
[58] Bab 559 hal-284-jilid 8
[59] Mewarisi Rasulullah SAW baik Aqwal dan Af’al dan Ahwal.
[60] Tentang qadar wali-wali itu
[61]  Artinya Rasulullah di beritahu semua perkara kitab nabi-nabi terdahulu dalam sebuah kitab, yaitu Al-Qor’an. Kitab Syu’bul Iman hal 161-1
[62] Kaki/qalb/pangkat/
[63] Bab 463 hal-141- jilid 7
[64] Kedua Wali Khatmi ini, yaitu 1-Nabi ‘‘Isa AS. 2-Seseorang yang di lantik oleh Rasulullah SAW sebagai Khatmul Aulia . Nabi ‘‘Isa tentu saja wali karena beliau adalah seorang nabi. Setiap nabi pasti wali, tapi tidak setiap wali nabi. Wali Khatmi yang dilantik oleh Rasulullah SAW adalah wali khatmi pada poin no 2 pada footnote 55 atau footnote no 35.
[65] Maksudnya kedua Wali Khatmi sebagaimana pada footnote no 55
[66] Selain Wali Khatmi poin no 2 ini.
[67] Ibnu Arabi
[68] Tentang ke”KHATAM”an
[69] Nama kota besar di Andalusi (Spanyol). Kamus Al-Muhith hal-9062-jilid-1)
[70] Syekh Abdul Qadir dan Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar